Sukses

Sekjen PBB Akan Temui Presiden Rusia dan Ukraina Pekan Depan, Setop Perang?

Sekjen PBB akan mengunjungi Rusia untuk bertemu Presiden Vladimir Putin dan ke Ukraina untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy.

Liputan6.com, New York - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres akan mengunjungi Rusia pekan depan untuk menemui Presiden Vladimir Putin, kemudian ke Ukraina untuk berbicara dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy.

Guterres akan terbang ke Moskow pada Selasa dan bertemu dengan Putin, serta menghadiri rapat kerja dan makan siang bersama Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, kata Eri Kaneko, juru bicara Guterres, pada jumpa pers di New York, Jumat.

"Dia berharap dapat membahas apa yang bisa dilakukan untuk mencapai perdamaian di Ukraina segera," kata Kaneko.

Guterres akan bertemu dengan Zelenskyy pada Kamis, Menlu Dmytro Kuleba dan staf badan-badan PBB untuk membahas peningkatan upaya bantuan kemanusiaan, kata kantor juru bicara PBB dalam pernyataan.

Guterres sebelumnya meminta bertemu dengan pemimpin kedua negara dalam surat terpisah yang diserahkan kepada diplomat masing-masing di PBB.

Pada Selasa, dia menyerukan gencatan senjata kemanusiaan selama empat hari mulai Kamis saat perayaan Paskah Ortodoks di Ukraina. Gencatan senjata itu untuk memberi kesempatan kepada warga sipil meninggalkan daerah konflik dan pengiriman bantuan ke wilayah yang terdampak parah.

"Sekretaris jenderal tidak terlalu kecewa seruan pribadinya tidak diindahkan, tapi lebih ke soal tidak adanya gencatan senjata sehingga warga sipil tak bisa keluar dari daerah yang terkepung dan bantuan yang siap dikirimkan PBB dan mitra kami tak bisa dikirim ke daerah itu," kata Kaneko.

Guterres akan membahas tentang hal itu selama kunjungannya ke Moskow, kata juru bicara.

Invasi Rusia di Ukraina, agresi militer terbesar terhadap sebuah negara Eropa sejak 1945, telah menewaskan dan melukai ribuan orang. Lebih dari 12 juta orang memerlukan bantuan kemanusiaan di negara itu sekarang, kata Guterres sebelumnya.

Sejak memulai aksinya di Ukraina, Rusia telah menghancurkan kota-kota dan mayat ratusan warga sipil ditemukan. Moskow membantah mengincar warga sipil dan mengatakan tanpa bukti bahwa tanda-tanda kekejaman sengaja dibuat-buat.

Negara-negara Barat dan Ukraina menuduh Putin melakukan agresi tak berdasar.

2 dari 4 halaman

Vladimir Putin Klaim Blokade Pabrik Azovstal di Mariupol

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (21/4) memerintahkan blokade pabrik Azovstal di kota pelabuhan Mariupol alih-alih menyerbunya, demikian laporan dari media lokal. Demikian update perang Rusia Ukraina terkini.

Perintah itu diberikan setelah Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan kepada Putin bahwa militer Rusia telah menguasai Mariupol selain dari pabrik di mana prajurit Ukraina masih bersembunyi, demikian dikutip dari laman Xinhua, Jumat (22/4/2022).

Sementara itu, Vladimir Putin terus mendapat tekanan dari dunia internasional. Serangan ekonomi berupa sanksi yang dilancarkan negara-negara Barat terhadap Rusia atas agresi ke Ukraina, dianggap Presiden Rusia Vladimir Putin telah gagal.

Klaim itu disampaikan Putin dalam sebuah rapat pemerintah terkait isu ekonomi pada Senin 18 April.

"Faktor negatif utama bagi ekonomi Rusia dalam beberapa tahun terakhir adalah sanksi Barat, yang ditujukan untuk merusak situasi keuangan dan ekonomi di negara kami dengan cepat, memprovokasi kepanikan di pasar, menghancurkan sistem perbankan, dan menyebabkan kelangkaan barang berskala besar di toko-toko," papar Putin.

Menurut dia, Rusia telah bertahan dari "tekanan yang belum pernah ada sebelumnya" ini saat nilai rubel kembali ke level pada paruh pertama Februari dan nilai surplus neraca pembayaran berjalan saat ini membukukan rekor tertinggi, yakni lebih dari US$ 58 miliar (1 dolar AS = Rp14.349), pada kuartal pertama 2022.

Selain itu, Putin mengakui bahwa dalam satu setengah bulan terakhir, harga konsumen di Rusia telah meningkat 9,4 persen dan inflasi melonjak ke angka 17,5 persen secara tahunan per 8 April.

Kendati demikian, "sanksi-sanksi tersebut pada gilirannya merugikan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dengan naiknya inflasi dan angka pengangguran, memperlemah dinamika ekonomi, mengurangi standar hidup, dan mendevaluasi tabungan," Vladimir Putin menambahkan.

3 dari 4 halaman

Serangan Rusia ke Ukraina Meluas

Ukraina mengatakan Rusia telah memulai serangan baru yang diantisipasi di wilayah timur negara itu, dengan ledakan dilaporkan di sepanjang garis depan serta serangan di wilayah lain.

Dilansir dari laman Channel News Asia, Selasa (19/4/2022), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia telah memulai "Pertempuran Donbas" di timur pada Senin (18 April) dan "sebagian besar dari seluruh tentara Rusia sekarang fokus pada serangan ini". "Tidak peduli berapa banyak pasukan Rusia yang mereka kirim ke sana, kami akan berjuang. Kami akan membela diri,” katanya sambil bersumpah dalam sebuah pidato video.

Kepala staf Zelensky, Andriy Yermak, menyebutnya "fase kedua perang" dan meyakinkan Ukraina bahwa pasukan mereka dapat menahan serangan. "Percayalah pada tentara kami, itu sangat kuat," katanya.

Media Ukraina melaporkan serangkaian ledakan, beberapa di antaranya merupakan serangan kuat, di sepanjang garis depan di wilayah Donetsk, dengan penembakan terjadi di Marinka, Slavyansk dan Kramatorsk.  Pejabat lokal Ukraina dan media lokal juga mengatakan ledakan terdengar di Kharkiv di timur laut Ukraina, Mykolaiv di selatan dan Zaporizhzhia di tenggara.

Reuters tidak segera dapat memverifikasi laporan tersebut. Pejabat tinggi keamanan Ukraina, Oleksiy Danilov, mengatakan pasukan Rusia berusaha menerobos pertahanan Ukraina "di hampir seluruh garis depan wilayah Donetsk, Luhansk dan Kharkiv" pada Senin pagi.

Didorong kembali oleh perlawanan Ukraina di utara, Moskow telah memfokuskan kembali serangan daratnya di dua provinsi timur yang dikenal sebagai Donbas, sambil meluncurkan serangan jarak jauh ke target lain termasuk ibu kota, Kiev.

Donbas telah menjadi titik fokus kampanye Rusia untuk mengacaukan Ukraina, dimulai pada tahun 2014 ketika Kremlin menggunakan proxy untuk mendirikan dua "republik rakyat" separatis di negara bekas Soviet. Ini juga merupakan rumah bagi banyak kekayaan industri Ukraina, termasuk batu bara dan baja.

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan telah mencapai ratusan sasaran militer di Ukraina

4 dari 4 halaman

Agresi Tanpa Alasan

Ibu kota Barat dan Kiev menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan agresi tanpa alasan, dan Gedung Putih mengatakan Presiden AS Joe Biden akan mengadakan panggilan dengan sekutu pada hari Selasa untuk membahas krisis Ukraina, termasuk tentang bagaimana berkoordinasi untuk meminta pertanggungjawaban Rusia.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dialognya dengan Putin terhenti setelah pembunuhan massal ditemukan di Ukraina.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada hari Senin jumlah korban sipil perang telah melampaui 2.000, mencapai 2.072 pada tengah malam pada 17 April dari awal invasi Rusia pada 24 Februari.

Sejak awal invasi, sekitar 4 juta orang Ukraina telah meninggalkan negara itu.

Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya operasi khusus untuk mendemilitarisasi Ukraina dan membasmi nasionalis berbahaya. Ia menolak apa yang dikatakan Kiev sebagai bukti kekejaman, dengan mengatakan Ukraina telah mengaturnya untuk merusak pembicaraan damai.