Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara memamerkan misil balistik terbesarnya dan berbagai senjata canggih lainnya pada parade militer malam hari yang disaksikan oleh pemimpin Kim Jong-un, lapor media pemerintah negara itu, Selasa (26/4).
Pada parade di Pyongyang Tengah Senin malam (25/4), Kim bertekad akan memperkuat kemampuan nuklir negaranya pada “tingkat tercepat,” kata kantor berita KCNA. Demikian seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (28/4/2022).
Baca Juga
Kim, yang secara bertahap meningkatkan ketegangan dengan AS dan sekutu-sekutunya, mengatakan, setiap negara yang mencoba melakukan konfrontasi militer dengan Korea Utara akan dihancurkan.
Advertisement
"Misi dasar kami terkait kekuatan nuklir adalah untuk mencegah perang, tetapi senjata nuklir kami tidak tertutup semata-mata di dalam batas-batas mencegah perang hingga tercipta situasi yang tidak pernah kami harap akan kami saksikan di tanah ini," kata Kim.
Kim, yang mengenakan seragam militer putih dengan ornamen emas dan merah, berbaris bersama istrinya, Ri Sol Ju, pada parade untuk merayakan ulang tahun ke-90 militer Korea Utara.
Menurut foto-foto yang diunggah KCNA, parade itu menampilkan beberapa misil paling canggih negara tersebut, termasuk Hwasong-17, misil balistik antarbenua (ICBM) terbesarnya.
Namun, foto itu menunjukkan satu-satunya senjata baru yang dipamerkan pada parade itu adalah misil balistik berbahan bakar padat yang diluncurkan dari kapal selam. Menurut para analis, misil tersebut tampak sedikit lebih panjang daripada versi-versi sebelumnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pamer Misil
Tidak jelas apa lagi senjata lain yang dipamerkan, karena parade tersebut belum ditayangkan di televisi pemerintah Korea Utara. Televisi pemerintah biasanya menayangkan acara-acara semacam itu pada siang atau malam berikutnya.
Bulan lalu, Korea Utara menguji coba ICBM untuk pertama kalinya sejak 2017. Para pejabat AS telah menyatakan mereka memperkirakan Korea Utara dalam waktu dekat akan melakukan peluncuran misil jarak jauh lainnya atau bahkan uji coba nuklir, yang akan meningkatkan ketegangan regional secara signifikan.
Ada semakin banyak tanda bahwa Korea Utara akan segera menguji senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017 dalam upaya untuk meningkatkan persenjataannya dan meningkatkan tekanan politik, kata pejabat dan analis AS dan Korea Selatan.
Dua pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa ada indikasi, termasuk aktivitas di dekat situs nuklir Punggye-ri, bahwa Pyongyang mungkin sedang mempersiapkan semacam uji coba, meskipun waktu pastinya tidak jelas.
Seorang pejabat militer Korea Selatan mengkonfirmasi bahwa mereka sedang melacak aktivitas untuk memulihkan salah satu terowongan yang digunakan untuk uji coba nuklir.
Advertisement
Korea Utara Kian Kuat
Juru bicara Pentagon John Kirby pekan ini menolak berkomentar, tetapi mengatakan Washington khawatir tentang kemungkinan tes baru karena itu akan menjadi peluang bagi Korea Utara untuk meningkatkan persenjataannya.
"Setiap kali Anda menguji, Anda belajar ... Kami tahu bahwa ini adalah program yang ingin mereka tingkatkan," katanya pada briefing pada hari Selasa. "Dan tentu saja, kami prihatin dengan upaya untuk melakukan itu."
Analis mengatakan bahwa lebih banyak pengujian dapat membantu Korea Utara mencapai tujuannya untuk membuat hulu ledak nuklir yang lebih kecil dan meningkatkan keandalannya.
Dimulainya kembali uji coba nuklir dapat mengirim gelombang kejutan politik ke seluruh wilayah.
China dan Rusia telah bergabung dengan Amerika Serikat dan anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya dalam memberikan sanksi kepada Pyongyang atas tes sebelumnya, tetapi setelah penerbangan rudal balistik antarbenua (ICBM) minggu lalu, baik Beijing dan Moskow mengisyaratkan penentangan terhadap setiap tindakan baru dan mengatakan sanksi harus dilonggarkan.
Masalah Keamanan Korea Utara
Liu Xiaoming, utusan China untuk urusan Korea, telah meminta semua pihak untuk menahan diri, tetapi mengatakan akar penyebab ketegangan adalah kegagalan Washington untuk mengatasi masalah keamanan Korea Utara yang sah dan untuk membalas langkah-langkah yang telah diambil Pyongyang sejak 2018.
Pada hari Kamis juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan Washington tetap terbuka untuk pembicaraan, tetapi provokasi lanjutan oleh Korea Utara akan menimbulkan tanggapan tambahan dari masyarakat internasional.
Sementara itu, Korea Utara juga sempat mengecam soal masalah dengan Korea Selatan.
Korea Utara menentang perang, tetapi jika Korea Selatan memilih konfrontasi militer atau melakukan serangan pendahuluan, maka kekuatan nuklir Korea Utara harus menyerang, kata saudari kuat pemimpin Kim Jong-un.
Kim Yo-jong, seorang pejabat senior di pemerintah dan partai yang berkuasa, mengatakan itu adalah "kesalahan yang sangat besar" bagi menteri pertahanan Korea Selatan untuk membuat pernyataan baru-baru ini membahas serangan terhadap Korea Utara, kantor berita negara KCNA melaporkan.
Advertisement