Liputan6.com, Sydney - Australia berencana akan berdamai dengan COVID-19 dan menganggapnya sebagai flu biasa. Pemberitaan ini menjadi salah satu dari Top 3 kanal Global Liputan6.com, Minggi (13/3) sore.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, masih seputar COVID-19, pemimpin kota Hong Kong Carrie Lam menyebut negaranya belum melewati puncak pandemi tersebut.
Kemudian, pemberitaan yang juga menjadi sorotan yaitu sinyal dari pemerintah China soal keinginannya untuk menawarkan peran penengah bagi Rusia-Ukraina.
Berikut Top 3 Selengkapnya:
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Australia Akan Hidup Berdampingan dengan COVID-19 Layaknya Flu
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pemimpin politik negara itu ingin beralih ke fase baru, yakni hidup berdampingan dengan COVID-19 seolah-olah seperti flu, namun akan berkonsultasi dengan pakar kesehatan.
Sehari setelah pertemuan dengan kabinet negara bagian dan pemimpin federal, Morrison pada Sabtu pagi mengatakan kepada awak media bahwa mereka telah membahas sejumlah langkah untuk ke "Fase D" rencana penanggulangan pandemi nasional.
"Bandara kami kembali dibuka, kedatangan internasional bisa masuk, saat ini terdapat pelonggaran karantina bagi orang-orang yang kembali dari luar negeri, jadi sangat banyak (penghapusan aturan) di Fase D," katanya.
Â
Advertisement
2. Pemimpin Hong Kong Carrie Lam Sebut Negaranya Belum Lewati Puncak COVID-19
Hong Kong melaporkan 27.647 kasus baru COVID-19 pada Sabtu (12 Maret), dengan pemimpin kota Carrie Lam mengatakan wabah itu belum melewati puncaknya meskipun jumlah kasus harian baru-baru ini sedikit menurun.
Otoritas kesehatan melaporkan 27.647 kasus positif baru di Hong Kong pada Sabtu, dibandingkan 29.381 infeksi baru pada Jumat dan 31.402 kasus baru pada Kamis. 198 kematian baru juga dilaporkan dalam 24 jam terakhir. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Sabtu (12/3/2022).
Â
3. China Kirim Sinyal Ingin Jadi Juru Damai Perang Rusia - Ukraina
Perdana Menteri China Li Keqiang, Jumat (11/3) menyebut situasi di Ukraina "genting" dan menawarkan bantuan dalam memainkan "peran positif" bagi perdamaian sambil terus menolak untuk mengkritik Rusia.
China secara umum berpihak pada Rusia dalam konflik itu, dan menolak menyebutnya sebagai perang atau invasi. Amerika menuduh China membantu menyebarkan berita bohong dan informasi yang keliru keluar dari Moskow.
China telah menawarkan untuk menjadi fasilitator pembicaraan antara kedua pihak, meskipun tidak banyak berpengalaman dalam peran itu dan kemungkinan tidak akan dipandang sebagai pihak yang netral.
Advertisement