Sukses

Inggris Siap Bantu Indonesia Jika Rusia Bikin Repot di G20

Inggris berkata kehadiran Rusia di G20 adalah hal merepotkan.

Liputan6.com, Jakarta - Pihak Kedutaan Besar Inggris di Jakarta mengaku siap membantu G20 Indonesia di tengah invasi yang dilancarkan Rusia ke Ukraina. Tindakan Vladimir Putin dinilai membuat agenda G20 menjadi lebih sulit. 

Wakil Duta Besar Inggris, Rob Fenn, menyatakan banyak negara-negara yang kini sulit untuk menjalin hubungan dengan Rusia seperti biasa. Namun, pihak Inggris menerima fakta bahwa Presiden Jokowi telah mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin. 

"Saya tidak akan memberitahu Presiden Jokowi siapa yang harus ia undang, tetapi ini sangat sulit bagi banyak, banyak negara. Jadi ini bukan Inggris saja, tetapi bagi banyak, banyak negara yang memahami apa yang terjadi di Ukraina," ujar Rob Fenn di Kedubes Inggris, Rabu (18/5/2022).

Negara-negara lain yang terang-terangan menolak kehadiran Rusia di G20 adalah Amerika Serikat dan Australia.

Pihak Inggris pun mengaku siap turun tangan membantu Indonesia jika Rusia membuat repot di G20. 

"Kami mencoba untuk menolong Indonesia mengurusnya. Mengurus situasi ketika Rusia membuat G20 lebih sulit untuk beroperasi," ujarnya. 

Rob Fenn turut memuji slogan G20 Indonesia, yakni Recover Together, Recover Stronger adalah hal yang bagus dan sesuai dengan agenda global, namun ia menyayangkan bahwa situasi semakin sulit akibat tindakan Rusia. 

"(Recover Together, Recover Stronger) sungguh menangkap agenda global tahun ini. Dan kami akan mendukung Indonesia untuk membuat hal itu terwujud," ucap Rob Fenn.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Jokowi Tetap Undang Vladimir Putin ke G20, AS Hormati Posisi Indonesia

Sebelumnya dilaporkan, sikap Amerika Serikat (AS) kini mulai melunak meski menolak kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin ke G20. Pejabat tinggi AS berkata tak ada niat ingin menjauhkan negara-negara lain dari Rusia. 

Presiden AS Joe Biden ingin agar ada respons kuat kepada Rusia atas tindakannya yang melanggar kedaulatan wilayah Ukraina. Namun, AS berharap Indonesia memahami sudut pandang AS terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

"Saya pikir tidak ada fokus khusus untuk berusaha mengajak negara-negara lain untuk menjaga jarak. Saya pikir yang adalah fokus untuk membuat negara-negara memahami perspektif AS dalam hal ini," ujar Edgard Kagan, Asisten Khusus Presiden dan Direktur Senior untuk Asia Timur dan Oseania di Dewan Keamanan Nasional AS, Selasa (17/5). 

Lebih lanjut, Kagan berkata memahami bahwa negara-negara di kawasan Asia Timur dan Oseania memiliki hubungan sejarah yang berbeda-beda dengan Rusia. Dan ada pula negara yang punya hubungan dekat dengan negara tersebut. 

"Saya pikir kami mengakui bahwa setiap negara di kawasan memiliki sejarah yang berbeda, dan hal itu berarti beberapa di antara mereka memiliki hubungan-hubungan yang lebih dekat dengan Rusia," jelasnya.

Amerika Serikat pun meminta komunitas internasional, termasuk ASEAN, agar sepakat dalam memahami adanya pelanggaran Piagam PBB dalam invasi Rusia ke Ukraina. AS juga mengajak dunia untuk mendukung sikap Ukraina yang tetap berusaha merdeka dari Rusia. 

Seperti diketahui, serangan Rusia ke Ukraina melanggar pasal 2 Piagam PBB karena menggunakan pasukan untuk melanggar kedaulatan wilayah negara Ukraina.

"Pandangan kami adalah supaya mereka semua menghargai pentingnya berdiri untuk kedaulatan dan kemerdekaan dan integritas wilayah," ujar Kagan.

Untuk acara G20, Presiden Jokowi telah resmi mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

3 dari 4 halaman

Negara G7 Minta China Jangan Bantu Rusia karena Invasi Ukraina

Kelompok Tujuh atau G7, negara dengan ekonomi terkemuka, memperingatkan pada hari Sabtu bahwa perang di Ukraina memicu krisis pangan dan energi global yang mengancam negara-negara miskin, dan langkah-langkah mendesak diperlukan untuk membuka blokir toko biji-bijian yang dicegah Rusia meninggalkan Ukraina.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada akhir pertemuan tiga hari di pantai Laut Baltik Jerman, negara-negara G-7 juga meminta China untuk tidak membantu Rusia, termasuk dengan merusak sanksi internasional atau membenarkan tindakan Moskow di Ukraina.

"Perang agresi Rusia telah menghasilkan salah satu krisis pangan dan energi paling parah dalam sejarah baru-baru ini yang sekarang mengancam mereka yang paling rentan di seluruh dunia," kata kelompok itu.

"Kami bertekad untuk mempercepat respons multilateral yang terkoordinasi untuk menjaga ketahanan pangan global dan mendukung mitra kami yang paling rentan dalam hal ini," tambahnya.

G-7 meminta Beijing untuk mendukung kedaulatan dan kemerdekaan Ukraina, dan "tidak membantu Rusia dalam perang agresinya," demikian seperti dikutip dari AP, Sabtu (14/4).

Kelompok itu, yang terdiri dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat, juga meminta China "untuk berhenti terlibat dalam manipulasi informasi, disinformasi dan cara lain untuk melegitimasi perang agresi Rusia terhadap Ukraina."

Pertemuan di Weissenhaus, timur laut Hamburg, itu disebut sebagai kesempatan bagi para pejabat untuk membahas implikasi yang lebih luas dari perang untuk geopolitik, energi dan ketahanan pangan, dan upaya internasional yang sedang berlangsung untuk mengatasi perubahan iklim dan pandemi.

Dalam serangkaian pernyataan penutup, negara-negara G-7 juga membahas berbagai masalah global mulai dari situasi di Afghanistan hingga ketegangan di Timur Tengah.

4 dari 4 halaman

AS Dukung Presidensi G20 Indonesia Soal Arsitektur Kesehatan Global

KTT Global COVID-19 ke-2 digelar secara virtual pada Kamis, 12 Mei 2022, pukul 20.00 WIB. Disiarkan secara langsung melalui WH.GOV/Live.

Amerika Serikat sebagai Ketua KTT COVID-19 pertama; Indonesia sebagai Presiden G20; Belize sebagai Ketua Komunitas Karibia (CARICOM); Jerman sebagai Presiden G7; serta Senegal sebagai Ketua Uni Afrika, menjadi tuan rumah bersama KTT Global COVID-19 ke-2 tersebut.

KTT Global COVID-19 ini akan menggandakan upaya yang dilakukan pada KTT COVID pertama dan berfokus pada empat tujuan utama: komitmen ulang intensitas terahadap respons global; memvaksinasi dunia; melindungi yang paling rentan; dan mencegah bencana di masa depan.

Menjelang KTT, Amerika Serikat menyerukan kepada pemimpin pemerintahan, masyarakat sipil, dunia usaha, dan filantropi untuk membuat komitmen baru yang signifikan.

"COVID-19 tidak akan menjadi ancaman kesehatan global terakhir atau terbesar yang kita hadapi, sehingga kita harus berinvestasi dalam ketahanan infrastruktur kesehatan global kita," ujar Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Sung Y. Kim pada Forum Bilateral Tempo 2022, Kamis (12/5/2022) seperti tertuang dalam pernyataan tertulis yang dibagikan Kedubes AS di Jakarta.

Terkait pemulihan ekonomi pascapandemi, Dubes Kim menyebutkan, "Amerika Serikat mendukung prioritas G20 Indonesia terhadap arsitektur kesehatan global. Presiden Biden telah meminta agar lebih dari 28 miliar dolar dalam anggaran nasional berikutnya diarahkan untuk kesehatan global, sistem kesehatan, dan jaminan kesehatan. Hal tersebut akan membuat kita lebih siap menghadapi guncangan kesehatan berikutnya."