Sukses

Korea Utara Klaim Tak Ada Kasus Kematian Baru Akibat COVID-19

Otoritas Korea Utara menyebut tidak ada kematian di antara pasien bergejala.

Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara menyatakan tidak ada kematian baru di antara pasien demam di negara komunis itu dan tren penurunan kasus COVID-19 dilaporkan stabil. Ini merupakan pertama kalinya sejak dimulainya wabah COVID-19 di Korut hampir dua pekan lalu.

Gelombang COVID-19, yang pertama kali diumumkan Korea Utara pada 12 Mei, telah memicu kekhawatiran akan kurangnya vaksin, infrastruktur medis yang tidak memadai, dan potensi krisis pangan di negara berpenduduk 25 juta itu, seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Selasa (24/5/2022).

Tetapi Korea Utara mengatakan pihaknya melaporkan "keberhasilan" dalam membendung penyebaran virus, dan bahwa tidak ada kematian akibat demam baru yang dilaporkan pada Senin malam meskipun menambahkan 134.510 pasien baru.

Ini menandai hari ketiga berturut-turut angka harian tetap di bawah 200.000 dan pertama kalinya bagi Korea Utara untuk melaporkan tidak ada kematian baru sejak mengumumkan jumlah pasien demam harian, menurut kantor berita resmi KCNA.

Rupanya kekurangan pasokan pengujian, Korea Utara belum mengkonfirmasi jumlah total orang yang dites positif terkena virus corona, sebaliknya, melaporkan jumlah dengan gejala demam.

Jumlah total kasus tersebut, yang dihitung sejak akhir April, naik menjadi 2,95 juta, sementara jumlah kematian mencapai 68, menurut KCNA.

"Dalam beberapa hari setelah sistem pencegahan epidemi darurat maksimum diaktifkan, tingkat morbiditas dan mortalitas secara nasional telah menurun secara drastis dan jumlah orang yang pulih meningkat, sehingga secara efektif membatasi dan mengendalikan penyebaran penyakit pandemi dan mempertahankan kejelasan situasi stabil yang jelas," kata KCNA.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Kredibilitas Diragukan

Namun, banyak analis meragukan kredibilitas angka-angka tersebut, dengan mengatakan bahwa angka-angka itu hanya menunjukkan betapa sulitnya menilai skala sebenarnya dari gelombang COVID-19 di negara yang terisolasi itu.

"Melalui campuran pengujian yang tidak memadai, disinsentif di tingkat administrasi yang lebih rendah untuk melaporkan wabah serius, kasus, kematian, dan motivasi politik apa pun yang mungkin disingkirkan oleh eselon atas, kami memiliki statistik yang pada dasarnya tidak masuk akal," Christopher Green, spesialis Korea di Universitas Leiden di Belanda, tulis di Twitter.

Korea Utara mengatakan pihak berwenang mendistribusikan makanan dan obat-obatan di seluruh negeri, dengan petugas medis militer dikerahkan untuk membantu mendistribusikan obat-obatan dan melakukan pemeriksaan kesehatan.

KCNA juga mengatakan Korea Utara sedang memperluas produksi pasokan obat-obatan esensial, meskipun tidak merinci dengan tepat jenis apa yang sedang diproduksi.

 

3 dari 4 halaman

Bantuan Joe Biden Tak Ditanggapi

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menawarkan bantuan berupa vaksin COVID-19 untuk Korea Utara (Korut). Tawaran tersebut hingga kini belum juga ditanggapi Korea Utara meski saat ini negara yang dipimpin Kim Jong Un itu tengah dikepung Omicron.

Tawaran bantuan vaksin COVID-19 dari Amerika Serikat untuk Korea Utara itu Joe Biden sampaikan ketika mengunjungi Seoul, Korea Selatan baru-baru ini.

"Kami telah menawarkan vaksin, tidak hanya ke Korea Utara tetapi juga ke China, dan kami siap untuk segera melakukannya," katanya pada konferensi pers di Seoul.

"Kami belum mendapat tanggapan," tambah Biden mengutip Channel News Asia, Senin (23/5/2022).

4 dari 4 halaman

Penawaran Bantuan

Meski begitu, Joe Biden dan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol turut prihatin atas peningkatan kasus COVID-19 yang drastis di Korea Utara.

"Korea Selatan dan Amerika Serikat bersedia bekerja sama dengan komunitas internasional untuk membantu Korea Utara perangi virus penyebab COVID-19," kata Biden lagi.

Yoon mengatakan tawaran bantuan dibuat sesuai dengan "prinsip kemanusiaan, terpisah dari masalah politik dan militer" dengan Pyongyang.

Penawaran bantuan ini dilakukan usai Korea Utara melaporkan kasus pertama Omicron awal Mei ini. Kehadiran virus varian COVID-19 yang cepat menyebar itu meningkatkan risiko 25 juta orang di Korea Utara terpapar terlebih mereka belum melakukan vaksinasi COVID-19.

Hingga Sabtu, 21 Mei 2022, media Korea Utara menyebut sudah nyaris 2,5 juta orang sakit 'demam'. Lalu, 66 orang sudah meninggal sejak COVID-19 hadir di negara itu.

  • Negara yang terletak di Asi Timur. Negara ini dikenal dengan pemerintahannya yang otoriter
    Negara yang terletak di Asi Timur. Negara ini dikenal dengan pemerintahannya yang otoriter

    Korea Utara

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19

  • Setelah Covid-19 varian Delta dan Delta Plus, kini varian Omicron menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara.

    Omicron

  • Varian Omicron dikenal sebagai garis keturunan B.1.1.529, adalah sebuah varian SARS-CoV-2, sebuah koronavirus yang menyebabkan COVID-19.
    Varian Omicron dikenal sebagai garis keturunan B.1.1.529, adalah sebuah varian SARS-CoV-2, sebuah koronavirus yang menyebabkan COVID-19.

    Omicron Covid

  • virus corona

  • Cara