, Helsinki - Finlandia kini tengah mempertimbangkan untuk bergabung dengan NATO. Situasi perang Rusia Ukraina penyebabnya.
Perubahan yang terjadi sebagai dampak perang Ukraina memang sangat mengusik warga Finlandia. Selama beberapa dekade, mereka telah mempertahankan politik keseimbangan geostrategis dan tidak ikut aliansi militer mana pun.
Baca Juga
Finlandia juga dengan hati-hati menjaga hubungan dengan Moskow sambil melatih militernya dengan baik. Namun situasi telah berubah drastis sejak 24 Februari, ketika Rusia memulai serangan militer ke Ukraina.
Advertisement
Membentang lebih dari 1.300 kilometer, perbatasan timur Finlandia adalah perbatasan terpanjang Uni Eropa dengan Rusia. Sejak akhir Perang Dunia Kedua, situasinya aman-aman saja. Tapi sejak Rusia menyerang Ukraina dengan mengerahkan hampir 200 ribu pasukan, Finlandia harus memikirkan lagi situasi keamanannya.
Vaalimaa adalah pos perbatasam yang paling dekat dengan Helsinki. Komandan penjaga pos Kapten Jussi Pekkala mengatakan kepada DW, sejauh ini keadaan tetap normal sejak invasi Rusia ke Ukraina bulan lalu. Hanya ada sejumlah warga Ukraina yang melintasi perbatasan untuk melarikan diri dari konflik.
"Tentu saja kami siap dan kami mempersiapkan diri untuk berbagai macam situasi aktual," katanya kepada DW.
"Saya tidak mengatakan kami berada dalam keadaan siaga, tetapi sebagaimana biasa di kawasan perbatasan mana pun, Anda akan menjadi pihak pertama yang melihat kalau ada perubahan terjadi."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Warga Finlandia Kini Setuju Jika Masuk NATO
Selama ini, mayoritas warga Finlandia tidak setuju negaranya masuk NATO. Namun menurut jajak pendapat terbaru yang dilakukan stasiun siaran nasional YLE setelah serangan Rusia, 53% warga ingin Finlandia bergabung dengan NATO. Bulan ini, angka itu naik lebih tinggi lagi — menjadi 62%.
Menteri Pertahanan Finlandia Antti Kaikkonen mengatakan, lonjakan dukungan untuk NATO punya alasan jelas. "Orang-orang tadinya mengira kita akan hidup dalam masa damai di tahun 2020-an, tetapi sekarang kita menghadapi perang di tengah Eropa, tidak begitu jauh dari Finlandia," katanya kepada DW.
Awal bulan ini, Finlandia dan Swedia diundang untuk menghadiri pertemuan NATO di Brussel.
Menhan Kaikkonen mengatakan, pemerintah akan menyampaikan kepada parlemen bulan April mendatang tentang penilaian keamanan terbaru. Kelihatannya tidak dapat dihindari, akan muncul perdebatan tentang keanggotaan di NATO. Banyak pihak percaya, dalam sidang parlemen berikutnya akan dibahas bagaimana Finlandia bisa masuk NATO.
"Sekarang, atau Tidak Sama Sekali"
Tetapi rencana Finlandia masuk jadi anggota NATO dan mendapat perlindungan dan jaminan keamanan seperti yang tertera di Pasal 5 NATO bukan tanpa risiko. Moskow berulangkali secara eksplisit mengancam "konsekuensi politik dan militer yang serius" jika Finlandia secara resmi mengajukan permohonan masuk jadi anggota NATO.
Penasihat parlemen Henri Vanhanen mengatakan, jika Finlandia berniat masuk NATO, maka inilah waktu yang tepat. "Sekarang atau tidak sama sekali," ujarnya."Kalau kita tidak ikut (NATO), maka kita harus memberi alasan,” jelasnya. "Apa tulang punggung keamanan kita di masa depan? Apakah kerjasama pertahanan internasional kita yang erat dengan Uni Eropa sudah cukup? Kita tidak tahu.”
Henri Vanhanen percaya, masuknya Finlandia ke NATO juga akan menguntungkan aliansi itu. "Kami bukan konsumen keamanan," katanya. Dengan militer Finlandia yang terlatih baik, punya kompatibilitas penuh dengan struktur operasi NATO, dan dengan lokasi geopolitik yang sangat strategis, "kami adalah produsen keamanan," pungkasnya.
Advertisement