Liputan6.com, Tijuana - Di balik ketegangan kedua negara, perang Rusia Ukraina, terselip kisah bahagia dari sepasang sejoli ini.
Mengutip VOA Indonesia, Minggu, (17/4/2022), seorang pria asal Rusia dan perempuan asal Ukraina menikah di kota perbatasan Tijuana, Meksiko, pada Kamis 14 April setelah keduanya tidak bisa memasuki wilayah AS bersama-sama.
Baca Juga
Daria Sakhniuk diizinkan memasuki AS sebagai pengungsi, namun pasangannya, Semen Bobrovski, tidak dapat melintas ke negeri Paman Sam di tengah invasi Rusia ke Ukraina.
Advertisement
Dalam upaya agar keduanya bisa pergi ke AS, pasangan itu justru menikah di Meksiko.
Pasangan itu meninggalkan Ukraina setelah perang pecah.
Di bawah peraturan AS, hanya warga negara Rusia yang memiliki anggota keluarga di AS yang diizinkan masuk ke Amerika.
"Karena saya memiliki paspor Rusia sekarang jadi agak kontroversial. Anda lihat sendiri orang-orang dengan paspor Rusia, mereka seperti orang-orang yang tidak diinginkan. Anda harus membuktikan bahwa Anda orang baik sebelum mereka mau berbicara dengan Anda atau memberikan Anda tiket pesawat dan lain sebagainya," ujar Bobrovski kepada Associated Press.
Bobrovsi mengatakan, ia yakin pernikahannya dapat memperbesar peluangnya memasuki AS bersama istri barunya.
"Tanpa pernikahan ini, kami tidak akan bisa melintas, karena bagi pemerintah AS, kami masih orang asing bagi satu sama lain, meski kami punya banyak foto (bersama). Kami bisa saja membawa kenalan kami lewat Facetime untuk menunjukkan bahwa kami sudah menjalin hubungan selama tiga setengah tahun dan bukti lainnya," kata Bobrovski.
Banyak negara di dunia yang telah menjatuhkan sanksi yang berdampak pada beberapa aspek ekonomi Rusia, seperti sektor keuangan dan akses perjalanan, setelah invasi ke Ukraina dimulai Februari lalu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pernikahan Pasangan Tentara Ukraina di Tengah Invasi Rusia
Kondisi perang yang memanas dan serangan dari Rusia, tak menyurutkan langkah pasangan pasukan pertahanan Ukraina untuk menikah. Mereka bertukar janji suci di pos pemeriksaan Kiev dengan upacara yang sederhana.
Dikutip dari Washington Post, Selasa (8/3/2022), pasangan berbahagia itu adalah Lesya Filimonova dan Valeriy Filimonov yang resmi jadi suami istri pada Minggu, 6 Maret 2022. Pernikahan mereka dikelilingi oleh rekan-rekannya yang membawa granat berpeluncur roket dan rudal antitank.
Pengantin pria mengenakan seragam militer dan helm. Begitu pula dengan pengantin perempuan yang berbalut seragam militer, serta kerudung pengantin di kepalanya.
Pernikahan sederhaana itu turut dihadiri Wali Kota Kiev Vitali Klitschko yang mengenakan rompi antipeluru dan berswafoto dengan pengantin perempuan. Ada pula kerumunan wartawan yang diundang untuk menonton pernikahan di sebelah pos pemeriksaan di tengah perang Rusia melawan Ukraina.
Momen tersebut dalam menggambarkan normalitas di tengah konflik. Itu menunjukkan, kata wali kota, bahwa "kehidupan berlanjut dan orang-orang hidup dan cinta mereka membantu perang."
Lebih dari seminggu yang lalu sebelum invasi Rusia, pasangan itu adalah "orang normal" tanpa rencana untuk membawa senjata, katanya. Sekarang, "mereka ingin mempertahankan kota kita bersama."
Advertisement
Pasangan di Ukraina Buru-Buru Menikah di Tengah Serangan Rusia
Tidak pernah dibayangkan pasangan asal Ukraina, Yaryna Arieva dan Sviatoslav Fursin, bahwa mereka akan bergegas menikah di tengah suara sirene serangan udara yang memekakkan telinga pada Kamis, 24 Februari 2022. "Itu sangat menakutkan," kata Arieva, yang menikahi pasangannya di biara St Michael di Kyiv, mengutip CNN, Sabtu (26/2/2022).
Ia menyambung, "Ini adalah momen paling bahagia dalam hidup Anda, Anda keluar, dan Anda mendengarnya (sirene serangan udara)." Pasangan itu telah berencana menikah pada 6 Mei 2022 dan merayakannya di sebuah restoran dengan "teras yang sangat, sangat menggemaskan" yang menghadap ke sungai Dnieper, kata Arieva.
"Hanya kami, sungai, dan lampu-lampu indah," kata perempuan berusia 21 tahun itu.
Tapi, semua itu berubah ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina Kamis pagi. Serangan itu dimulai beberapa jam sebelum fajar dengan serangkaian serangan rudal.
Ini dengan cepat menyebar ke seluruh Ukraina tengah dan timur ketika pasukan Rusia menyerang negara itu dari tiga sisi, menjungkirbalikkan kehidupan puluhan juta orang Ukraina. Pasangan yang bertemu pada Oktober 2019 di sebuah protes di pusat kota Kyiv ini memutuskan mempercepat pernikahan mereka karena tidak yakin apa yang akan terjadi di masa depan.
"Situasinya sulit. Kami akan memperjuangkan tanah kami," kata Arieva. "Kami mungkin bisa saja meninggal dunia, dan kami hanya ingin bersama sebelum semua itu."
Setelah menikah, Arieva dan Fursin bersiap pergi ke Pusat Pertahanan Teritorial setempat untuk bergabung dalam upaya membantu membela negara. "Kami harus melindunginya (negara). Kami harus melindungi orang-orang yang kami cintai dan tanah yang kami tinggali," katanya.
Ia berkata, "Saya berharap yang terbaik, tapi saya melakukan apa yang saya bisa untuk melindungi tanah saya." Arieva tidak tahu tugas apa yang akan diberikan pada pasangan itu. "Mungkin mereka hanya akan memberi kami baju besi dan kami akan pergi berperang. Mungkin kami akan membantu dengan sesuatu yang lain. Mereka akan memutuskan," katanya.
Alasan Para Perempuan Ukraina Memilih Ikut Perang Melawan Rusia
Jutaan orang harus meninggalkan Ukraina di tengah invasi Rusia ke negara tersebut. Mereka mencari perlindungan di Eropa Tengah dan Timur karena serangan terus melenyapkan sebagian besar Ukraina.
Dilansir dari People, Senin (28/3/2022), tidak semua warga Ukraina melarikan diri dari konflik bersenjata di negerinya. Banyak dari mereka, termasuk perempuan, memutuskan tetap tinggal di tanah kelahirannya untuk ikut membela Tanah Air mereka.
"Saya tidak akan menyerahkan semua penyelamatan dan pertahanan kepada para pria. Saya mungkin seorang perempuan, tetapi saya tidak memiliki anak, dan saya siap untuk bertarung," kata Olga Kovalenko, seorang tentara perempuan Ukraina, kepada USA Today dalam sebuah cerita yang diterbitkan Jumat. "Ini tanah saya, tempat saya tinggal."
Kovalenko adalah salah satu perempuan yang tetap tinggal di Ukraina dan memberi tahu surat kabar itu bahwa dia secara sukarela bergabung dengan militer negaranya setelah pemberlakuan darurat militer. Kini, ia menghabiskan hari-harinya pergi ke daerah yang terkena serangan Rusia, mengevakuasi mereka yang membutuhkan bantuan dan menilai kerusakan.
Kovalenko lahir dari ibu berkebangsaan Ukraina dan ayah berkebangsaan Rusia. "Saya memilih untuk mempertaruhkan hidup saya untuk negara saya, itu yang darah Ukraina saya perintahkan untuk saya lakukan," katanya. Mengutip angka dari pemerintah Ukraina, USA Today melaporkan bahwa 15 persen tentara Ukraina adalah perempuan.
Kovalenko menyampaikan bahwa juga tetap tinggal untuk bertarung membela Ukraina. "Kami bukan pejuang profesional, kami hanya warga sipil yang tinggal karena kami ingin melindungi rumah kami," jelasnya.
Advertisement