Liputan6.com, Tokyo - Penyelidikan telah dimulai untuk mencari penyebab hilangnya sebuah kapal wisata Jepang di lepas pantai utara negara itu, sementara penjaga pantai mengkonfirmasi pada Senin (25 April) kematian seorang anak yang ditemukan pada Minggu malam, sehingga jumlah korban tewas menjadi 11 orang.
Sejauh ini, tidak ada yang ditemukan dari kapal wisata Jepang, Kazu I, yang meninggalkan pelabuhan pada hari Sabtu dengan 24 penumpang, termasuk 2 anak-anak, dan dua anggota awak, kecuali perangkat pelampung oranye yang terpaut di area berbatu di sepanjang garis pantai yang terjal. Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Senin (25/4/2022).Â
Advertisement
Baca Juga
Pencarian dilanjutkan pada hari Senin menggunakan pesawat dan kapal patroli, dengan media mengatakan kapal nelayan lokal dari pelabuhan Utoro juga telah dimobilisasi. Para pencari juga menyusuri tebing-tebing terjal di sepanjang garis pantai.
Penjaga pantai mengatakan akan sulit untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada kapal sampai lebih banyak bukti atau puing ditemukan.
Kapal itu hilang pada hari Sabtu beberapa jam setelah berangkat untuk tur di Semenanjung Shiretoko, yang terkenal dengan pemandangan pantainya yang kasar dan margasatwanya.
Operator kapal telah menelepon untuk melaporkan bahwa kapal itu mengambil air dan miring pada sudut 30 derajat, kata media, sesaat sebelum kontak hilang.
Menurut laporan media, gelombang tinggi di daerah itu pada hari Sabtu dan kapal-kapal nelayan yang berangkat pagi-pagi sekali kembali terlambat karena laut lepas.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kapal Wisata
Kapal itu adalah kapal wisata pertama yang beroperasi di daerah itu musim ini, kata kantor berita Kyodo.
Ia menambahkan bahwa kapal itu sebelumnya pernah bertabrakan dengan benda terapung pada Mei tahun lalu, melukai tiga orang, dan kandas di perairan dangkal tak lama setelah meninggalkan pelabuhan pada Juni.
Kementerian Perhubungan mengirim pejabat ke lokasi pada hari Minggu untuk mengoordinasikan operasi, dan Menteri Perhubungan Tetsuo Saito juga mengunjungi, menyerukan setiap tindakan yang mungkin diambil, termasuk menentukan bagaimana kecelakaan itu terjadi.
"Kami (akan) masih menyelidiki perusahaan kapal secepatnya," tambahnya.
Perusahaan tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.
Es yang melayang dapat dilihat di perairan daerah itu hingga akhir Maret, dan suhu air sekarang akan mencapai 2 hingga 3 derajat Celcius, kata pejabat setempat.
"Hanya beberapa menit di air semacam itu akan mulai mengaburkan kesadaran Anda," kata seorang pejabat perikanan setempat.
Advertisement
Hilang Sejak Sabtu Siang
Tim patroli menerima kontak dari kapal tersebut sekitar pukul 13:15 waktu setempat dan telah menerjunkan lima kapal patroli dan dua pesawat untuk melakukan pencarian.
Belum ada respons dari perusahaan yang mengelola tur wisata Kazu 1. Menurut situsnya, kapal mengangkut 26 orang. Tur di sekitar daerah Shiretoko biasanya berlangsung sekitar tiga jam, menurut perusahaan.
Kapal Kazu 1 berangkat dari pelabuhan Utoro sekitar pukul 10:00 waktu setempat pada Sabtu dan diperkirakan kembali pukul 13:00, kata NHK.
Kondisi gelombang tinggi dan kapal nelayan di daerah tersebut kembali ke pelabuhan sebelum siang.
Kapal wisata Kazu 1 berada di daerah Semenanjung Shiretoko, di sebelah utara dari pulau ujung utara Jepang dan diyakini berada di dekat Air Terjun Kashinu, NHK melaporkan.
Angin dan Gelombang Tinggi
Semenanjung Shiretoko ditetapkan sebagai situs warisan dunia UNESCO pada tahun 2005. Tempat ini terkenal dengan satwa liarnya yang unik, termasuk singa laut Steller yang terancam punah, serta burung migran dan beruang coklat.
Perjalanan wisata perahu di daerah tersebut populer bagi pengunjung yang berharap untuk melihat ikan paus, burung, dan satwa liar lainnya, serta hanyut es di musim dingin.
Perbatasan Jepang tetap tertutup untuk turis karena aturan COVID-19, sehingga tamasya di negara itu secara efektif terbatas pada penduduk dan warga negara Jepang.
Kondisi pada hari Sabtu yang tidak baik, dengan gelombang tinggi dan angin kencang yang dilaporkan mendorong beberapa kapal nelayan lokal untuk kembali ke pantai lebih awal.
Suhu air siang hari di daerah itu sekitar 2 hingga 3 derajat Celcius.
Kazu I kandas di perairan dangkal pada Juni tahun lalu, terdampar dengan 21 penumpang dan dua awak di dalamnya, menurut media Jepang.
Kapal dapat meninggalkan perairan dangkal sendiri dan kembali ke pelabuhan, tetapi polisi menyelidiki kaptennya karena membahayakan lalu lintas karena kelalaian dalam menjalankan bisnis.
Penjaga pantai Jepang telah terlibat dalam berbagai misi pencarian dan penyelamatan di seluruh kepulauan, termasuk penemuan yang sukses November lalu dari seorang pria berusia 69 tahun yang menghabiskan 22 jam hanyut di perairan terbuka di barat daya Kagoshima.
Advertisement