Sukses

Uskup Agung Yerusalem Kecam Tindakan Israel di Pemakaman Jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh

Uskup Agung ikut mengecam tindakan pihak Israel di pemakaman Jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh.

Liputan6.com, Tel Aviv - Perwakilan Takhta Suci Vatikan di Yerusalem turut memberikan kecaman kepada tindakan kepolisian Israel yang memicu kerusuhan di pemakaman jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh. Tindakan Israel disebut brutal oleh tokoh Katolik di Yerusalem.

Pemakaman Shireen Abu Akleh diwarnai kerusuhan ketika polisi Israel memukul sejumlah orang yang membawa peti mati Abu Akleh dari St. Joseph Hospital.

Dilaporkan Arab News, Rabu (18/5/2022), Monsignor Tomasz Gryza yang mewakili Vatikan di Yerusalem menegaskan bahwa insiden tersebut melanggarkan kesepakatan tahun 1993 untuk selalu menjaga kebebasan dalam beragama.

Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa dari Yerusalem bahkan mendeskripsikan tindakan polisi Israel sebagai "invasi".

"Invasi Kepolisian Israel dan penggunaan kekuataan yang tak semestinya, menyerang pelayat, memukul mereka dengan baton, memakai granat asap, menembak peluru karet, menakuti para pasien rumah sakit, merupakan pelanggaran parah dari norma-norma dan regulasi-regulasi internasional, termasukan hak asasi fundamental kebebasan beragama," ujar Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa.

Pernyataan itu diberikan sang uskup agung dalam sebuah konferensi pers di St. Joseph Hospital yang dihadiri pemimpin 15 denominasi agama di Yerusalem.

Direktur rumah sakit tersebut berkata tindakan Israel memang ingin menakut-nakuti dan mengintimidasi para pelayat.

Dr. Mohammed Hmeidat yang bekerja di unit perawatan intensif neonatal rumah sakit tersebut juga terkena serangan granat kejut.

"Salah satunya sangat dekat dengan kaki saya, dan meledak, setelahnya kami bergegas ke departemen gawat darurat dan (polisi Israel) juga mengikuti kita," ujarnya kepada BBC.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Peti Mati Sempat Jatuh

Pemakaman jurnalis media Al Jazeera diwarnai bentrokan. Polisi anti huru-hara Israel pada Jumat 13 Mei 2022 mendorong dan memukuli para pelayat dan mereka yang mengusung peti mati berisi jenazah Shireen Abu Akleh yang tewas ditembak.

Mengutip VOA Indonesia, Sabtu (14/5), insiden ini sempat membuat peti jenazah Shireen Abu Akleh sempat jatuh sementara para pelayat melindungi diri dari pukulan polisi. Prosesi pemakaman yang mengejutkan ini mungkin menjadi "peragaan nasionalisme" Palestina terbesar di Yerusalem dalam satu generasi.

Insiden kekerasan ini menambah rasa duka dan kemarahan di seluruh dunia Arab setelah kematian Abu Akleh, yang menurut beberapa saksi mata dibunuh oleh pasukan Israel Rabu lalu 11 Mei dalam suatu serangan di Tepi Barat yang diduduki Israel. Mereka juga menggambarkan keprihatinan mendalam atas Yerusalem timur, yang diklaim oleh Israel dan Palestina, dan telah berulangkali memicu aksi kekerasan.

Jurnalis Shireen Abu Akleh yang berusia 51 tahun, adalah nama yang menggema di seluruh dunia Arab, yang identik dengan liputan Al Jazeera tentang kehidupan di bawah pemerintahan Israel, yang telah berlangsung selama 60 tahun tanpa ada titik terang. Abu Akleh dihormati di Palestina sebagai pahlawan setempat.

Ribuan orang, yang sebagian besar mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan kata “Palestina! Palestina!” mengikuti prosesi pemakaman Shireen Abu Akleh, yang diyakini sebagai yang terbesar di Yerusalem sejak kematian Faisal Husseini, seorang pemimpin Palestina yang juga keturunan keluarga terkemuka di kawasan itu, pada tahun 2001.

3 dari 4 halaman

Klaim Israel

Polisi Israel mengatakan kerumunan di rumah sakit, di mana jenazah Shireen Abu Akleh disemayamkan, telah meneriakkan kalimat-kalimat “hasutan nasionalis,” mengabaikan seruan untuk berhenti dan melemparkan batu ke arah mereka.

"Polisi terpaksa mengambil tindakan," ujar polisi.

Mereka mengeluarkan video di mana seorang komandan di luar rumah sakit memperingatkan warga bahwa polisi akan datang jika mereka tidak menghentikan kalimat hasutan dan “lagu-lagu nasionalis” yang mereka gaungkan.

Seorang pejabat Israel mengatakan rincian prosesi pemakaman telah dikoordinasikan dengan keluarga sebelumnya untuk memastikan kelancaran acara. Tetapi "massa mulai berkumpul di sekitar mobil jenazah Shireen Abu Akleh dan kekacauan pun terjadi," membuat prosesi pemakaman tidak berjalan sesuai rencana. Pejabat Israel ini berbicara dengan tidak menyebut nama.

Stasiun televisi Al Jazeera dalam sebuah pernyataan mengatakan, "Tindakan polisi Israel telah melanggar semua norma dan hukum internasional."

"Pasukan pendudukan Israel menyerang mereka yang berduka atas mendiang Shireen Abu Akleh dengan menyerbu rumah sakit Prancis di Yerusalem, memukuli para pengusung jenazah dengan kejam," tambah pernyataan itu. Jaringan itu juga mengatakan mereka tetap berkomitmen meliput berita dan tidak akan terusik dengan insiden yang terjadi.

4 dari 4 halaman

Permintaan Indonesia

Kematian jurnalis Palestina yang bekerja untuk Al Jazeera, Shireen Abu Akleh tak hanya mendapat kecaman dunia internasional, namun juga Indonesia. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mendesak penyelidikan atas pembunuhan Shireen oleh tentara Israel.

"Indonesia mengecam keras pembunuhan oleh Israel terhadap koresponden Al Jazeera, Shireen Abu Akleh di wilayah Tepi Barat yang diokupasi," kata Teuku Faizasyah dalam press briefing di Kementerian Luar Negeri, Kamis (12/5).

Indonesia mendesak agar segera dilakukan penyelidikan dan investigasi yang transparan terkait pembunuhan jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh.

"Kami menekankan harus ada investigasi kasus ini untuk mencari solusi untuk okupasi Israel di Tepi Barat. Kami yakin aktivitas jurnalis sudah resmi diatur di Tepi Barat," ujar Teuku Faizasyah.

Shireen Abu Akleh tewas ditembak tepat di kepala oleh pasukan Israel. Padahal ia menggunakan rompi dan helm yang menandai dirinya jurnalis.

Pemerintah Israel membantah pasukannya bertanggung jawab atas tewasnya jurnalis tersebut. Mereka menuding militan Palestina yang menembaknya.

Namun, menurut saksi jurnalis lainnya di lokasi, tidak ada militan Palestina di sana.

Shireen Abu Akleh sudah bergabung di Al Jazeera sejak 1997. Shireen Abu Akleh dikenal sangat berdedikasi dengan pekerjaannya.