Sejauh mata memandang, segalanya nyaris putih. Salju dan es menutupi permukaan apapun, tanah, jalanan, tiang listrik, pucuk pohon, rumah-rumah, hingga wajah, dan janggut lebat penduduknya.
Suhu rata-rata di bulan Januari adalah -50 derajat Celcius. Maka tak heran, Oymyakon dijuluki sebagai desa paling dingin di muka bumi. Wilayah paling membekukan yang dihuni manusia secara permanen.
Dikenal dengan julukan "Kutub Dingin", temperatur terdingin yang pernah dicatat di Oymyakon adalah -71,2 derajat Celcius. Ekstrem!
Suhu tersebut adalah yang terendah yang pernah dicatat di sebuah lokasi pemukiman di bumi. Juga yang terdingin yang pernah terjadi di belahan bumi Utara.
Ironisnya, Oymyakon dalam bahasa setempat berarti "air yang tak bisa membeku", karena keberadaan sumber air panas di sana.
Seperti dimuat Daily Mail, (23/1/2013), sejarah mencatat, Oymyakon yang kini dihuni 500 orang, pada tahun 1920 hingga 1930-an adalah tempat singgah para penggembala rusa yang berniat memberi ternaknya minum dari mata air panas yang ada di sana.
Namun, pemerintah Uni Soviet kala itu punya program untuk mengubah pola hidup nomaden penduduknya menjadi bertempat tinggal -- agar lebih mudah mengontrolnya. Maka Oymyakon dijadikan desa.
Kehidupan Sederhana
Kebanyakan rumah di Oymyakon masih mengandalkan batubara dan kayu, untuk dibakar dan menghangatkan tubuh mereka. Mereka masih sedikit memanfaatkan kemajuan teknologi modern.
Tak ada tetumbuhan yang bisa hidup di sana, jadi masyarakat sehari-hari makan daging rusa atau kuda. Hanya ada satu toko yang menjual kebutuhan sehari-hari warga -- yang kebanyakan bekerja sebagai penggembala rusa, pemburu, dan pemancing es.
Dokter menyebut, meski jarang makan sayur dan buah, penduduk di sana tak kekurangan gizi. Susu sapi yang mereka konsumsi kaya akan mikronutrien.
Masyarakat sudah terbiasa dengan cuaca membeku itu. Satu-satunya sekolah yang ada di sana hanya akan ditutup jika temperatur anjlok sampai -52 derajat Celcius.
Desa itu berada sekitar 750 meter di atas permukaan air laut, yang berarti durasi dalam sehari bervariasi, tiga jam di musim dingin bulan Desember hingga 21 jam di musim panas.
Dan, meski mengalami musim dingin ekstrem, desa ini cukup hangat di bulan Juni, Juli, Agustus, bisa mencapai lebih dari 30 derajat Celcius.
Oymyakon berjarak dua hari mengemudi dari Yakutsk, ibukota propinsi yang punya dua bandara, universitas, sekolah-sekolah, sejumlah bioskop dan museum.
Menguburkan Jenazah Pun Susah
Meski biasa, ada banyak masalah yang dirasakan penduduk desa di musim dingin. Tinta pena yang membeku, es yang menutupi wajah, batere yang kehilangan tenaganya. Penduduk lokal bahkan mengaku harus menghidupkan mesin mobilnya sepanjang waktu, khawatir alat transportasinya itu tak bakal lagi bisa dinyalakan.
Dan, meski ada layanan jaringan telepon seluler, ponsel tak bisa beroperasi di musim dingin.
Masalah lain yang disebabkan temperatur beku adalah memakamkan jasad orang yang sudah meninggal. Butuh waktu paling tidak tiga hari!
Pertama, tanah harus dilembutkan sebelum digali. Caranya dengan menyalakan api unggun selama beberapa jam. Bara kemudian disingkirkan ke tepi, baru tanah sedalam beberapa inchi bisa digali. Proses itu dilakukan berulang-ulang, selama beberapa hari, hingga lubang di tanah itu bisa digunakan untuk mengubur peti mati.(Ein)
Suhu rata-rata di bulan Januari adalah -50 derajat Celcius. Maka tak heran, Oymyakon dijuluki sebagai desa paling dingin di muka bumi. Wilayah paling membekukan yang dihuni manusia secara permanen.
Dikenal dengan julukan "Kutub Dingin", temperatur terdingin yang pernah dicatat di Oymyakon adalah -71,2 derajat Celcius. Ekstrem!
Suhu tersebut adalah yang terendah yang pernah dicatat di sebuah lokasi pemukiman di bumi. Juga yang terdingin yang pernah terjadi di belahan bumi Utara.
Ironisnya, Oymyakon dalam bahasa setempat berarti "air yang tak bisa membeku", karena keberadaan sumber air panas di sana.
Seperti dimuat Daily Mail, (23/1/2013), sejarah mencatat, Oymyakon yang kini dihuni 500 orang, pada tahun 1920 hingga 1930-an adalah tempat singgah para penggembala rusa yang berniat memberi ternaknya minum dari mata air panas yang ada di sana.
Namun, pemerintah Uni Soviet kala itu punya program untuk mengubah pola hidup nomaden penduduknya menjadi bertempat tinggal -- agar lebih mudah mengontrolnya. Maka Oymyakon dijadikan desa.
Kehidupan Sederhana
Kebanyakan rumah di Oymyakon masih mengandalkan batubara dan kayu, untuk dibakar dan menghangatkan tubuh mereka. Mereka masih sedikit memanfaatkan kemajuan teknologi modern.
Tak ada tetumbuhan yang bisa hidup di sana, jadi masyarakat sehari-hari makan daging rusa atau kuda. Hanya ada satu toko yang menjual kebutuhan sehari-hari warga -- yang kebanyakan bekerja sebagai penggembala rusa, pemburu, dan pemancing es.
Dokter menyebut, meski jarang makan sayur dan buah, penduduk di sana tak kekurangan gizi. Susu sapi yang mereka konsumsi kaya akan mikronutrien.
Masyarakat sudah terbiasa dengan cuaca membeku itu. Satu-satunya sekolah yang ada di sana hanya akan ditutup jika temperatur anjlok sampai -52 derajat Celcius.
Desa itu berada sekitar 750 meter di atas permukaan air laut, yang berarti durasi dalam sehari bervariasi, tiga jam di musim dingin bulan Desember hingga 21 jam di musim panas.
Dan, meski mengalami musim dingin ekstrem, desa ini cukup hangat di bulan Juni, Juli, Agustus, bisa mencapai lebih dari 30 derajat Celcius.
Oymyakon berjarak dua hari mengemudi dari Yakutsk, ibukota propinsi yang punya dua bandara, universitas, sekolah-sekolah, sejumlah bioskop dan museum.
Menguburkan Jenazah Pun Susah
Meski biasa, ada banyak masalah yang dirasakan penduduk desa di musim dingin. Tinta pena yang membeku, es yang menutupi wajah, batere yang kehilangan tenaganya. Penduduk lokal bahkan mengaku harus menghidupkan mesin mobilnya sepanjang waktu, khawatir alat transportasinya itu tak bakal lagi bisa dinyalakan.
Dan, meski ada layanan jaringan telepon seluler, ponsel tak bisa beroperasi di musim dingin.
Masalah lain yang disebabkan temperatur beku adalah memakamkan jasad orang yang sudah meninggal. Butuh waktu paling tidak tiga hari!
Pertama, tanah harus dilembutkan sebelum digali. Caranya dengan menyalakan api unggun selama beberapa jam. Bara kemudian disingkirkan ke tepi, baru tanah sedalam beberapa inchi bisa digali. Proses itu dilakukan berulang-ulang, selama beberapa hari, hingga lubang di tanah itu bisa digunakan untuk mengubur peti mati.(Ein)