Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta agar kelompok intoleran Indonesia merenung apabila mereka menjadi minoritas. Ia menganggap kelompok-kelompok itu tidak sadar tentang keanekaragaman di Indonesia.Â
Hal itu diucapkan oleh Menko Muhadjir dalam acara ICSF 2022 Advancing Inclusive Democracy in Indonesia bersama Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Advertisement
Baca Juga
"Munculnya perilaku-perilaku yang ekstrem, perilaku-perilaku yang radikal karena tidak membayangkan bahwa dirinya, kebetulan menjadi penganut keyakinan yang di lingkungan itu sebagai agama mayoritas, kalau dia di tempat yang yang lain, sebetulnya dia ini penganut agama minoritas," ujar Menko Muhadjir Effendy, Rabu (30/3/2022).Â
Para kelompok-kelompok intoleran dan radikal itu lantas diminta berpikir apabila mereka berada di posisi minoritas.Â
"Kalau kita melakukan intoleran terhadap mereka yang minoritas di mana mereka berada, maka kita harus bisa merasakan bagaimana seandainya kita berada di tengah-tengah mayoritas di mana kita di posisi minoritas itu," jelasnya.Â
Menko Muhadjir pun berharap agar pelajaran-pelajaran ini bisa diajarkan di Indonesia sejak dini di sistem pendidikan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ruang Diskusi
Turut hadir dalam forum tersebut yakni aktivis sosial Ruby Kholifah. Ia adalah perwakilan dari Asian Muslim Action Network (AMAN Indonesia).
Dalam paparannya, Ruby menyebut pentingnya ruang-ruang diskusi untuk menjembatani perbedaan. Salah satu satu fokus Ruby adalah peran perspektif wanita dalam agama, sesuatu yang menurutnya tak digunakan MUI.
ÂÂÂView this post on Instagram
Selain aktif di lapangan, Ruby juga aktif dalam media Mubadalah.id yang memberikan ruang diskusi fiqih dan sosial melalui perspektif perempuan. Ruby turut menyambut ketika ada komentar-komentar dari perempuan dengan sudut pandang fundamentalis.
"Yang respons bukan saja dari yang progresif, justru orang-orang yang 'abu-abu' juga mereka tertarik untuk terlibat mendiskusikan itu, dan isunya sangat kekinian, termasuk childfree, (serta) widowhood," ujarnya.
Advertisement