Sukses

AS Minta Palestina dan Israel Jangan Provokatif Usai Bentrokan Al-Aqsa

AS minta Israel dan Palestina sama-sama menahan diri usai polisi Israel bentrok dengan warga Palestina di Masjid Al-Aqsa.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat meminta agar tidak ada provokasi usai terjadinya bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di Masjid Al-Aqsa, Jumat (15/4). Kabar sejauh ini, warga Palestina disebut melakukan aksi pelemparan, sehingga polisi bergerak ke arah masjid. Lebih dari 150 orang Palestina terluka akibat bentrokan ini dan ratusan lainnya ditahan.

Juru bicara Kemlu AS, Ned Price, berkata perlunya semua pihak untuk menahan diri, serta menghindari retorika provokatif. 

"Amerika Serikat sangatlah khawatir kepada kekerasan di Yerusalem hari ini di Haram al-Sharif/Temple Mount. Kami meminta semua pihak untuk menahan diri, menghindari aksi dan retorika provokatif, dan menjaga status quo bersejarah di Haram al-Sharif/Temple Mount," ujar Ned Price, dilansir situs state.gov, Sabtu (16/4/2022).

"Kami mendorong para pejabat Palestina dan Israel untuk bekerja secara kooperatif untuk meredakan ketegangan dan memastikan keamanan semua pihak," lanjut Ned Price.

Pihak Kemlu AS juga mengaku memantau situasi ini dengan lekat, serta berkomunikasi dengan pejabat Israel dan Palestina untuk meredakan ketegangan yang terjadi.

DW.com menyebut bahwa ada sekitar 400 warga Palestina yang ditahan. Pihak Israel polisi mengaku terpaksa masuk ke area masjid untuk mencari batu-batuan yang dipakai sebagai senjata. Warga Palestina juga menggunakan kembang api, sementara polisi Israel memakai gas air mata dan granat kejut.

Sejumlah polisi Israel dilaporkan terluka karena lemparan batu yang terjadi. Namun, pihak polisi Israel mengaku tidak masuk ke dalam masjid.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Reaksi BKSAP DPR

Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon, angkat suara atas kekerasan yang terjadi di Masjid Al-Aqsa antara polisi Israel dan warga Palestina. Kepolisian Israel menyerang sejumlah warga sipil, dan berdasarkan video yang beredar ada juga perempuan yang terkena serangan fisik.

Fadli Zon yang menyebut insiden itu sebagai "kekerasan" pihak Israel juga merasa pesimistis terhadap prospek perdamaian. Perdana Menteri Israel yang baru juga dinilai lebih keras ketimbang pendahulunya. 

“Sejak awal saya pesimis masa depan perdamaian antara Palestina dan Israel. Naftali Bennett adalah politisi sayap kanan garis keras yang pernah menolak negara Palestina. Dia lebih keras dari Netanyahu. Rangkaian kekerasan dalam tiga pekan belakangan ini membuktikan tak ada yang berubah dari kebijakan Israel atas warga Palestina. Israel tetap brutal bahkan lebih kejam. Dunia jangan sebatas mengecam kekejaman itu, dunia juga harus mengecam pemerintahan Israel yang dipimpin garis keras,” ujar Fadli Zon dalam keterangan resmi, Sabtu (16/4/2022).

Fadli Zon berkata jumlah korban luka-luka yang ebih dari seratus dan korban tewas 36 warga Palestina sejak Januari tahun ini telah menunjukkan masa depan suram kepemimpinan Naftali Bennett sebagai mitra perdamaian.

3 dari 4 halaman

Akses ke Masjid Al-Aqsa

Fadli Zon turut menyorot Yordania berfungsi sebagai penjaga komplek masjid, sementara Israel mengontrol akses. Hal itu dianggap perlu berubah.

“Saya melihat perlu kesungguhan langkah preventif agar kekerasan di Kompleks Al-Aqsa tidak terulang setiap Ramadhan. Seharusnya PBB dan komunitas internasional tak lepas tangan. Apalagi kalau kita merujuk resolusi penting Majelis Umum PBB nomor 181 tahun 1947, yang menetapkan Yerusalem sebagai wilayah di bawah kewenangan internasional dan diberikan status hukum dan politik terpisah,” kata Fadli Zon.

Politisi Gerindra tersebut juga mengkritik aturan yang menetapkan Israel sebagai pihak pengontrol akses ke Kompleks Masjid Al-Aqsa. “Alih-alih sebagai pengatur, aparat keamanan Israel justru kerap melindungi kelompok-kelompok ekstrimis Yahudi yang secara provokatif masuk ke Komplek dan bagian dalam Masjid Al-Aqsa. Tentu saja tindakan tersebut menyulut kemarahan jamaah masjid. Harus ada upaya dari PBB untuk mencabut kewenangan kontrol akses Israel atas Masjid Al-Aqsa. Kontrol itu harus diserahkan ke pihak yang netral di bawah pengawasan PBB,” saran dia.

Sebelumnya, beberapa kelompok ekstremis Yahudi menyerukan kepada otoritas Israel untuk mengambil bagian dalam inisiatif untuk mengadakan ‘Pengorbanan Paskah’ di halaman Masjid Al Aqsa yang akan diadakan Jumat (15/4).

Pihak Fadli Zon menyebut mereka menawarkan hadiah sekitar Rp 45 juta kepada mereka yang mampu membawa ternak ke kompleks Al Aqsa dan berhasil melaksanakan kurban. Hadiah sebesar Rp 2,8 juta ditawarkan kepada mereka yang dapat memasuki kompleks Al Aqsa namun tidak dapat berkurban. Ada juga hadiah sebesar Rp 1,7 juta untuk mereka yang mencoba dan gagal masuk.

4 dari 4 halaman

Konflik Ukraina

Lebih lanjut, Fadli Zon berkata isu konflik antara Rusia dan Ukraina sedang menjadi fokus diskusi global, sehingga isu Palestina menjadi sulit mendapat sorotan. Fadli berharap isu Palestina tetap tidak dilupakan. 

“Waktu Sidang Umum IPU (Inter Parliamentary Union) ke-144 pada 20 sampai 24 Maret lalu di Bali, kita pada awalnya akan mengajukan draf resolusi terkait Palestina. Namun karena konflik Rusia dan Ukraina semakin memanas, kita kembali menunda draf Palestina tersebut. Namun kita selalu mengingatkan bahwa krisis Rusia dan Ukraina tak boleh mengabaikan isu Palestina," ujar Fadli.

Pada sisi lain diingatkan ekses dari rangkaian kekerasan tersebut yaitu tersulutnya amarah seluruh warga Palestina termasuk kelompok-kelompok perjuangan di Jalur Gaza. Menurut Fadli, provokasi kebrutalan Israel akan memicu aksi balasan berupa roket-roket dari Jalur Gaza.

“Jika eskalasi kekerasan tak lekas diatasi, situasi di Palestina akan semakin mengerikan, termasuk aksi kekerasan Israel yang sangat mematikan karena alutsistanya yang lebih memadai daripada Palestina. Saya sangat mencemaskan terulangnya kembali serangan Israel 11 hari ke Gaza pada tahun lalu tak lama Ramadhan berakhir,” imbuhnya mengingatkan.