Liputan6.com, Jakarta - Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon, angkat suara atas kekerasan yang terjadi di Masjid Al-Aqsa antara polisi Israel dan warga Palestina. Kepolisian Israel menyerang sejumlah warga sipil, dan berdasarkan video yang beredar ada juga perempuan yang terkena serangan fisik.
Fadli Zon yang menyebut insiden itu sebagai "kekerasan" pihak Israel juga merasa pesimistis terhadap prospek perdamaian. Perdana Menteri Israel yang baru juga dinilai lebih keras ketimbang pendahulunya.
Advertisement
Baca Juga
“Sejak awal saya pesimis masa depan perdamaian antara Palestina dan Israel. Naftali Bennett adalah politisi sayap kanan garis keras yang pernah menolak negara Palestina. Dia lebih keras dari Netanyahu. Rangkaian kekerasan dalam tiga pekan belakangan ini membuktikan tak ada yang berubah dari kebijakan Israel atas warga Palestina. Israel tetap brutal bahkan lebih kejam. Dunia jangan sebatas mengecam kekejaman itu, dunia juga harus mengecam pemerintahan Israel yang dipimpin garis keras,” ujar Fadli Zon dalam keterangan resmi, Sabtu (16/4/2022).
Fadli Zon berkata jumlah korban luka-luka yang ebih dari seratus dan korban tewas 36 warga Palestina sejak Januari tahun ini telah menunjukkan masa depan suram kepemimpinan Naftali Bennett sebagai mitra perdamaian.
Pihak keamanan Israel melakukan kekerasan terhadap ribuan jamaah shalat Subuh di Masjid Al-Aqsa dan juga saat shalat Jum’at (15/4/2022). Bulan Sabit Merah Palestina telah mengevakusi 152 warga Palestina ke rumah sakit terdekat.
Fadli Zon juga berkata kekerasan di Kompleks Al-Aqsa terutama saat bulan suci Ramadhan seharusnya bisa dicegah lebih awal. Pasalnya, Israel kerap menempuh aksi kekerasan hampir tiap tahun di bulan Ramadhan ketika umat Islam beribadah di Masjid Al-Aqsa.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Masalah Akses
Fadli Zon turut menyorot Yordania berfungsi sebagai penjaga komplek masjid, sementara Israel mengontrol akses. Hal itu dianggap perlu berubah.
“Saya melihat perlu kesungguhan langkah preventif agar kekerasan di Kompleks Al-Aqsa tidak terulang setiap Ramadhan. Seharusnya PBB dan komunitas internasional tak lepas tangan. Apalagi kalau kita merujuk resolusi penting Majelis Umum PBB nomor 181 tahun 1947, yang menetapkan Yerusalem sebagai wilayah di bawah kewenangan internasional dan diberikan status hukum dan politik terpisah,” kata Fadli Zon.
Politisi Gerindra tersebut juga mengkritik aturan yang menetapkan Israel sebagai pihak pengontrol akses ke Kompleks Masjid Al-Aqsa. “Alih-alih sebagai pengatur, aparat keamanan Israel justru kerap melindungi kelompok-kelompok ekstrimis Yahudi yang secara provokatif masuk ke Komplek dan bagian dalam Masjid Al-Aqsa. Tentu saja tindakan tersebut menyulut kemarahan jamaah masjid. Harus ada upaya dari PBB untuk mencabut kewenangan kontrol akses Israel atas Masjid Al-Aqsa. Kontrol itu harus diserahkan ke pihak yang netral di bawah pengawasan PBB,” saran dia.
Sebelumnya, beberapa kelompok ekstremis Yahudi menyerukan kepada otoritas Israel untuk mengambil bagian dalam inisiatif untuk mengadakan ‘Pengorbanan Paskah’ di halaman Masjid Al Aqsa yang akan diadakan Jumat (15/4).
Pihak Fadli Zon menyebut mereka menawarkan hadiah sekitar Rp 45 juta kepada mereka yang mampu membawa ternak ke kompleks Al Aqsa dan berhasil melaksanakan kurban. Hadiah sebesar Rp 2,8 juta ditawarkan kepada mereka yang dapat memasuki kompleks Al Aqsa namun tidak dapat berkurban. Ada juga hadiah sebesar Rp 1,7 juta untuk mereka yang mencoba dan gagal masuk.
Advertisement
Konflik Ukraina
Lebih lanjut, Fadli Zon berkata isu konflik antara Rusia dan Ukraina sedang menjadi fokus diskusi global, sehingga isu Palestina menjadi sulit mendapat sorotan. Fadli berharap isu Palestina tetap tidak dilupakan.
“Waktu Sidang Umum IPU (Inter Parliamentary Union) ke-144 pada 20 sampai 24 Maret lalu di Bali, kita pada awalnya akan mengajukan draf resolusi terkait Palestina. Namun karena konflik Rusia dan Ukraina semakin memanas, kita kembali menunda draf Palestina tersebut. Namun kita selalu mengingatkan bahwa krisis Rusia dan Ukraina tak boleh mengabaikan isu Palestina," ujar Fadli.
Pada sisi lain diingatkan ekses dari rangkaian kekerasan tersebut yaitu tersulutnya amarah seluruh warga Palestina termasuk kelompok-kelompok perjuangan di Jalur Gaza. Menurut Fadli, provokasi kebrutalan Israel akan memicu aksi balasan berupa roket-roket dari Jalur Gaza.
“Jika eskalasi kekerasan tak lekas diatasi, situasi di Palestina akan semakin mengerikan, termasuk aksi kekerasan Israel yang sangat mematikan karena alutsistanya yang lebih memadai daripada Palestina. Saya sangat mencemaskan terulangnya kembali serangan Israel 11 hari ke Gaza pada tahun lalu tak lama Ramadhan berakhir,” imbuhnya mengingatkan.
Arab Saudi Turut Angkat Suara
Kerajaan Arab Saudi mengutukan dan mengecam serangan prajurit Israel ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Pasukan Israel menutup gerbang dan menyerang jemaah.
Menurut laporan Arab News, Sabtu (16/4), ada lebih dari 150 warga Palestina yang terluka. Bentrokan ini adalah yang terparah selama setahun terakhir.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menuding Israel melakukan eskalasi sistemik dengan menyerang kesucian Masjid Al-Aqsa dan kesignifikasiannya ke negara Islami tersebut, serta pelanggaran resolusi-resolusi internasional.
Arab Saudi lantas meminta komunitas internasional untuk menuntut pertanggungjawaban kepada Israel karena berulang kali melanggar hak rakyat Palestina.
"Kerajaan menyerukan kepada komunitas internasional untuk menjalankan tanggung jawabnya dalam membuat pasukan penjajah Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas reperkusi dari kejahatan-kejahatan yang berlangsung ini dan pelanggaran terhadap rakyat Palestina yang tak punya pertahanan, tanah mereka, dan tempat-tempat suci mereka," demikian pernyataan Kemlu Arab Saudi.
Advertisement