Liputan6.com, Beijing - China mencatat lebih dari 1.500 kasus lokal COVID-19 pada Sabtu 12 Maret 2022, tertinggi sejak awal pandemi 2020, saat varian Omicorn mendorong kota-kota di seluruh negeri memperketat pembatasan COVID.
Jumlah 588 kasus harian China jauh lebih sedikit dibanding banyak negara lainnya, namun lonjakan secara perlahan dapat mempersulit ambisi "nol-COVID dinamis" untuk menekan penularan secepat mungkin.
Baca Juga
Menurut Komisi Kesehatan China, dari total kasus harian, 476 di antaranya adalah kasus lokal, termasuk lima orang yang mulanya tak bergejala kemudian muncul gejala, Reuters mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (13/3/2022).
Advertisement
Otoritas juga melaporkan 1.048 kasus Orang Tanpa Gejala (OTG) lokal, yang tidak dianggap sebagai kasus terkonfirmasi oleh China, pada Jumat, kata otoritas. Angka itu naik dari 703 kasus sehari sebelumnya.
Sejumlah kota telah menerapkan pembatasan seperti pembatalan acara berkelompok, peluncuran tes COVID massal dan pembatasan sekolah tatap muka.
Pembatasan Aktivitas
Provinsi Jilin, salah satu yang paling terdampak pandemi, mengaku telah memecat wali kota setempat dan kepala distrik ibu kota Changchun.
Changchun memerintahkan seluruh usaha, kecuali yang esensial, untuk berhenti beroperasi dan melarang 9 juta warganya meninggalkan kompleks perumahan mereka jika tidak perlu. Langkah serupa juga diterapkan di daerah perkotaan di Kota Jilin.
Lokasi Canton Fair, pameran perdagangan terbesar sekaligus tertua di China, ditutup sementara lantaran terdapat dugaan kasus terkonfirmasi COVID, menurut otoritas Guangzhou.
Satgas COVID-19 China pada Jumat mengatakan bahwa semua daerah perlu memperketat pencegahan dan pengendalian pembatasan dan memprioritaskannya dalam tugas politik mereka.
"Hasil pencegahan dan pengendalian yang sulit diperoleh tidak boleh dibiarkan begitu saja," kata jaringan TV terbesar China, CCTV.
"Jangan lengah, berpegang teguh bahwa pada intinya tidak mungkin terjadi rebound epidemi berskala besar."
Advertisement