Liputan6.com, Jakarta China masih melakukan penyelidikan terhadap penyebab jatuhnya pesawat China Eastern Airlines yang menewaskan 132 orang di dalamnya. Di tengah penyelidikan, beredar kabar penyebab jatuhnya pesawat jenis Boeing 737-800 itu karena kelalaian kopilot.
Otoritas penerbangan China membantah rumor tersebut yang menyebutkan hasil analisis data kotak hitam pesawat jatuh yang mengarah pada faktor kesalahan kopilot. "Rumor tersebut menyesatkan dan mengganggu proses penyelidikan," kata Deputi Direktur Bidang Keselamatan Badan Penerbangan Sipil China (CAAC) Wu Shijie.
Menurut dia, terlalu dini memberikan kesimpulan karena proses penyelidikan masih berlangsung.
Advertisement
Sebelumnya beredar rumor yang mengatasnamakan instansi pemerintahan dan kepolisian China bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh kelalaian kopilot pesawat China Eastern Airlines nomor penerbangan MU-5735 yang jatuh dan terbakar di perbukitan Daerah Otonomi Guangxi pada 21 Maret lalu.
"Bersama dengan departemen keamanan publik (kepolisian), kami akan mencari mereka yang bertanggung jawab menyebarkan rumor tersebut dan harus ditangani sesuai dengan undang-undang yang berlaku," ujarnya.
Sebelumnya media-media di China sempat menurunkan data kopilot yang ada dalam pesawat nahas itu berusia 60 tahun yang akan memasuki masa pensiun pada 2022 dengan pengalaman menerbangkan berbagai jenis pesawat hingga mencapai 30.000 jam. Tiga penerbang yang ada di dalam pesawat nahas itu juga dinyatakan tidak memiliki masalah dengan rumah tangganya masing-masing.Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Inspeksi Keselamatan
Dalam rumor yang beredar, otoritas setempat mewajibkan para pilot melakukan tes psikologi. Wu tidak menyangkal bahwa kecelakaan udara terburuk di China dalam 12 tahun terakhir itu memberikan dampak psikologis dan emosional kepada para pilot, awak, terutama mereka yang masih muda sehingga perlu dijaga kesehatan mental mereka.
"Kami memang meminta pihak maskapai memberikan dukungan psikologis kepada para pilot dan awak untuk menjamin mental mereka tetap stabil. Hal ini terbukti efektif karena para staf dapat mengambil tanggung jawab keselamatan penerbangan secara penuh," ucapnya.
Sehari setelah peristiwa kecelakaan, CAAC telah melakukan inspeksi keselamatan penerbangan selama dua pekan untuk mencegah terulangnya kecelakaan pesawat.
Inspeksi itu dilakukan terhadap badan penerbangan sipil daerah, perusahaan jasa penerbangan, bandara, dan lembaga pendidikan dan pelatihan pilot.
Jatuhnya pesawat jenis Boeing 737-800 milik China Eastern Airlines dalam penerbangan dari Kunming menuju Guangzhou itu mengakhiri catatan rekor keselamatan penerbangan China selama 4.227 hari.
Advertisement
Seluruh Penumpang Tewas
Seluruh penumpang pesawat China Eastern Airlines resmi dinyatakan tewas oleh pemerintah China. Kecelakaan pesawat itu terjadi pada 21 Maret 2022 di dekat kota Wuzhou, wilayah Guangxi.
Pemerintah China tidak langsung mengumumkan bahwa semua korban meninggal. Mereka lebih dahulu melakukan evakuasi, meski saat itu sudah muncul dugaan tak ada korban selamat.Â
Dilansir Channel News Asia, Minggu 27 Maret, identitas 120 korban di pesawat Boeing 737-800 milik China Eastern Airlines tersebut juga telah teridentifikasi melalui tes DNA.
"Semua 123 penumpang dan sembilan anggota kru penerbangan MU5735 dari maskapai China Eastern telah terbunuh on board pada 21 Maret," ujar Hu Zhenjiang, deputi dirjen Civil Aviation Administration China pada Sabtu (26/3).
Pesawat tersebut mengarah ke kota Guangzhou sebelum terjatuh. Video beredar menunjukkan pesawat jatuh secara vertikal.
Usai pengumuman tersebut, Hu Zhenjiang melakukan mengheningkan cipta sejenak bersama para jurnalis untuk para korban kecelakaan pesawat China Eastern Airlines.
Isu Pangkas Biaya Perawatan
China Eastern Airlines membantah isu bahwa pihaknya memangkas dana pemeliharaan pesawat senilai 10 miliar yuan (sekitar Rp22,5 triliun) sepanjang tahun 2021, Jumat (25/3).
Pemangkasan dana itu telah dikaitkan dengan kecelakaan pesawat miliknya di Guangxi pekan ini yang menewaskan 132 orang.
Dalam konferensi pers di Nanning, Guangxi, maskapai itu membantah rumor tersebut.
"Untuk menjamin keselamatan, biaya pemeliharaan ditingkatkan, meskipun frekuensi penerbangan lebih sedikit karena COVID-19," kata China Eastern dalam sebuah pernyataan yang dikutip media-media setempat sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (26/3).
Bahkan dibandingkan dengan 2019, biaya pemeliharaan pada 2021 naik 12 persen, tulis China Daily mengutip China Eastern.
"Karena China Eastern terdaftar di lantai bursa, silakan cek data-data yang sudah terbuka dan transparan itu," kata pihak maskapai yang berkantor pusat di Shanghai itu.
Kecelakaan udara terbesar di China dalam 12 tahun terakhir itu juga diduga disebabkan oleh kerusakan pada pickle fork, komponen yang menyatukan badan dan sayap pesawat.
China Eastern mengatakan tidak ada masalah dengan komponen itu sehingga perbaikan tidak dibutuhkan, apalagi diperbaiki secara mandiri seperti yang diisukan selama ini.
Advertisement