, Seoul - Sebelum mengakhiri masa jabatan lima tahun, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyampaikan sejumlah pesan melalui video perpisahan yang disiarkan Senin (09/05). Dia berharap negaranya dapat berdamai dengan Korea Utara.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dalam pidato perpisahannya pada Senin (09/05), berharap upaya memulihkan perdamaian dan denuklirisasi di semenanjung Korea bisa terus berlanjut.
Advertisement
Baca Juga
Presiden Moon akan meninggalkan kantor kepresidenan pada Selasa (10/05), setelah masa jabatan lima tahunnya berakhir, kemudian menyerahkan kekuasaan dan tanggung jawab selanjutnya ke Yoon Suk Yeol, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Senin (9/5/2022).
"Perdamaian adalah syarat untuk kelangsungan hidup dan kemakmuran kita. Saya sangat berharap upaya untuk melanjutkan dialog antara Korea Selatan dan Korea Utara, membangun denuklirisasi, dan perdamaian akan terus berlanjut,” kata Moon pada video yang disiarkan secara langsung.
Pada pidato terakhirnya, Moon mengklaim pemerintahnya membantu meringankan bahaya perang di semenanjung Korea dan memunculkan perdamaian melalui diplomasi.
"Alasan mengapa kami gagal melangkah lebih jauh bukan karena kami tidak memiliki suara dan tekad untuk melakukannya. Ada penghalang yang tidak bisa kami atasi hanya dengan tekad kami. Itu adalah penghalang yang harus kita atasi,” kata Moon, tanpa menjelaskan apa hambatannya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tindakan Lain Korea Utara
Pada April 2022, Moon dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertukar surat resmi terakhir mereka yang mengungkapkan harapan untuk meningkatkan hubungan bilateral.
Hanya saja, beberapa ahli menyebut cara Korea Utara menggambarkan surat-surat itu, yang menyoroti sumpah Moon untuk terus berkampanye lewat reunifikasi Korea bahkan setelah meninggalkan jabatannya, mencerminkan niatnya untuk memecah opini publik di Korea Selatan.
Selama periode militer besar-besaran di Pyongyang setelah pertukaran surat diumumkan, Kim berjanji mempercepat pengembangan senjata nuklirnya dan mengancam akan menggunakannya secara proaktif jika diprovokasi.
Dalam beberapa bulan terakhir, militer Korea Utara melakukan uji coba peluncuran serangkaian rudal yang menargetkan Korea Selatan, Jepang, atau daratan Amerika Serikat.
Beberapa ahli mengatakan Kim berusaha mengguncang pemerintahan Yoon yang akan datang sambil memodernisasi persenjataan dan menekan pemerintahan Joe Biden untuk melonggarkan sanksi terhadapnya. Pejabat Korea Selatan menyebut jika Korea Utara sedang mempersiapkan uji coba nuklir pertamanya sejak 2017.
Advertisement
Akui Gagal Tangani COVID-19, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in Minta Maaf
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengakui pemerintahnya gagal meredam penyebaran virus penyebab COVID-19. Atas kegagalan itu, Moon meminta maaf kepada seluruh rakyat Korea Selatan.
Dalam pernyataan yang disampaikan juru bicara kepresidenan, Moon juga memohon maaf karena pemerintah gagal menjaga kecukupan ranjang rumah sakit selama masa pelonggaran pembatasan sebelumnya.
Sementara itu, pemerintah Korea Selatan pada Kamis 16 Desember 2021, menyatakan akan kembali mengetatkan pembatasan sosial ketika jumlah kasus baru dan pasien COVID-19 yang dirawat inap meningkat.
Keputusan itu diambil satu setengah bulan setelah pembatasan COVID-19 dilonggarkan. Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) melaporkan 7.622 kasus baru pada Rabu 15 Desember, sehari setelah mencatat rekor harian 7.850 kasus.
Jumlah pasien yang parah mencapai rekor baru 989 kasus. Sekitar 87 persen ruang perawatan intensif terisi pasien di kawasan metropolitan Seoul dan sekitar 81 persen di seluruh negeri.
Pembatasan Kembali Berlaku
Jumlah kasus harian menembus angka 7.000 untuk pertama kalinya pekan lalu, hanya beberapa hari setelah melewati angka 5.000.
Direktur Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KDCA) Jeong Eun-kyeong mengatakan angka harian itu bisa menembus 10.000 bulan ini jika tidak ada perubahan dalam penanganan COVID-19.
Total infeksi Korsel sejauh ini mencapai 544.117 kasus, 148 kasus di antaranya diduga akibat varian Omicron. Jumlah kematian selama pandemi tercatat 4.518 orang.
Berdasarkan perkembangan terakhir itu, pembatasan akan kembali diberlakukan di Korsel mulai Sabtu (18/12) hingga 2 Januari.
Peserta pertemuan dibatasi tidak lebih dari empat orang yang sudah divaksin lengkap.
Restoran, kafe, dan bar harus ditutup pada pukul 21.00 sedangkan bioskop dan kafe internet pada jam 22.00, kata pejabat.
Orang-orang yang tidak divaksin hanya boleh makan di luar rumah sendirian atau membeli makanan untuk disantap di rumah.
Advertisement