Liputan6.com, Washinton D.C - Untuk kedua kalinya 2nd G20 Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) diketuai oleh Indonesia sebagai presiden G20.
Kali ini diselenggarakan pada 20 april 2022 di Washinton D.C, Amerika Serikat. Dalam meeting G20 FMCBG, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani menyampaikan konsentrasi para anggota member terhadap isu Rusia-Ukraina yang terjadi.
"Meeting dihadiri oleh anggota G20 dengan berbagai negara lain, termasuk Ukraina ditambah dengan kelompok dan organisasi internasional," ujar Sri Mulyani dalam pernyataan persnya, Kamis (21/4/2022) pagi secara virtual.
Advertisement
Baca Juga
"Meeting dilakukan di bawah situasi berat, di mana Rusia melakukan serangan terhadap Ukraina. Terus berlanjut dan mempengaruhi sejumlah negara di luar Eropa," ujar Sri Mulayani.
Dalam pertemuan tersebut, anggota member G20 menaruh perhatian pada masalah yang dihasilkan, seperti krisis kemanusiaan.
"Anggota G20 menyampaikan perhatiannya yang mendalam atas situasi ini, terutama krisis kemanusiaan, dampak ekonomi dan financial dari perang dan meminta diakhirnya perang secepatnya," ujar Sri Mulyani.
"Banyak negara mengutuk perang tersebut yang melanggar banyak hal, terutama hukum kekerasan internasional. Sejumlah anggota menaruh perhatian pada konsekuensi ekonomi dari sanksi yang akan berlaku."
Efek lain yang ditumbulkan juga disampaikan oleh Sri Mulyani, dimana negara-negara kecil pada ujungnya akan menerima imbas dari permasalahan tersebut.
"Para anggota member membagikan pandangannya terhadap perang yang hanya akan memperlama proses pemulihan ekonomi dunia."
"Konsentrasi mereka juga mengarah pada ketahanan pangan dan krisis energi. Low income dan negara miskin akan menjadi yang paling terdampak dari masalah yang penuh tantangan ini."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
G20 Pegang Peran Krusial
Dalam sesi konferensi pers setelah acara, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, "Anggota G20 menekankan peran krusial G20 sebagai forum kerja samaekonomi internasional, untuk mengatasi tantangan ekonomi dunia yang kompleks.
Maka dariitu, para anggota juga mendukung langkah penyesuaian terhadap agenda yang tengah berjalan guna menanggulangi dampak ekonomi dari perang, sambil tetap menjaga komitmen untuk mencari solusi bagi tantangan global yang telah berlangsung lama agar dunia pulih kembali dengan kuat secara berkelanjutan, inklusif, dengan pertumbuhan yang seimbang.
"Sebagai pemegang Presidensi G20 saat ini, Indonesia menjamin dialog terbukauntuk meraih konsensus dalam isu-isu penting yang memengaruhi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapainya, Indonesia mengadopsi sejumlah prosedur yang telah disepakati sejak presidensi-presidensi sebelumnya, di antaranya memiliki kewajiban untuk mengundang seluruh anggota G20 ke dalam pertemuan dan mengawal diskusi secara efektif demi mencari solusi yang melibatkan suara semua anggota."
Indonesia telah menerima dukungan penuh dari anggota untuk bekerja sama mengatasi tantangan global, sembari tetap mengusung agenda utama Presidensi Indonesia, Recover Together, Recover Stronger. Dengan semangat multilateralisme, para anggota dapat mencapai konsensus dipertemuan kedua FMCBG hari ini."
Advertisement
Soroti Ketidakpastian Ekonomi Global di Forum FMCBG Pertama
Pada pertemuan The First G20 Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menyebut kemunculan varian baru Omicron yang berkontribusi pada ketidakpastian ekonomi global.
"Munculnya varian baru Omicron berkontribusi pada peningkatan ketidakpastian dalam ekonomi global, dan seperti varian COVID-19 sebelumnya mempengaruhinegara pada waktu yang berbeda," ujar Sri Mulyani dalam sambutannya di pembukaan The First G20 Finance Ministers and Central Bank Governors’ Meeting, Kamis (17/2/2022).
"Divergensi kapasitas untuk mengatasi pandemi COVID-19,termasuk peluncuran vaksin di seluruh negara, merupakan faktor utama yang menyebabkan pemulihan yang tidak merata," tambah Sri Mulyani.
Sri Mulyani juga menyebutkan bahwa sejumlah faktor tersebut tentu saja akan membentuk ekonomi global di masa depan.
"Indonesia telah menjadi Presiden G20 pada saat yang penuh tantangan. Di satu sisi kita harus menindaklanjuti komitmen kita untuk mengatasi tantangan kesehatan globaluntuk membantu negara mengelola dampak Omicron dan varian baru lainnya yang mungkin muncul," ujar Sri Mulyani.
Pandemi COVID-19 dan Perubahan Iklim Sebagai Pengingat Kerentanan Ekonomi Global
Di sisi lain, Sri Mulyani menekankan bahwa dunia harus mengelola risiko jangka pendek lainnya.
Termasuk mengelola dampak ekonomi dan keuangan dari pandemi dan meningkatkan akses vaksin yang adil tetap menjadi prioritas untuk memperluas dan memperkuat pemulihan global, serta pastikan warga pulih bersama dan menjadi lebih kuat.
Dalam forum itu Sri Mulyani juga mengingatkan bahwa pandemi COVID-19 adalah pengingat keras dari kerentananekonomi global.
"Perubahan iklim dapat menimbulkan dampak yang lebih besarancaman daripada pandemi. G20 harus berperan dalam memerangi perubahan iklim."
"Bukan hanya untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga menemukan cara untuk meningkatkan dan mengarahkan lebih banyak pembiayaan untuk investasi dan teknologi berkelanjutan yang memfasilitasi aksi iklim."
Ia menyebut bahwa kita perlu berkomitmen menuju transisi yang adil dan terjangkau.
"Dengan latar belakang ini, kami beruntung mengadakan pertemuan di tempat yang sempurna ini waktu untuk membahas bagaimana mengelola situasi global yang menantang melalui prioritas dalam agenda," ujar Sri Mulyani.
Advertisement