Sukses

18 April 1989: Protes di China Mengawali Tragedi Berdarah Lapangan Tiananmen

Pada 18 April 1989, ribuan mahasiswa Tiongkok terus turun ke jalan di Beijing untuk memprotes kebijakan pemerintah dan mengeluarkan seruan untuk demokrasi yang lebih besar di China yang komunis.

Liputan6.com, Beijing - Pada 18 April 1989, ribuan mahasiswa China terus turun ke jalan di Beijing untuk memprotes kebijakan pemerintah dan mengeluarkan seruan untuk demokrasi yang lebih besar di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang komunis.

Protes tumbuh sampai pemerintah China dengan kejam menekan mereka pada bulan Juni selama apa yang kemudian dikenal sebagai Pembantaian Lapangan Tiananmen, demikian seperti dikutip dari Histoy, Senin (18/4/2022).

Selama pertengahan 1980-an, pemerintah komunis RRT perlahan-lahan merayap menuju liberalisasi ekonomi yang dikendalikan negara yang ketat di negara itu, dalam upaya untuk menarik lebih banyak investasi asing dan meningkatkan perdagangan luar negeri negara.

Tindakan itu memicu seruan di antara banyak warga China, termasuk banyak siswa, untuk reformasi sistem politik yang didominasi komunis di negara itu.

Pada awal 1989, protes damai terhadap pemerintah dimulai di beberapa kota terbesar di China. Protes terbesar diadakan pada 18 April di ibu kota Beijing.

Berbaris melalui Lapangan Tiananmen di pusat kota, ribuan siswa membawa spanduk, meneriakkan slogan, dan menyanyikan lagu-lagu yang menyerukan suasana politik yang lebih demokratis.

2 dari 2 halaman

Tanggapan Keras Pemerintah China

Tanggapan pemerintah terhadap demonstrasi menjadi semakin keras.

Pejabat pemerintah yang menunjukkan simpati kepada para pengunjuk rasa dibersihkan.

Beberapa pemimpin demonstrasi ditangkap, dan kampanye propaganda diarahkan pada mahasiswa yang berbaris, menyatakan bahwa mereka berusaha untuk "menciptakan kekacauan di bawah langit."

Pada tanggal 3 Juni 1989, dengan protes yang semakin besar setiap hari dan wartawan asing menangkap peristiwa dramatis di film, tentara China diarahkan untuk menghancurkan gerakan tersebut.

Sejumlah pengunjuk rasa China yang tidak diketahui tewas (perkiraan berkisar hingga ribuan) selama apa yang kemudian dikenal sebagai Pembantaian Lapangan Tiananmen.