Liputan6.com, Kiev - Pemimpin kelompok ISIS dilaporkan tewas pada awal Februari 2022 saat ia meledakkan bom untuk menghindari penangkapan, ketika AS melakukan penyerbuan di wilayah Suriah barat laut, kata Gedung Putih dan para pejabat pertahanan AS.
Pada 10 Maret, kelompok itu mengonfirmasi kematiannya dan bekas juru bicara kelompok itu. ISIS kemudian mengangkat Abu Hasan Al-Hashemi Al-Qurashi sebagai pemimpin yang baru.
Baca Juga
Mengutip VOA Indonesia, Senin (18/4/2022), ISIS kemudian pada Minggu 17 April berjanji akan melakukan "pembalasan" atas pembunuhan bekas pemimpinnya. Kelompok militan itu menyerukan para pendukungnya untuk memanfaatkan perang Rusia Ukraina guna merencanakan serangan di Eropa.
Advertisement
"Kami mengumumkan, kampanye pembalasan yang diberkati atas kematian Abu Ibrahim al-Qurashi dan bekas juru bicara kelompok itu," demikian menurut sebuah pesan audio dari kelompok tersebut yang disebarkan lewat aplikasi pesan Telegram.
Juru bicara baru kelompok ISIS, Abu-Omar Al-Muhajir, juga menyerukan para pendukungnya untuk memulai lagi serangan di Eropa, dengan memanfaatkan "peluang yang tersedia" di mana "orang-orang bertikai satu sama lain" -- merujuk pada invasi Rusia ke Ukraina.
Sejauh ini tak banyak yang diketahui mengenai pemimpin baru itu, yang merupakan pemimpin ketiga ISIS sejak kelompok itu dibentuk.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kematian Pemimpin ISIS Pukulan Telak
ISIS mengkonfirmasi pada hari Kamis (10 Maret) kematian pemimpinnya Abu Ibrahim Al-hashemi Al-Quraishi dan juru bicaranya Abu Hamza Al-Quraishi, dan mengumumkan Abu Al-Hassan Al-hashemi Al-Quraishi sebagai kepala barunya.
Quraishi, seorang sarjana agama dan tentara di tentara mantan pemimpin Irak Saddam Hussein yang memimpin ISIS dari bayang-bayang selama lebih dari dua tahun, tewas dalam serangan pasukan khusus AS di Suriah utara pada Februari ketika dia meledakkan bom yang menewaskan dia dan anggota keluarganya, kata pemerintah AS. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (11/3/2022).
Kematian Quraishi (45) merupakan pukulan telak lainnya bagi ISIS dua tahun setelah kelompok Muslim Sunni yang kejam kehilangan pemimpin lama Abu Bakr al-Baghdadi dalam serangan serupa pada 2019.
Kelompok itu tidak menyangkal atau mengkonfirmasi narasi AS dan juru bicara ISIS yang baru, Abu Umar al Muhajir.
Pihaknya mengatakan dalam rekaman pidato pada hari Kamis bahwa pertempuran terakhir Quraishi adalah di penjara Ghuwayran di kota Hasaka, Suriah timur laut.
Sedikitnya 200 narapidana dan gerilyawan serta 30 pasukan keamanan tewas dalam serangan ISIS di penjara pada Januari dalam upaya untuk membebaskan anggota mereka, kata para pejabat.
Advertisement
Keluarga Letnan Juga Tewas
Seorang pejabat senior AS yang berbicara secara anonim berkata ledakan bom bunuh diri Al-Qurayshi turut merenggut nyawa keluarganya sendiri, yakni istri dan anak-anaknya.
"Ini adalah taktik teroris yang sama seperti pendahulunya," ujar pejabat senior tersebut, dilansir NPR, Jumat (4/2/2022).
Ledakan bom bunuh diri itu sampai membuat tubuh-tubuh korban terhempas ke luar bangunan.
"Kedua pemimpin teroris itu membunuh keluarganya sendiri," lanjut pejabat AS itu. "Di kasus ini, ledakan sangat besar pada lantai tiga sehingga tubuh-tubuh terlempar ke luar rumah dan ke wilayah sekitar."
Selain bos ISIS tersebut, seorang letnan dan istrinya juga tewas. Mereka tinggal di lantai dua gedung tersebut.
Meski demikian, ada delapan orang anak yang berhasil dievakuasi dengan selamat.
Operasi penyerangan itu berlangsung selama dua jam. Presiden Joe Biden merestui serangan itu pada Selasa pagi kemarin. Ia turun menonton serangan secara langsung di Gedung Putih.
Wakil Presiden Kamala Harris, Menteri Pertahanan Llyod Austin, dan Pemimpin Kepala Staf Gabungan Mark Milley juga hadir untuk memonitor penyerangan.
Terkuak 90 Ribu Materi Propaganda ISIS, Termasuk Konten Terkait Justin Bieber
Koleksi besar materi online milik kelompok yang mengaku sebagai ISIS telah ditemukan oleh para peneliti di Institute of Strategic Dialogue (ISD).
'Perpustakaan digital' itu berisi lebih dari 90.000 materi dan diperkirakan memiliki 10.000 pengunjung unik setiap bulan.
Para ahli mengatakan bahwa materi itu memberikan cara untuk terus mengisi kembali konten ekstremis ISIS di internet.
Tetapi sulit untuk menghapusnya karena datanya tidak disimpan di satu tempat. Dan meskipun otoritas kontra-terorisme di Inggris dan AS telah diperingatkan tentang penyimpanan yang berkembang ini, ia terus berkembang.
Penemuan itu terjadi setelah kematian pemimpin ISIS terkemuka Abu Bakr al-Baghdadi, pada Oktober 2019.
Saat itu, banyak postingan media sosial yang mendukung organisasi tersebut berisi tautan pendek.
Ini mengarahkan para peneliti ke dokumen dan video dalam sembilan bahasa berbeda.
Mereka memasukkan rincian serangan, termasuk yang terjadi di Manchester Arena pada 22 Mei 2017, di London pada 7 Juli 2005 dan di AS pada 11 September 2001.
"[Ada] semua yang perlu Anda ketahui untuk merencanakan dan melakukan serangan," kata wakil direktur ISD Moustafa Ayad, yang menemukan arsip tersebut, dikutip dari BBC, Minggu (6/9/2020).
"Hal-hal yang pada dasarnya mengajari Anda bagaimana menjadi teroris yang lebih baik."
Para peneliti telah memberi tahu Kantor Kejaksaan AS untuk Distrik Timur New York, yang menuntut kasus-kasus kontra-terorisme, serta Met Police. Pihak berwenang di New York belum berkomentar. Tetapi Met mengakui menerima rujukan dan mengatakan itu sedang dinilai oleh petugas spesialis.
Advertisement