Liputan6.com, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin sedang disesatkan oleh para penasihat yang terlalu takut untuk mengatakan kepadanya betapa buruknya perang di Ukraina, kata Gedung Putih.
Sementara itu intelijen Inggris mengatakan pasukan Rusia di Ukraina mengalami demoralisasi, kekurangan peralatan dan menolak untuk melaksanakan perintah.
Baca Juga
Dilansir BBC, Kamis (31/3/2022), Putin juga tidak diberitahu tentang dampak penuh sanksi terhadap ekonomi Rusia, kata Gedung Putih.
Advertisement
Kremlin belum mengomentari penilaian tersebut.
Juru bicara Gedung Putih Kate Bedingfield mengatakan AS memiliki informasi bahwa Putin "merasa disesatkan oleh militer Rusia" dan ini telah mengakibatkan "ketegangan terus-menerus antara Putin dan kepemimpinan militernya".
"Perang Putin telah menjadi kesalahan strategis yang telah membuat Rusia lebih lemah dalam jangka panjang dan semakin terisolasi di panggung dunia," katanya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Informasi Tak Akurat
Juru bicara Pentagon, John Kirby menyebut penilaian itu "tidak baik" karena Putin yang tidak mendapat informasi dapat mengakibatkan upaya "kurang setia" untuk mengakhiri konflik melalui negosiasi damai.
"Hal lainnya adalah, Anda tidak tahu bagaimana reaksi pemimpin seperti itu jika mendapat kabar buruk," katanya.
Pasukan Ukraina telah memulai upaya untuk merebut kembali beberapa daerah dari Rusia, yang mengatakan akan mengurangi operasi di sekitar Kyiv dan kota utara Chernihiv.
Jeremy Fleming, kepala badan intelijen siber Inggris GCHQ, mengatakan langkah itu menambah indikasi bahwa Rusia telah "salah menilai situasi secara besar-besaran" dan telah dipaksa untuk "memikirkan kembali secara signifikan".
Dalam pidato langka yang akan dia sampaikan di Australia pada hari Kamis, Fleming mengatakan pasukan Rusia yang terkepung telah menyabotase peralatan mereka sendiri dan secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat mereka sendiri.
Dan dia memperingatkan China untuk tidak menjadi "terlalu dekat" dengan Rusia setelah invasinya ke Ukraina, dengan mengatakan bahwa aliansi semacam itu tidak akan melayani kepentingan jangka panjang Beijing. Â
Advertisement