Sukses

Kasus COVID-19 Hari Ini Tembus 6 Juta, 99% Populasi Indonesia Sudah Punya Antibodi

Dari banyaknya kasus COVID-19 di Indonesia, hampir seluruh populasi Indonesia diketahui sudah memiliki antibodi.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 di Indonesia hingga Selasa (19/4/2022) sudah mencapai 6.040.432 kasus dengan 155.903 kematian. 

Menurut data dari Worldometers, dengan jumlah kasus tersebut, Indonesia sudah berada di posisi ke-18 di dunia dan ketujuh di Benua Asia.

Sementara itu, dengan tingkat vaksinasi yang berada di atas rata-rata, hampir semua penduduk pulau Jawa terpadat di Indonesia memiliki antibodi terhadap COVID-19, karena kombinasi infeksi sebelumnya dan vaksinasi terhadap virus tersebut. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (19/4/2022).

Studi bulan Maret terhadap 2.100 orang, yang dilakukan di Jawa, tempat tinggal bagi 150 juta orang, dan Bali, tujuan wisata utama di Indonesia, mengungkapkan 99,2 persen orang memiliki antibodi COVID-19, meningkat 6 poin persentase dari survei Desember.

Pandu Riono, seorang ahli epidemiologi di Universitas Indonesia, yang melakukan survei dengan kementerian kesehatan, pada hari Senin mengatakan kepada Reuters bahwa tingkat antibodi dalam survei terbaru lebih tinggi karena peluncuran vaksin booster yang lebih luas, karena penerima memiliki perlindungan yang lebih kuat.

Jumlah kasus harian di Indonesia telah menurun secara signifikan sejak lonjakan pada Februari didorong oleh varian Omicron. Sekitar 60 persen dari 270 juta penduduknya telah divaksinasi COVID-19.

Pandu mengatakan antibodi yang lebih kuat dapat menjelaskan tingkat penurunan infeksi varian Omicron yang lebih cepat di Indonesia.

Penelitian Desember terhadap 22.000 orang, dilakukan secara nasional dan menunjukkan 86 persen orang Indonesia memiliki antibodi.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Pelonggaran Aturan

Pemerintah Indonesia baru-baru ini melonggarkan banyak pembatasan pandemi, termasuk membebaskan karantina bagi turis asing dan mencabut larangan selama dua tahun pada tradisi mudik massal selama musim liburan Muslim Idul Fitri.

Namun,  seorang pidemiolog Dicky Budiman menyampaikan situasi COVID-19 di Indonesia jelang Hari Raya Idul Fitri. Menurutnya, status krisis dunia maupun nasional belum terlampaui.

“Status atau fase akut emergensi pandemi ini hanya bisa dilalui ketika setidaknya kurang lebih 70 persen dari total penduduk sudah mendapatkan dua dosis dan itu saya kira bisa kita raih dalam waktu yang tidak terlalu lama,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com Senin (18/4/2022).

Walau demikian, kondisi pandemi di Indonesia memang sudah membaik. Terkait mudik aman atau tidak, ia menyebut bahwa mudik belum terlalu aman tapi jauh lebih aman ketimbang dua lebaran sebelumnya.

“Sehingga upaya mitigasi perlu dilakukan dalam bentuk sudah divaksinasi dan menerapkan protokol kesehatan. Artinya potensi lonjakan tetap ada karena masih ada kurang lebih 20 persen penduduk yang masih rawan dan belum memiliki antibodi.”

Sedangkan, antisipasi terbaik menurut Dicky adalah meningkatkan vaksinasi, menerapkan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas), dan tetap menjaga kualitas 3T (testing, tracing, treatment).

“Meskipun tidak semasif sebelumnya, enggak mesti, tapi surveilansnya ditingkatkan.”

Dalam meningkatkan vaksinasi, Dicky setuju dengan adanya posko-posko vaksinasi di jalan yang bisa meringankan dan memudahkan masyarakat. Selain di jalan, di daerah tujuan pun dapat disediakan posko vaksinasi.

“Jadi yang datang terus kembali ke wilayahnya itu yang awalnya baru vaksinasi satu dosis bisa jadi dua dosis, yang baru dua dosis jadi tiga dosis sehingga risiko arus balik menjadi lebih kecil potensi menimbulkan lonjakannya.”

3 dari 4 halaman

Menjelang Mudik

Dicky menambahkan, situasi pandemi COVID-19 yang melandai di Indonesia memang patut disyukuri.

“Namun, yang menjadi catatan kita dan harus disadari bersama bahwa situasi ini tidak bisa digeneralisasi karena indikator yang harus kita tuju adalah angka reproduksi dan test positivity rate yang harus di bawah 1 persen.”

Dalam menghadapi mudik yang identik dengan arus perpindahan sebagian besar masyarakat maka kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan menjadi hal penting.

Indonesia perlu belajar pada negara-negara yang terlalu cepat menetapkan pembebasan, pelonggaran, atau pencabutan respons dalam aspek deteksi dan proteksi.

“Ini bahaya, contohnya Inggris. Ketika semua dilonggarkan, masyarakat abai, maka yang terjadi adalah dampak buruk pada sektor ekonomi juga terjadi karena penerbangan akhirnya banyak yang batal karena banyak yang terinfeksi dan tidak bisa melaksanakan tugas.”

Ini berpengaruh pula pada sektor-sektor  pelayanan publik lainnya dan ini tentu merugikan, tambah Dicky.

“Dan inilah yang menjadi contoh pada kita bahwa virus ini tetap bersirkulasi meskipun sudah dideklarasikan bebas. Virus ini tidak berpengaruh terhadap deklarasi itu.”

4 dari 4 halaman

Masyarakat Harus Patuh

Ia menambahkan, pemerintah sudah berupaya membuat kebijakan mudik Lebaran 2022 yang aman. Untuk itu, partisipasi masyarakat dibutuhkan dalam hal kepatuhan protokol kesehatan.

"Kita sudah belajar, setiap kali hari libur panjang itu terjadi lonjakan kasus COVID-19 dalam dua sampai tiga minggu berikutnya. Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab kita bersama-sama sekarang ya memastikan jangan sampai setelah libur Lebaran dan mudik, terjadi peningkatan kasus, muncul varian baru, dan seterusnya," imbuh Sonny.

"Disiplin prokes adalah kuncinya. Segera lakukan vaksinasi booster juga. Semoga saat melakukan silaturahmi Lebaran tetap harus menerapkan protokol kesehatan secara baik dan benar walaupun dengan keluarga sendiri."