Liputan6.com, Fukushima - Warga di kawasan Timur Jepang berdoa pada Jumat (11/3), memperingati 11 tahun gempa bumi dan tsunami yang menewaskan 18.500 orang yang memicu kehancuran lokasi pembangkit tenaga nuklir di Fukushima.
Mengheningkan cipta selama satu menit diadakan pada 14:46 waktu setempat, saat gempa berkekuatan 9,0 melanda Jepang timur pada 11 Maret 2011, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (11/3/2022).
Advertisement
Baca Juga
Gempa bawah laut itu menimbulkan tsunami mematikan yang menghancurkan seluruh komunitas di pesisir dan memicu bencana nuklir terburuk di dunia sejak kecelakaan Chernobyl 1986.
Tidak akan ada upacara nasional yang didanai negara tahun ini untuk memperingati nyawa yang hilang, karena pemerintah telah mengakhiri ritual tahunan setelah lebih dari satu dekade telah berlalu.
Televisi Jepang menayangkan orang-orang yang melakukan pencarian tahunan untuk memastikan apakah ada petunjuk bagi mereka yang masih hilang di wilayah Namie di Fukushima pada peringatan itu.
Keluarga yang ditinggalkan dan lebih dari 33.000 orang. Di wilayah Tohoku yang hancur akibat tsunami, beberapa orang berkumpul di pagi hari di sepanjang pantai untuk berdoa.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Ingin Mengingat Tsunami Jepang
Nelayan Sadao Kon, yang kehilangan saudara perempuan, ipar dan keponakannya dalam tsunami, mengatakan bahwa dia secara sadar berusaha untuk tidak menandai hari itu.
“Tidak hanya kerabat saya yang terbunuh, tetapi saya juga melihat banyak korban selama tugas saya sebagai pemimpin pemadam kebakaran (lokal),” katanya kepada penyiar nasional NHK di pelabuhan nelayan setempat.
"Jadi saya sengaja mencoba untuk tidak memikirkan hari itu dengan cara yang istimewa. Itu adalah kenangan menyakitkan yang akan saya lupakan jika saya bisa," kata pria berusia 68 tahun itu.
Sekitar 12 persen Fukushima pernah dinyatakan tidak aman, tetapi zona larangan bepergian sekarang hanya mencakup 2,4 persen dari prefektur, meskipun populasi di banyak kota tetap jauh lebih rendah daripada sebelumnya.
Pemerintah Jepang mengatakan pelepasan radiasi selama beberapa dekade aman, tetapi beberapa negara tetangga dan komunitas nelayan lokal khawatir tentang kontaminasi yang tersisa di air.
Sejauh ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengatakan bahwa bencana itu tidak secara langsung membahayakan kesehatan penduduk setempat.
Advertisement