Liputan6.com, Jakarta - Seorang anak laki-laki Minnesota, Amerika Serikat yang berusia 13 tahun akan lulus dengan gelar sarjana dari University of Minnesota pada Mei 2022.
Dikutip dari laman UPI, Rabu (27/4/2022), rencananya bocah berusia 13 tahun itu akan melanjutkan studi untuk mendapatkan gelar doktor.
Elliott Tanner dari St. Louis Park dijadwalkan lulus pada Mei dari University of Minnesota dengan jurusan fisika dan jurusan matematika.
Advertisement
Baca Juga
Tanner mengatakan, langkah selanjutnya dalam pendidikannya adalah program doktor fisika sekolah.
Ibu anak laki-laki itu, Michelle Tanner, mengatakan dia belajar membaca sendiri pada usia ketika kebanyakan anak masih mencari cara untuk mengikat sepatu mereka.
"Dia sudah mulai membaca ketika dia mungkin berusia dua atau tiga tahun. Kami berkata, 'Oh, well, itu menarik. Anda membaca. Kami tidak mengajarinya membaca,'" katanya kepada KSTP-TV.
Tanner mulai membaca buku teks tingkat perguruan tinggi pada usia sembilan tahun, dan dua tahun kemudian dia lulus dari Normandale Community College dengan gelar associate of science.
"Luar biasa. Ini semacam perjalanan yang gila untuk sampai ke sini, tapi ini adalah pengalaman yang menyenangkan," kata Tanner.
Dia mengatakan, berharap untuk mendapatkan gelar doktor dan kembali studi ke universitas.
"Saya berharap menjadi profesor di University of Minnesota untuk menyebarkan kegembiraan dan semangat fisika ini kepada orang lain," katanya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bocah di Belgia Masuk Kuliah Usia 8 Tahun
Sebelumnya, seorang bocah asal Belgia lulus sekolah menengah di usia delapan tahun. Sebelumnya, ia menyelesaikan pendidikan dasar hanya dalam kurun waktu 1,5 tahun.
Seperti dikutip dari BBC, bocah jenius itu diketahui bernama Laurent Simons. Sang ayah orang Belgia dan ibunya berasal dari Belanda.
Menurut orang tuanya, Laurent Simons memiliki nilai Intelligence Quotient (IQ) 145. Ia akan masuk pendidikan diploma, yang umumnya memiliki murid dengan usia 18 tahun.
Berbicara kepada radio RTBF Belgia, Laurent mengatakan subjek favoritnya adalah matematika. "Karena begitu luas, ada statistik, geometri, aljabar," kata Laurent Simons.
Setelah dua bulan liburan dari sekolah, Laurent Simons akan mulai kuliah pertamanya. Di usia yang amat dini.
Sang ayah mengatakan putranya memiliki kesulitan berinteraksi untuk bermain dengan anak-anak lain ketika masih balita. Putranya juga tak terlalu tertarik pada mainan. Tak disangka ternyata buah hatinya itu justru memiliki kepandaian yang luar biasa.
Bocah Belgia itu mengatakan dia bercita-cita menjadi seorang ahli bedah dan astronaut. Tetapi kini ia tertarik dengan dunia komputer.
"Jika dia memutuskan besok untuk menjadi tukang kayu, itu tak jadi masalah bagi kami, selama dia bahagia," tutur sang ayah.
Advertisement
Kasus Serupa
Meski tak semuda Laurent Simons, Carson Huey-You, bocah laki-laki asal Texas, Amerika Serikat juga menginjak bangku kuliah di usia dini. Ia memakan 'bangku' universitas di usia 11 tahun.
Berdasarkan laporan surat kabar kampus, TCU360 yang juga dimuat di Daily Mail, Kamis 29 Agustus 2013, Carson mendaftar jurusan fisika kuantum di Texas Christian University (TCU) saat usianya 10 tahun. Ketika itu ia mengalami kesulitan mendaftar secara online, karena belum paham menggunakan internet.
Jadi, bocah kelahiran 2002 itu melewati jalur lain, yaitu mengikuti SAT sebagai standar penilaian untuk diterima di universitas. Hasilnya menakjubkan, Carson mendapat total nilai 1.770 dari 2.400. Itu artinya kemampuan Carson di atas rata-rata seorang siswa, yang umumnya hanya mencapai 1.500.
Bukan hanya itu, pihak kampus juga terpesona untuk meloloskan bocah berkulit hitam itu karena kemahirannya dalam berbicara bahasa Mandarin. Bahkan dalam sesi wawancara pihak kampus dibuat terlena, dengan permainan piano Carson yang sangat menakjubkan.
Pada semester pertamanya di TCU, ia mengambil 4 mata kuliah.
"Aku mengambil kalkulus, fisika, sejarah dan agama. Itulah empat kelas pertamaku," kata Carson pada CBS DFW yang juga dilansir Daily Mail.
Anak Indonesia Jadi Mahasiswa Kedokteran di Usai 15 Tahun
Peter Susanto, anak pasangan asal Indonesia yang sekarang tinggal di Darwin, Australia Utara, sudah menjadi seorang mahasiswa kedokteran.
Peter menjadi mahasiswa kedokteran di usia yang baru ke-15 tahun.
Berikut ini kisah selengkapnya, dikutip dari ABC Australia, Senin (28/3/2022):
Adalah Peter, anak tertua dari pasangan Henri dan Lenny Susanto yang sebelumnya pernah tinggal di Adelaide, Australia Selatan.
Baik Henri dan Lenny melihat bahwa putra mereka Peter memiliki tingkat kecerdasan tinggi ketika dia bisa menerjemahkan kata-kata dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris di saat masih berusia dua tahun.
13 tahun kemudian, Peter duduk di bangku kuliah di Charles Darwin University untuk bisa menjadi seorang dokter.
"Menjadi seorang dokter adalah impian saya untuk bisa membantu orang lain dan juga adalah tantangan," kata Peter.
Ia sebelumnya pernah mengikuti program bernama "Child Genius" yang diselenggarakan jaringan televisi SBS di Australia.
Dalam lomba untuk menemukan siapa yang paling jenius di kalangan anak-anak berusia 9 sampai 12 tahun di tahun 2018 tersebut, Peter menduduki peringkat ketiga.
Setelah itu, Peter terlibat banyak kegiatan lain di saat sedang sekolah di Haileyburty Rendall, salah satu sekolah swasta ternama di Darwin.
Tahun lalu, Peter Susanto mendapatkan skor 99,60 untuk Sertifikat Lulusan Sekolah Menengah di Australia yang dikenal dengan nama ATAR dan menjadi siswa terbaik di sekolahnya.
ATAR adalah nilai yang digunakan untuk menentukan masuknya siswa ke perguruan tinggi.
Nilai ATAR tertinggi yang bisa dicapai siswa di Australia adalah 99,95.
Peter mengatakan walau usianya baru 15 tahun, dia sudah siap untuk menjadi mahasiswa, baik secara akademis maupun saat nanti bergaul bersama mahasiswa lain.
"Orang tua saya maupun sekolah sudah mempersiapkan saya dengan baik, dalam soal bergaul dengan yang lain, juga memperkenalkan saya dengan siswa lain yang lebih tua.
"Saya punya keterampilan untuk menjadi tidak berbeda dengan yang lain selama di universitas," katanya.
"Saya siap untuk menjadi dokter."Â
Advertisement