Sukses

Deadline Ultimatum Rusia Berakhir, Ukraina Pilih Lawan Hingga Akhir di Mariupol

Prajurit Ukraina di Mariupol dilaporkan menolak ultimatum Rusia untuk menyerah.

Liputan6.com, Mariupol - Rusia mengklaim berhasil menguasai kota Mariupol di Ukraina. Kota itu menjadi sasaran invasi Rusia karena posisinya yang strategis. Pihak Rusia telah mengirimkan ultimatum bagi prajurit Ukraina untuk menyerah, tetapi ultimatum itu tak dipatuhi.

Menurut laporan AP News, Senin (18/4/2022), melaporkan bahwa sebagian besar kota Mariupol telah hancur. Jatuhnya Mariupol ke tangan Rusia bisa menjadi kemenangan besar bagi Rusia yang mencoba mengendalikan wilayah industri timur Ukraina.

Pemerintah Ukraina berkata para prajurit sudah terkepung prajurit Rusia. Namun, para prajurit Ukraina yang bertahan di Mariupol mengabaikan ultimatum menyerah atau mati yang diberikan Rusia.

Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal berkata bahwa negaranya akan terus bertempur hingga akhir.

"Kita tentunya akan bertempur hingga akhir, hingga menang, di perang ini," ujarnya dalam wawancara dengan ABC. Ia pun menegaskan bahwa Mariupol masih belum jatuh. 

"Masih ada pasukan militer kami, prajurit-prajurit kami, sehingga mereka akan bertarung hingga akhir dan saat ini mereka masih di Mariupol," ujarnya. PM Ukraina menyebut negaranya juga siap untuk berdiplomasi jika memungkinkan, tetapi Ukraina tidak berniat untuk menyerah.

Selama perang berlangsung, warga Mariupol menderita karena akses listrik dan air bersih terdampak karena serangan Rusia. 

Sementara, CNN melaporkan bahwa pihak Ukraina menyebut Rusia menutup akses masuk Mariupol. Mereka juga menggunakan sistem perizinan bagi masyarakat yang ingin bergerak di dalam kota Mariupol.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Ukraina Tolak Lepas Wilayah Timur

Sebelumnya dilaporkan, Presiden Ukraina Volodymr Zelensky menolak untuk melepaskan bagian timur negaranya demi perdamaian dengan Rusia. Militer Ukraina disebut siap melawan militer Rusia. Menurut data Global Fire Power, militer Rusia adalah yang terkuat di Eropa.

Daerah yang jadi permasalahannya adalah Donbas di timur Ukraina. Pasukan rezim Vladimir Putin telah masuk ke wilayah itu sebagai salah satu jalur invasi ke Ukraina, sebelumnya Putin mendukung separatisme di sana.

Pada interview bersama CNN, Presiden Zelensky berkata dirinya tidak percaya dengan militer dan kepemimpinan Rusia. Ia bertekad untuk berdiri tegak di Donbass, sebab jika dibiarkan maka tak tertutup kemungkinan Rusia kembali menyerang ibu kota Kyiv.

"Inilah mengapa sangat penting bagi kami untuk tidak membiarkan mereka, untuk berdiri tegak di posisi kami, sebab pertempuran ini dapat mempengaruhi jalannya perang ini," ujar Presiden Zelensky, dikutip situs pemerintah Ukraina, Ukrinform, Senin (18/4).

"Saya tidak percaya dengan militer Rusia dan kepemimpinan Rusia," ujar aktor yang menjadi politikus itu.

Lebih lanjut, Presiden Zelensky berkata sulit percaya dengan negara-negara tetangganya setelah ada konfik dengan Rusia. Ia menyebut hanya percaya pada rakyat Ukraina, serta negara-negara yang mendukung lewat aksi nyata.

3 dari 4 halaman

Ultimatum Rusia di Mariupol

Bila Rusia benar-benar telah menguasai Mariupol, maka ini akan menjadi kota besar pertama yang jatuh ke pasukan Rusia sejak invasi 24 Februari.

"Seluruh wilayah perkotaan Mariupol telah sepenuhnya dibersihkan ... sisa-sisa kelompok Ukraina saat ini sepenuhnya diblokade di wilayah pabrik metalurgi Azovstal," kata Igor Konashenkov, juru bicara utama kementerian pertahanan Rusia sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Minggu (17/4/2022).

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa jika pasukan Ukraina di Mariupol meletakkan senjata mulai Minggu pukul 06.00 waktu Moskow (10.00 WIB), nyawa mereka akan selamat, kantor berita TASS melaporkan.

Mengutip direktur Pusat Manajemen Perlawanan Nasional Rusia Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev, Tass mengatakan tawaran Moskow itu didorong oleh "situasi bencana" di pabrik tersebut serta "prinsip murni kemanusiaan."

Ia menambahkan: "Kami menjamin bahwa nyawa semua orang yang meletakkan senjatanya akan selamat."

Berdasarkan syarat-syarat tawaran itu, tentara yang masih ada di pabrik tersebut akan angkat kaki antara pukul 06.00 dan 23.00 waktu Moskow, tanpa senjata atau amunisi.

4 dari 4 halaman

Situasi Sulit di Mariupol

"Situasinya sangat sulit," kata Presiden Volodymyr Zelensky kepada portal berita Ukrayinska Pravda. "Tentara kami diblokir, yang terluka diblokir. Ada krisis kemanusiaan... Namun demikian, orang-orang membela diri."

Berbicara dalam pidato online, dia menuduh Rusia mencoba memusnahkan penduduk kota tetapi tidak menanggapi klaim Moskow untuk merebut Mariupol.

Zelensky mengancam akan menarik diri dari negosiasi damai yang berkelanjutan dengan Rusia jika pejuang Ukraina yang terperangkap di kota pelabuhan tewas.

"Apa yang mereka lakukan sekarang ... bisa menghentikan segala bentuk negosiasi," kata Zelenskyy dalam sebuah wawancara dengan situs berita Ukraina.

"Ada pasukan di sana yang benar-benar membenci Rusia, dan saya tidak berpikir Rusia akan membiarkan mereka hidup," kata pemimpin Ukraina itu, merujuk pada fakta bahwa banyak pejuang di Mariupol adalah bagian dari sayap kanan Azov Batallion.

Di kota pelabuhan utama, wartawan di distrik yang dikuasai Rusia mencapai pabrik baja, salah satu dari dua pabrik logam di mana para pembela telah bertahan di terowongan bawah tanah dan bunker.

Beberapa mayat warga sipil tergeletak berserakan di jalan-jalan terdekat, termasuk seorang wanita dengan parka merah muda dan sepatu putih.

Satu setengah bulan setelah invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina, Rusia berusaha merebut wilayah di selatan dan timur setelah menarik diri dari utara menyusul serangan terhadap Kiev yang gagal di pinggiran ibukota.