, Berlin - Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan rencana kunjungannya ke Ukraina tak dapat dilakukan karena nihil restu dari si empunya negara.
"Ukraina menolak rencana kunjungan ke Kiev," kata Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, hari Selasa 12 April 2022 saat mengunjungi ibu kota Polandia, Warsawa seperti dikutip dari DW Indonesia, Jumat (15/4/2022).
Baca Juga
Steinmeier tadinya merencanakan kunjungan ke Kiev bersama Presiden Polandia Andrzej Duda dan para pempimpin Estonia, Lituania dan Latvia. Tapi "itu tampaknya tidak diinginkan di Kiev" kata Steinmeier.
Advertisement
Presiden Jerman tadinya dijadwalkan mengunjungi ibu kota Polandia akhir Maret lalu, tetapi perjalanan itu dibatalkan setelah istrinya, Elke Büdenbender, dinyatakan positif COVID-19. Büdenbender kemudian menemani suaminya dalam kunjungan ke Warsawa dan diterima oleh Presiden Polandia, Andrzej Duda.
Berhubungan Dekat Dengan Rusia
Kiev sebelumnya melontarkan kritik tajam kepada Frank-Walter Steinmeier, karena hubungan dekatnya dengan Rusia di masa lalu, ketika ia menjabat sebagai menteri luar negeri Jerman. Dia dianggap memainkan peran utama dalam meningkatkan hubungan Jerman-Rusia, dan khususnya dalam proyek pembangunan jaringan pipa gas Nord Stream 2 yang sekarang dihentikan.
Selama kunjungan seharinya ke Warsawa, Steinmeier berterima kasih kepada Polandia karena telah menampung hampir 2,7 juta orang yang melarikan diri dari perang di Ukraina.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ukraina Lebih Mengharapkan Kunjungan Kanselir Jerman
Frank-Walter Steinmeier dulu dekat dengan mantan Kanselir Jerman Gerhard Schröder, yang setelah pensiun menjadi komisaris utama perusahaan gas Rusia, Gazprom dan dikenal dekat dengan presiden Rusia Vladimir Putin.
Duta Besar Ukraina di Berlin, Andriy Melnyk, mengatakan, kunjungan presiden Jerman hanya akan memiliki karakter simbolik saja. Tapi Ukraina akan mengundang kanselir Jerman, Olaf Scholz untuk datang.
"Saya dan pemerintah Ukraina akan sangat senang jika Kanselir Olaf Scholz mengunjungi Kiev," kata Melnyk kepada saluran televisi swasta Jerman, ProSieben dan SAT.1 Selasa (12/4) malam.
Melnyk menjelaskan, pemerintah Ukraina lebih mengharapkan kunjungan dari Kanselir Olaf Scholz ketimbang presiden, yang perannya sebagian besar hanya seremonial. Kunjungan Steinmeier sebagian besar akan memiliki karakter simbolis, kata duta besar Ukraina di Berlin itu.
"Kanselir atau anggota lain dari pemerintah Jerman harus datang sebagai gantinya, yang dapat membuat keputusan konkret tentang dukungan substansial lebih lanjut untuk Ukraina," kata Melnyk kepada kantor berita Jerman, DPA.
Advertisement
Minta Kiriman Senjata Berat
Ukraina telah menuntut lebih banyak kiriman senjata berat dari Jerman, termasuk tank dan artileri, tetapi ini telah diblokir oleh Scholz, yang bersikeras pada tindakan bersama UE.
"Padahal negara-negara NATO lainnya seperti Republik Cheska telah memutuskan untuk mengirimkan senjata berat", Melnyk menekankan. Pemerintah Ukraina berharap pemerintah federal Jerman di Berlin akan segera memutuskan untuk mengikuti langkah mitra NATO lainnya itu.
Para pemimpin dari negara-negara Eropa termasuk Polandia, Inggris, Austria, Republik Cheska, Slovenia dan Slovakia telah mengunjungi Kiev untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Volodymyr Zelensky, seperti halnya Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen.
Rusia Klaim Pasukan Ukraina Menyerah Massal di Mariupol, Ini Respons Kiev
Rusia mengklaim lebih dari 1.000 marinir Ukraina telah menyerah di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung. Namun Ukraina membantah klaim tersebut.
Wakil Wali Kota Mariupol, Serhiy Orlov, mengatakan kepada BBC bahwa pasukan Ukraina di sana masih bertempur pada Kamis (14/4/2022).
Pertempuran tampaknya berlanjut di sekitar pabrik baja raksasa Azovstal di pelabuhan, yang merupakan salah satu dari dua daerah yang tidak berada di bawah kendali Rusia.
Televisi Rusia telah menyiarkan rekaman yang katanya menunjukkan marinir menyerahkan diri di pabrik baja.
Tetapi seorang penasihat presiden Ukraina bersikeras bahwa marinir sebenarnya telah menerobos untuk terhubung dengan pasukan batalyon Azov di kantong lain.
Mariupol adalah target utama Rusia karena berusaha membangun jalur darat ke semenanjung Krimea, yang dicaploknya pada 2014.
Advertisement