Sukses

Finlandia-Swedia Masuk NATO, Vladimir Putin Terima Keadaan

Presiden Rusia Vladimir Putin menyerang Ukraina karena dekat dengan NATO. Kini, tetangga Rusia yang lain Finlandia dan Swedia juga ingin masuk NATO.

Liputan6.com, Moskow - Salah satu alasan Rusia menyerang Ukraina karena mengaku tidak ingin negara tetangganya masuk NATO. Perang pun pecah sejak Februari 2022. 

Akibat serangan Vladimir Putin, NATO bakal kedatangan dua anggota baru yang kaya raya: Finlandia dan Swedia. Kedua negara itu juga punya perbatasan dengan Rusia.

Rusia sempat memberi ancaman-ancaman jika Finlandia-Swedia masuk NATO, kini Presiden Vladimir Putin mulai memberikan nada berbeda. Ia mengaku tidak masalah jika dua negara itu bergabung ke NATO. 

Dilaporkan The Financial Times, Selasa (17/5/2022), Presiden Vladimir Putin berkata bahwa "tidak masalah" jika Finlandia-Swedia masuk NATO. Ia pun berkata penambahan anggota NATO "tidak memberikan ancaman langsung ke Rusia". 

Namun, Vladimir Putin berkata bahwa ekspansi infrastruktur militer kedua daerah itu bisa memicu respons dari Rusia.

Finlandia dan Rusia memiliki perbatasan darat. Selama puluhan tahun, Finlandia memilih netral dengan tidak masuk NATO, namun posisi itu berubah usai Rusia menginvasi Ukraina. 

The Wall Street Journal menyebut sejak tahun 1990-an, Finlandia telah melatih militernya agar bisa beroperasi dengan NATO. 

Survei di Finlandia oleh Yle juga menyebut 76 persen warga Finlandia mendukung agar masuk NATO. Padahal, jumlah yang mendukung baru 53 persen dari Februari lalu. 

Netralitas Swedia bahkan sudah berlangsung sekitar dua abad. Swedia memutuskan untuk bergabung dengan NATO setelah Rusia menyerang Ukraina karena tak ingin negara tersebut masuk dengan NATO. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Turki Protes

Turki tidak menutup pintu bagi Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO. Namun Ankara menginginkan adanya negosiasi dengan negara-negara Nordik tersebut dan diambilnya tindakan keras terkait kegiatan terorisme, terutama di Stockholm. Demikian dikatakan juru bicara Presiden Tayyip Erdogan pada Sabtu 14 Mei 2022.

"Kami tidak menutup pintu. Namun, kami pada dasarnya mengangkat masalah ini sebagai masalah keamanan nasional Turki," Ibrahim Kalin, yang juga penasihat kebijakan luar negeri presiden, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara di Istanbul. Demikian seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (16/5/2022).

Sebelumnya, Erdogan mengejutkan negara-negara anggota NATO, Swedia dan Filandia -yang ingin bergabung dengan aliansi tersebut- dengan mengatakan pada Jumat (13/5) bahwa tidak mungkin bagi Turki untuk mendukung perluasan keanggotaan aliansi karena kedua negara Nordik tersebut adalah "rumah bagi banyak organisasi teroris.”

Setiap negara yang ingin bergabung dengan Aliansi Perjanjian Atlantik Utara atau NATO membutuhkan dukungan bulat dari seluruh anggota aliansi militer. Amerika Serikat (AS) dan negara-negara anggota lainnya telah berusaha untuk mengklarifikasi posisi Ankara tersebut.

Swedia dan mitra militer terdekatnya, Finlandia, sampai sekarang tetap berada di luar keanggotaan NATO, yang didirikan pada 1949 untuk melawan Uni Soviet dalam Perang Dingin. Kedua negara tersebut waspada jika memusuhi tetangga besar mereka. Namun kekhawatiran terkait keamanan negara mereka meningkat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

3 dari 4 halaman

Parlemen Rusia Masih Mengancam

Seorang anggota parlemen Rusia yang sebelumnya membual tentang kemampuan rudal negaranya di televisi yang didukung Kremlin mengatakan bahwa Finlandia membahayakan keberadaannya jika bergabung dengan NATO.

Wakil Duma Aleksey Zhuravlyov, yang memimpin partai politik nasionalis Rodina, mengatakan kepada outlet berita Ura.ru bahwa Finlandia dan Rusia pernah menikmati hubungan baik setelah Perang Dunia Ii tetapi sekarang Helsinki "akan melakukan sesuatu untuk menciptakan masalah tambahan bagi kita."

"Ketika Anda menciptakan masalah bagi seseorang, Anda harus memahami bahwa Anda akan mendapatkannya sendiri," katanya dalam artikel berjudul, "Bergabung dengan NATO mengancam Finlandia dengan pemusnahan", demikian seperti dikutip dari Newsweek, Minggu (15/5).

Bulan lalu, Zhuravlyov mengatakan pada program 60 Minutes, yang mendorong garis Kremlin pada invasi Rusia ke Ukraina, bahwa ia berharap rudal telah menghantam Kyiv sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sedang berkunjung.

Pada episode lain dari program tersebut, Zhuravlyov menyarankan rudal terbaru Moskow, Sarmat, harus menargetkan Inggris karena dukungan London untuk upaya perang Ukraina.

Dalam wawancara dengan Ura yang diterbitkan pada hari Jumat, Zhuravlyov mengatakan bahwa Finlandia "harus berterima kasih kepada Rusia atas kenegaraan mereka" dan bahwa jika Helsinki bergabung dengan NATO, mereka tidak akan "berperilaku terhadap kami seperti yang mereka lakukan sebelumnya."

"Amerika akan menghasut mereka untuk melakukan provokasi," katanya. "Jika Finlandia ingin bergabung dengan blok ini, maka tujuan kami yang benar-benar sah adalah mempertanyakan keberadaan negara ini. Ini logis."

"Negara-negara ini bergabung dengan aliansi yang ingin menghancurkan Rusia. Oleh karena itu, kami ingin menghancurkan mereka sebagai tanggapan," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Rusia Putus Aliran Listrik Finlandia, Tagihan Tak Dibayar

Rusia mengatakan akan memutus aliran listrik ke Finlandia mulai Sabtu karena mengklaim negara itu belum membayar, kata sebuah perusahaan listrik milik negara.

RAO Nordic, anak perusahaan Inter ROA, mengatakan akan berhenti mengekspor listrik ke Finlandia tanpa memberikan rincian di tengah ketegangan yang lebih besar di seluruh Eropa yang dilanda Perang Rusia-Ukraina.

"Situasi ini luar biasa dan terjadi untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua puluh tahun sejarah perdagangan kami," kata RAO Nordic dalam sebuah pernyataan, demikian seperti dikutip dari MSN News, Minggu (15/5).

Layanan listrik, yang menyumbang 10% dari total konsumsi negara itu, dihentikan "untuk saat ini" pada pukul 1 a.m waktu setempat, kata operator jaringan Finlandia Fingrid, menurut laporan itu.

"Impor yang hilang dapat diganti di pasar listrik dengan mengimpor lebih banyak listrik dari Swedia dan juga oleh produksi dalam negeri," tambah perusahaan itu.

Menurut laporan itu, Fingrid tidak terlibat dalam perselisihan tersebut.

"Nord Pool adalah orang yang membayar untuk mereka. Fingrid bukan pihak dalam perdagangan listrik ini. Kami menyediakan koneksi transfer dari Rusia ke Finlandia," kata Reima Paivinen, wakil presiden senior Fingrid untuk operasi.