Liputan6.com, Moskow - Kepala intelijen Rusia berkata masa depan negaranya sedang dipertaruhkan. Di tengah invasi Ukraina ini, ia berkata negaranya berada di momen bersejarah.
Ia pun membenarkan invasi yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin ke negara lain. Rusia menyebut invasi ini sebagai "operasi militer khusus".
Advertisement
Baca Juga
"Rusia sedang hidup di momen bersejarah. Masa depan dan tempat Rusia di masa depan sedang dipertaruhkan," ujar Direktur Foreign Intelligence Service, Sergey Naryshkin, dikutip media pemerintah Rusia, TASS, Kamis (17/3/2022).
Sergey Naryshkin berkata Presiden Putin telah melakukan operasi militer dengan visi yang realistis terkait situasi dunia. Apabila operasinya ditunda, maka situasi bertambah negatif.
Intelijen Rusia juga berkata melakukan operasi militer demi melindungi populasi Donbass yang separatis. Meski demikian, Rusia justru menyerang kota-kota yang berjauhan dari Donbass, termasuk Kyiv.
"Keputusan presiden untuk melaksanakan operasi militer khusus dengan tujuan melindungi populasi Donbass dan melindungi keamanan negara kita memerlukan analisis hukum-hukum sejarah dan visi yang sangat tepat dan realistis pada situasi dunia," ujarnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sebagian Warga Ukraina Pilih Kembali Pulang Meski Perang
Stasiun di kota Lviv, Ukraina barat, dipenuhi penumpang yang keluar, berlomba-lomba untuk mendapatkan kursi di kereta agar bisa meninggalkan negara yang dilanda serangan Rusia. Meskipun bersyukur atas sambutan negara Eropa lain, banyak yang mendapati diri mereka tidak dapat memulai hidup baru di luar negeri.
Sambil menyeka air mata, Svitlana Natalukha (60), mengatakan keluarganya melakukan perjalanan selama total lima hari, pertama melarikan diri dari Ukraina, kemudian kembali, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (17/3).
Ia bersama putrinya yang berusia 28 tahun Galyna Kanuka, dan dua cucunya meninggalkan rumah di wilayah Kharkiv timur dan tiba dengan selamat di Polandia, tetapi datang lagi ke Lviv (Ukraina) pada Rabu kemarin.
Keluarga itu memuji keramahan Polandia tetapi dilumpuhkan oleh prospek besar kehidupan baru yang tak menentu di luar negeri. "Relawan banyak membantu," kata Kanuka, meringkuk di platform di samping gundukan tas yang masih ia kemas.
"Mereka menyuruh kami untuk melanjutkan perjalanan ke kota-kota lain dan mencari lebih banyak sukarelawan di sana."
Ia juga menyebutkan kendala bahasa yang memperumit pengobatan penyakit anak laki-lakinya, sehingga memutuskan untuk kembali.
Advertisement