Liputan6.com, Berlin - Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Senin mengadakan pembicaraan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang sedang berkunjung.
Dalam pertemuan itu, keduanya berjanji untuk memberikan dukungan keuangan dan militer lebih lanjut untuk Ukraina, demikian dikutip dari laman Xinhua, Selasa (10/5/2022).
Presiden Jerman Olaf Scholz juga menyoroti perlunya agar ada tindakan bersama sebagai bagian dari negara himpunan benua Eropa.
Advertisement
Baca Juga
Ia juga menyampaikan sumpah bahwa dirinya akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah perang menyebar ke negara lain.
Selama perjalanan luar negeri pertamanya sejak terpilih kembali, Macron menekankan pentingnya persahabatan antara kedua negara.
Macron menyerukan gencatan senjata segera di Ukraina dan mencatat bahwa keputusan penting akan dibuat di tingkat Eropa dalam hal sanksi terhadap Rusia dalam beberapa hari mendatang.
Perbincangan Macron dan Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa 22 Maret melakukan percakapan telepon dengan orang nomor satu di Prancis, Emmanuel Macron. Keduanya membahas situasi di Ukraina.
"Pertukaran pandangan menyeluruh tentang situasi di Ukraina, termasuk negosiasi yang sedang berlangsung antara perwakilan Rusia dan Ukraina, terus berlanjut," kata pihak Kremlin dalam sebuah pernyataan.
Percakapan telepon diadakan atas inisiatif pihak Prancis, tambahnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Invasi dan Sanksi
Perang Rusia Ukraina sudah lumayan lama berlangsung, dan diwarnai dengan serangkaian sanksi ekonomi dari berbagai negara atas respons terhadap invasi di negara yang dipimpin Presiden Volodymyr Zelensky.
Sanksi ekonomi dari AS dan Eropa terhadap Rusia, dijatuhkan pada sejumlah bank, perusahaan, pejabat, dan miliarder negara itu - membekukan aset mereka dan membatasi akses ke pasar keuangan global.
Dampak Perang Rusia Ukraina juga dirasakan pada ekonomi Amerika Serikat dan Eropa. Seperti apa?
Konflik antara Rusia UKraina bisa menghambat pasokan energi di Eropa.
Dilansir dari laman Forbes, Selasa (22/3/2022) Eropa adalah tujuan utama ekspor energi bagi Rusia, menurut badan Energy Information Administration di AS.
Pada tahun 2021, Rusia mengekspor 49 persen minyak mentah dan kondensatnya dan 74 persen gas alamnya ke Eropa. Singkatnya, Eropa adalah pelanggan energi terbesar negara itu.
Advertisement
Pengaruh Ekonomi Rusia di Eropa
Sebagian besar minyak mentah Rusia diekspor ke Belanda, Jerman, dan Polandia sementara sebagian besar gas alam Rusia dikespor ke Jerman, Turki, Italia, dan Prancis.
Maka dari itu, menangguhkan impor minyak dan gas dari Rusia bukanlah keputusan yang mudah bagi Eropa.
Eropa juga memperoleh hampir 25 persen energinya dari gas alam dan pipa Nord Stream 2, yang akan mengalir antara Rusia dan Jerman, serta mempengaruhi impor gas di masa depan.
Rusia pun dikabarkan tengah membahas penghentian aliran gas alam ke Eropa.
Jika penghentian ini benar terjadi, ekonomi Eropa bisa melambat.
Ukraina Ingatkan Dunia, Kemungkinan Rusia Bisa Serang Negara Lain
Presiden Ukrainia, Volodymyr Zelenskyy pada Jumat (22/4), menggunakan pernyataan seorang jenderal Rusia, sebagai bukti bahwa Moskow akan menyerang negara lain apabila Rusia berhasil di Ukraina.
Jenderal itu mengatakan, Rusia bertujuan merebut semua wilayah Ukraina selatan dan timur serta menghubungkannya dengan provinsi yang memisahkan diri di negara tetangga Moldova.
"Itu hanya menegaskan apa yang telah saya katakan beberapa kali: invasi Rusia ke Ukraina hanya sebagai permulaan," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya Jumat malam.
Dia mengatakan sebelumnya, komentar Rustam Minnekayev, wakil komandan distrik militer pusat Rusia menunjukkan bahwa Rusia tidak akan berhenti dengan Ukraina.
Kantor berita milik pemerintah Rusia mengutip Minnekayev yang mengatakan Moskow ingin merebut seluruh wilayah Donbas di timur Ukraina, membuat koridor darat untuk menghubungkan dengan semenanjung Krimea dan merebut seluruh wilayah selatan negara itu ke arah barat hingga wilayah Moldova yang memisahkan diri dan diduduki Rusia.
Moldova memanggil duta besar Rusia hari Jumat untuk mengungkapkan “keprihatinan mendalam” atas komentar jenderal itu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jalina Porter menolak mengomentari pernyataan jenderal Rusia itu, tetapi mengatakan Washington dengan tegas mendukung kedaulatan Moldova.
Advertisement