Sukses

Menteri Taiwan Sebut Perang dengan China adalah Bencana

China dianggap banyak pihak mendukung Rusia menyangkut invasinya ke Ukraina.

Liputan6.com, Taipei - Konflik dengan China, yang mengancam untuk menyerang Taiwan, akan menjadi bencana bagi semua pihak terlepas dari hasilnya, kata menteri pertahanan pulau itu, Kamis (10/3).

China dianggap banyak pihak mendukung Rusia menyangkut invasinya ke Ukraina. Sikap itu memicu kekhawatiran mengenai kemungkinan terjadinya peristiwa serupa mengingat pendekatan Beijing ke Taiwan, pulau demokrasi yang memiliki pemerintahan sendiri yang diklaimnya sebagai bagian dari wilayah China yang akan dianeksasi secara paksa jika perlu.

"Tidak ada yang menginginkan perang," kata Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng kepada wartawan.

"Ini harus benar-benar dipikirkan dengan matang."

"Jika Anda benar-benar berperang, itu akan menjadi bencana bagi semua pihak," kata Chiu. Kementerian Pertahanan Taiwan, katanya, "memantau dan mendengarkan tetapi kami tutup mulut. Kami mengikuti perkembangan dan mempersiapkan diri tetapi kami tidak berdiskusi atau berdebat secara terbuka."

Pada pertemuan tahunan legislatif China, Kongres Rakyat Nasional (NPC), dan badan penasehatnya pekan ini di Beijing, para delegasi menyalahkan pengaruh asing terkait separatisme di Taiwan. Pada Rabu, juru bicara delegasi Tentara Pembebasan Rakyat di NPC mengatakan, "Kegiatan separatis dan kolusi dengan kekuatan eksternal adalah akar penyebab ketegangan dan gangguan saat ini di Selat Taiwan.''

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Usulan Penguatan UU Pemisahan Diri

Kolonel Wu Qian menyalahkan Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan dan berkuasa di Taiwan. Ia mengatakan, "Semakin keras Amerika Serikat dan Jepang mempengaruhi Taiwan, semakin keras tindakan yang akan kami ambil untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial.''

Wu juga membela peningkatan anggaran pertahanan, dengan mengatakan China telah "mempertahankan pertumbuhan yang wajar dan stabil untuk mengatasi tantangan keamanan yang kompleks dan memenuhi tanggung jawab China sebagai negara besar.''

Secara terpisah, seorang anggota badan penasihat legislatif China mengusulkan penguatan undang-undang pemisahan diri tahun 2005 yang menjelaskan alasan serangan terhadap Taiwan. Zhang Liangqi mengatakan undang-undang baru diperlukan untuk menarget mereka yang mengupayakan kemerdekaan formal dan permanen Taiwan dari China. Taiwan memisahkan diri dari China menyusul perang saudara pada tahun 1949.

Dalam apa yang disebutnya sebagai peringatan bagi para pendukung kemerdekaan Taiwan dan sekutu-sekutu asing mereka, China telah menggelar sejumlah latihan militer dan menerbangkan pesawat-pesawat militer di dekat wilayah udara pulau itu, termasuk pada 24 Februari, hari ketika Rusia memulai invasi ke Ukraina.