Liputan6.com, Baghdad - Inggris mengecam keras pihak berwenang Irak atas eksekusi jurnalis The Observer, Farzad Bazoft di Baghdad.
Farzad Bazoft yang datang untuk tinggal di Inggris dari Iran pada 1980-an dihukum oleh Irak karena dianggap sebagai mata-mata.
Dia digantung saat fajar setelah permohonan grasi dari perdana menteri Inggris, Margaret Thatcher, gagal, demikian dikutip dari laman BBC, Selasa (15/3/2022).
Advertisement
Baca Juga
Menteri Luar Negeri Douglas Hurd mengatakan, duta besar Inggris untuk Irak ditarik dan semua kunjungan ke negara itu telah ditangguhkan.
Hurd berhenti memutuskan hubungan diplomatik dengan Irak. Dia mengatakan, penting untuk menjaga dialog tetap hidup dengan Irak demi 2.000 warga Inggris yang tinggal di Irak.
Bazoft ditangkap September tahun 1989 setelah mengunjungi instalasi militer rahasia di selatan Baghdad, Irak.
Wartawan The Observer sedang menyelidiki laporan ledakan di pabrik yang dilaporkan telah menewaskan ratusan orang.
Dia dihukum karena mata-mata dan dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan revolusioner.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Wajah Bazoft Tampak Muram
Konsul Jenderal Inggris di Baghdad, Robin Kealy, adalah tamu terakhir Bazoft sebelum dieksekusi.
Dia berkata: "Dia tampak bermata hampa dan pendiam, tidak mengherankan. Dia menyampaikan pesan tertulis terakhir dan sejumlah pesan lisan kepada teman dan kolega. Dia mengulangi bahwa telah menjadi jurnalis untuk mengejar berita."
Duta Besar Irak di Prancis mengatakan, permohonan grasi Inggris tidak didengar karena para pejabat menggunakan "istilah mengancam dan pemerasan".
Doa untuk Bazoft dipanjatkan pada hari tersebut di kantor The Observer di London. Kemudian staf berkumpul di luar kedutaan Irak untuk mendaftarkan protes mereka.
Advertisement