Liputan6.com, Paris - Dewan Konstitusi Prancis pada Rabu (27/4) mengesahkan hasil pemilihan presiden dan mengukuhkan Emmanuel Macron sebagai presiden terpilih.
Dari 48.752.339 pemilih terdaftar Prancis, 35.096.478 memberikan suara mereka, sehingga tingkat abstain menjadi 28,01 persen, kata Laurent Fabius, presiden dewan konstitusi.
Macron memenangkan putaran kedua pemilihan yang diadakan pada 24 April dengan mayoritas mutlak 18.768.638 suara (58,55 persen dari surat suara yang sah).
Advertisement
Baca Juga
Menurut hukum, masa jabatan kedua Macron harus dimulai selambat-lambatnya 14 Mei 2022.
Saingan Macron, kandidat sayap kanan Marine Le Pen, menerima 13.288.686 suara atau 41,45 persen.
Macron: Vivle la Republique!
Presiden Emmanuel Macron memenangkan pilpres 2022 di Prancis. Capres petahana Prancis itu berhasil mengalahkan politikus sayap kanan Marion Anne Perrine Le Pen (Marine Le Pen) yang terkenal nasionalis, anti-Uni Eropa, dan anti-hijab.
Kemenangan Macron diumumkan pada Minggu malam (24/4) waktu setempat.
"Vivle la Republique! (Hidup Republik!)" ujar Presiden Macron dalam orasi kemenangan di Paris.
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Prancis sejauh ini, Senin (25/4/2022), Emmanuel Macron meraih 17,3 juta suara dengan total 57,28 persen. Marine Le Pen mendapat 12,9 juta suara atau 42,72 persen.
Sampai perhitungan 78 persen suara di Paris, Emmanuel Macron tercatat menang besar di ibu kota. Ia telah meraih lebih dari 80 persen suara.
Kedua kandidat tercatat sama-sama kuat di departemen Alpes-Maritimes yang merupakan lokasi dari kota Cannes, lokasi festival film internasional di Prancis.
Â
**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini
Merayakan Kemenangan di Hadapan Eiffel
Kubu Presiden Macron tampak telah merayakan kemenangan di Paris dan Macron menyampaikan orasi kemenangannya. Berlatar Menara Eiffel, seorang penyanyi wanita menyanyikan lagu nasional La Marseillaise.
Allons enfants de la Patrie, Le jour de gloire est arrivé ! (Bangkitlah anak-anak Patriot, hari kemenangan telah tiba), demikian pembuka lagu tersebut.
Le Pen Ingin Larang Hijab di Tempat Umum
Sebelumnya dilaporkan, Marine Le Pen, calon presiden sayap kanan di Prancis, berjanji akan melarang Muslim yang mengenakan jilbab di depan umum jika ia terpilih. Janji itu ia sampaikan dalam kampanye terakhirnya.
Le Pen menguraikan bagaimana komitmennya untuk "melarang penggunaan jilbab di semua tempat umum."
Dikutip dari laman Wionews, Senin (11/4), Le Pen juga menyatakan bahwa itu akan ditegakkan oleh polisi dengan cara yang sama seperti sabuk pengaman dikenakan saat sedang berkendara dengan mobil.
"Orang-orang akan didenda dengan cara yang sama seperti tidak mengenakan sabuk pengaman. Bagi saya, polisi tampaknya sangat mampu menegakkan tindakan ini," katanya.
Â
Advertisement
Simbol Agama
Le Pen mengatakan, dia akan menggunakan referendum untuk mencoba menghindari tantangan konstitusional terhadap banyak undang-undang yang diusulkannya atas dasar bahwa mereka diskriminatif dan melanggar kebebasan pribadi.
Undang-undang sebelumnya di Prancis yang melarang simbol agama di sekolah atau penutup wajah penuh di tempat umum diizinkan atas dasar bahwa itu berlaku untuk semua warga negara dan dalam pengaturan tertentu.
Le Pen (53) telah melunakkan retorika anti-imigrasinya selama kampanye tahun ini dan sebagai gantinya berfokus pada kampanye pengeluaran biaya rumah tangga. Ia menempatkannya lebih dekat dari sebelumnya ke kekuasaan, jajak pendapat menunjukkan perubahan pandangan Le Pen.
Survei terbaru menunjukkan bahwa Le Pen berada dalam jarak yang sangat dekat dengan Macron yang berhaluan tengah dalam putaran pertama pemungutan suara pada Minggu 10 April.
Kemenangan Macron juga sudah diprediksi sebelumnya. Pemilihan putaran kedua ditetapkan pada 24 April, dengan survei menunjukkan Macron berada dengan keunggulan kecil 54 persen menjadi 46 persen atas Le Pen.
Â
Â
Muslim di Prancis
Krisis di Ukraina, serta tekanan pada sistem kesehatan setelah dua tahun Covid-19, termasuk di antara kekhawatiran pemilih utama.
Prancis adalah rumah bagi populasi Muslim terbesar di Eropa Barat, sebuah kelompok yang telah mengalami peningkatan prasangka dalam beberapa tahun terakhir.
Macron menuduh Le Pen mendorong manifesto ekstremis dari kebijakan rasis dan merusak segala aturan.
"Duel yang akan kami lakukan dalam 15 hari ke depan akan menentukan bagi Prancis dan Eropa," kata Macron kepada para pendukungnya.
Emmanuel Macron juga mendesak semua pemilih untuk bersatu di belakangnya guna menghentikan sayap kanan berkuasa di negara terbesar kedua di Uni Eropa itu.
Sementara itu, Le Pen mengatakan bahwa dia akan 'membawa ketertiban kembali ke Prancis' selama rapat umum pemilihan baru-baru ini.
"Apa yang akan dipertaruhkan pada 24 April adalah pilihan masyarakat, pilihan peradaban," katanya kepada para pendukungnya.
Advertisement