Sukses

Amerika Tuding Intelijen Rusia Dalang Penyerangan Jurnalis Peraih Nobel Dmitry Muratov

Jurnalis Rusia pemenang Penghargaan Nobel Perdamaian, Dmitry Muratov menjadi korban penyerangan di kereta api.

Liputan6.com, Jakarta - Jurnalis Rusia pemenang Penghargaan Nobel Perdamaian, Dmitry Muratov menjadi korban penyerangan di kereta api di tengah ketegangan Kremlin dengan Ukraina. Ia disiram dengan cat merah pada Kamis 7 April 2022 oleh orang tak dikenal.

Amerika Serikat meyakini intelijen Rusia berada di belakang serangan kimia terhadap Dmitry Muratov yang bersikap kritis terhadap Kremlin, menurut laporan organisasi berita AS, Kamis 28 April.

Dmitry Muratov, redaktur surat kabar investigatif Novaya Gazeta mengatakan bahwa saat dia di kereta, dia disiram dengan cat merah mengandung aseton oleh seorang penyerang yang berkata padanya, "ini untukmu dari orang-orang kami."

Muratov pada saat itu mengunggah foto wajah, dada, dan tangannya yang tertutup cat minyak merah, yang dia katakan membuat matanya terbakar parah lantaran aseton tersebut.

New York Times dan Washington Post melaporkan pada Kamis bahwa badan intelijen AS sudah membuat kesimpulan bahwa sejumlah mata-mata Rusia mengatur penyerangan itu, yang terjadi di kereta rute Moskow-Samara.

Sebelum penyerangan terjadi, Novaya Gazeta mengumumkan bahwa pihaknya menunda aktivitasnya secara daring maupun cetak sampai tindakan yang disebut Rusia sebagai "operasi khusus" di Ukraina berakhir. 

Pemerintah Rusia sudah dua kali memperingatkan surat kabar itu atas peliputan konflik tersebut, seperti dilansir Antara, Jumat (29/4/2022). Rusia mengatakan pergerakannya itu ditujukan untuk melemahkan kemampuan militer Ukraina dan membasmi apa yang disebutnya dengan kalangan nasionalis berbahaya.

Pasukan Ukraina telah melakukan perlawanan keras dan Barat sudah menjatuhkan sanksi besar-besaran terhadap Rusia dalam upaya memaksa negara itu untuk menarik pasukannya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Buntut invasi Rusia ke Ukraina dialami secara personal oleh warga Moskow pemenang bersama Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu, Dmitry Muratov. Ia mengatakan diserang di kereta api dengan cat merah pada Kamis 7 April 2022.

Serangan itu tampaknya sebagai protes atas liputan surat kabarnya tentang invasi Rusia ke Ukraina. Dalam sebuah pengumuman, surat kabar investigatif yang dipimpin Muratov, Novaya Gazeta, pekan lalu menangguhkan aktivitas daring dan cetak hingga akhir dari pelaksanaan yang Rusia sebut sebagai “operasi khusus” di Ukraina. Penangguhan itu dilakukan setelah surat kabar itu menerima peringatan kedua dari regulator komunikasi Rusia.

Gambar yang diposting oleh surat kabar Navaya Gazeta di aplikasi pesan Telegram menunjukkan Muratov dengan cat merah di kepala dan pakaiannya. Selain itu juga terlihat di sekitar kompartemen tidurnya di kereta Moskow-Samara.

"Mereka menuangkan cat minyak dengan aseton ke seluruh kompartemen. Mata rasanya terbakar parah," kata surat kabar itu mengutip Muratov.

"Muratov, ini untukmu dari anak-anak kami," kata penyerang itu seperti dikutip oleh surat kabar tersebut.

 

2 dari 3 halaman

Tekanan ke Media Liberal Rusia Meningkat

Tekanan terhadap media liberal Rusia telah meningkat sejak Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dan sebagian besar media arus utama dan organisasi-organisasi yang dikendalikan pemerintah berpegang teguh pada bahasa yang digunakan oleh Kremlin untuk menggambarkan konflik tersebut.

Beberapa aktivis oposisi telah melaporkan adanya pesan-pesan ancaman yang dicat di pintu apartemen mereka.

Rusia mengatakan “operasi militer khusus” di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia, dan Moskow harus membela orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina dari penganiayaan.

Ukraina dan kritikus di Rusia telah menolak klaim Kremlin tentang penganiayaan itu dan mengatakan Rusia melakukan agresi yang tidak beralasan.

3 dari 3 halaman

Putri Vladimir Putin Jadi Target Sanksi AS

AS telah memberlakukan sanksi terhadap lingkaran dalam Presiden Rusia Vladimir Putin, termasuk putrinya.

Daftar itu juga termasuk keluarga Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dan bank-bank besar.

Langkah-langkah tersebut mengikuti pengungkapan baru kekejaman oleh pasukan Rusia di Ukraina, termasuk gambar jasad warga sipil yang tersebar di jalan-jalan Bucha, dekat ibukota Kiev. Rusia mengatakan, tanpa bukti, gambar-gambar itu dibuat oleh pejabat Kiev. Demikian seperti dikutip dari laman BBC, Kamis (7/4/2022).

Meskipun citra satelit menunjukkan warga sipil tewas ketika Rusia menguasai Bucha, Putin pada Rabu menggambarkan peristiwa itu sebagai "provokasi kasar dan sinis oleh rezim Kiev".

Mengacu pada pembunuhan Bucha, Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Rabu: "Tidak ada yang kurang terjadi daripada kejahatan perang besar." 

"Negara-negara yang bertanggung jawab harus bersatu untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku ini," tambah Biden.

AS mengatakan bahwa putri Putin, Katerina Vladimirovna Tikhonova dan Maria Vladimirovna Vorontsova, dikenai sanksi "karena menjadi anak-anak Putin yang sudah dewasa, di mana properti dan kepentingannya diblokir".