Liputan6.com, New York - Pihak berwenang mengatakan seorang remaja kulit putih berseragam militer melepaskan tembakan dengan senapan di sebuah supermarket di Buffalo, negara bagian New York, menewaskan 10 orang dan melukai tiga lainnya. Serangan itu ia rekam dan siarkan langsung dengan kamera yang dipasang di helmnya.
Para pejabat mengatakan mereka menyelidiki penembakan pada Sabtu (14/5) siang itu sebagai kejahatan bermotif kebencian. Demikian seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (16/5/2022).
Baca Juga
Pihak berwenang mengatakan 11 korban tewas berkulit hitam dan dua lainnya berkulit putih.
Advertisement
Polisi mengatakan seorang petugas keamanan sempat melepaskan tembakan untuk berusaha menyetop remaja itu, tetapi ditembak mati oleh tersangka.
Pihak berwenang mengatakan para petugas mengonfrontasi laki-laki itu di dalam toko dan ia menyerah.
Tersangka, yang diidentifikasi sebagai Payton Gendron dari Conklin, New York, langsung didakwa dengan pasal pembunuhan tingkat pertama.
Penembakan itu terjadi di permukiman yang didominasi warga kulit hitam di Buffalo.
"Ini adalah mimpi buruk terburuk yang dapat dihadapi komunitas mana pun dan kami terluka, kami sedang bergolak sekarang," kata Wali Kota Buffalo Byron Brown kepada wartawan.
"Kita tidak bisa membiarkan orang yang penuh kebencian ini memecah komunitas atau negara kita," tambahnya.
Grady Lewis, yang menyaksikan serangan itu dari seberang jalan, mengatakan kepada media lokal bahwa dia melihat pria itu melepaskan tembakan.
"Saya melihat orang itu masuk, bergaya tentara, membungkuk, hanya menembaki orang-orang," katanya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pelaku Penembakan
Menggambarkan akibat dari serangan itu, seorang petugas polisi mengatakan kepada Buffalo News: "Ini seperti berjalan ke film horor, tapi semuanya nyata. Ini seperti Armageddon".
Kemudian pada hari Sabtu, Gubernur New York Kathy Hochul mengatakan tersangka adalah "supremasi kulit putih yang telah terlibat dalam aksi terorisme".
Ini adalah "eksekusi gaya militer yang menargetkan orang-orang yang hanya ingin membeli bahan makanan di toko lingkungan," katanya saat mengunjungi Buffalo.
Presiden AS Joe Biden, sementara itu, telah diberitahu tentang penembakan itu.
"Presiden dan ibu negara berdoa untuk mereka yang kehilangan dan untuk orang yang mereka cintai," kata pernyataan Gedung Putih.
Advertisement
Kekerasan Ekstrem
FBI menggambarkan penembakan itu sebagai tindakan "ekstremisme kekerasan".
"Kami sedang menyelidiki insiden ini baik sebagai kejahatan kebencian dan kasus ekstremisme kekerasan bermotivasi rasial," Stephen Belongia, agen yang bertanggung jawab atas kantor FBI Buffalo, mengatakan pada konferensi pers.
Tersangka diyakini telah berkendara selama beberapa jam untuk mencapai wilayah kota yang didominasi kulit hitam.
Tiga belas orang ditembak dan sebagian besar korban berkulit hitam, kata Komisaris Polisi Buffalo Joseph Gramaglia.
Tiga korban luka - yang semuanya bekerja di supermarket - tidak mengalami luka yang mengancam jiwa.
Seorang pensiunan polisi yang bekerja sebagai penjaga keamanan di supermarket mencoba menembak tersangka tetapi termasuk di antara mereka yang tewas.
Tersangka membawa senapan bertenaga tinggi dan mengenakan pelindung tubuh serta helm, kata polisi. Dia menyerahkan senjatanya setelah ketegangan sebelum ditahan. Dia telah didakwa di pengadilan dengan pembunuhan tingkat pertama, kata Jaksa Wilayah Erie John Flynn kemudian. Dia menambahkan bahwa tuduhan lebih lanjut masih dapat diajukan.