Liputan6.com, Washington, DC - Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, mengungkap dampak sipil dari serangan invasi Rusia kepada Ukraina. Tak hanya lansia dan anak-anak, tetapi ibu hamil turut merasakan efek invasi.Â
Jen Psaki mengucapkan itu ketika menjelaskan alasan Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai seorang penjahat perang.
Advertisement
Baca Juga
"Kita telah melihat tindakan barbar, tindakan mengerikan, dari seorang diktator asing," ujar Jen Psaki dalam konferensi pers di Gedung Putih, dikutip Kamis (17/3/2022).
"(Tindakan itu) mengancam kehidupan sipil, berdampak pada rumah sakit, wanita hamil, jurnalis, dan lain sebagainya," jelas Psaki.
Jen Psaki berkata AS akan terus memberikan bantuan kemanusiaan dan bantuan alat pertahanan untuk Ukraina. Akan tetapi, AS belum berminat menerapkan no-fly zone karena hal itu berpotensi agresif.
"Kami tidak tertarik untuk terlibat di Perang Dunia III," jelas Jen Psaki.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penjahat Perang
Sebelumnya dilaporkan, Presiden AS Joe Biden telah melabeli pemimpin Rusia Vladimir Putin sebagai "war criminal" ("penjahat perang"). Ini dianggap sebuah langkah yang kemungkinan akan meningkatkan ketegangan diplomatik lebih jauh.
Joe Biden menyampaikan pernyataan itu secara spontan sebagai tanggapan atas pertanyaan wartawan di Gedung Putih. Ini adalah pertama kalinya dia menggunakan bahasa seperti itu untuk mengutuk Presiden Putin, dan Gedung Putih kemudian mengatakan dia "berbicara dari hatinya".
Pada Rabu 16 Maret waktu AS, seperti dikutip dari BBC, Kamis (17/3/2022), reporter bertanya kepada presiden AS: "Tuan Presiden, setelah semua yang telah kita lihat, apakah Anda siap untuk menyebut Putin sebagai penjahat perang?"
Presiden menjawab "tidak"Â kemudian mengubah jawabannya: "Apakah Anda bertanya kepada saya apakah saya akan memberi tahu jawabannya ....? Oh, saya pikir dia adalah penjahat perang."
Akun Twitter resmi presiden AS kemudian dikeatahui memposting: "Putin menimbulkan kehancuran dan kengerian yang mengerikan di Ukraina - membom gedung apartemen dan bangsal bersalin ... ini adalah kekejaman. Ini adalah kemarahan dunia."
Respons Rusia
Merespons hal tersebut dengan mengatakan itu adalah "retorika yang tak termaafkan".
"Kami percaya retorika seperti itu tidak dapat diterima dan tidak dapat dimaafkan dari pihak kepala negara, yang bomnya telah menewaskan ratusan ribu orang di seluruh dunia," kata juru bicara Dmitry Peskov kepada kantor berita negara Rusia Tass.
Advertisement