Liputan6.com, New York City - PBB semakin khawatir karena angka kematian akibat invasi Rusia semakin bertambah. Korban meninggal di Ukraina sudah tembus 1.100 orang hingga Selasa (29/3).Â
Angka kematian sebenarnya dikhawatirkan lebih tinggi, pasalnya kota-kota yang dihancurkan Rusia masih tak bisa diakses.
Advertisement
Baca Juga
"Kota-kota seperti Mariupol, Kharkiv, Chernihiv, dan banyak lainnya, yang ramai dan penuh kehidupan sebulan lalu, sedang dikepung, dibom, dan diblokade," ujar Joyce Msyua, Asisten Sekteraris Jenderal untuk Bidang Kemanusiaan, dikutip dari situs UN News, Rabu (30/3/2022).Â
Joyce Msyua menyataan di beberapa daerah Ukraina bahkan tidak aman untuk mengubur korban.Â
"Di beberapa lokasi bahkan tidak aman untuk mengubur orang-orang meninggal," ujar pejabat PBB tersebut.Â
PBB mencatat setidaknya ada 99 anak kecil yang tewas, meski pemerintah Ukraina mengumumkan sudah lebih dari 100 anak tewas.Â
Jutaan dari anak-anak Ukraina juga harus melarikan diri, baik itu ke negara lain atau daerah lain di Ukraina. UNICEF berkata invasi Rusia memicu perpindahan masyarakat dengan jumlah terbesar sejak Perang Dunia II.Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rusia Kurangi Serangan
Invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina sudah berlangsung selama lebih dari satu bulan. Hingga saat ini, masih belum ada tanda-tanda gencatan senjata dalam hubungan panas antara kedua negara tetangga tersebut.Â
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menyatakan, Rusia saat ini telah bersedia menurunkan intensitas serangan, namun tidak berhenti sepenuhnya.
"Kami siap untuk menurunkan aktivitas militer. Kami tidak menghentikan operasi tetapi kami menurunkan tingkat intensitas aktivitas militer," ujar Dubes Lyudmila dalam acara Diskusi Media tentang Kondisi Kemanusiaan dalam Konflik Rusia-Ukraina, Rabu (30/3/2022).
Pihak Rusia, sambungnya, saat ini masih mempertimbangkan pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Advertisement