Liputan6.com, Jakarta - Media pemerintah Rusia mendadak mengabarkan berita terkait laboratorium biologis di Jakarta. Di tengah invasi ke Ukraina, Rusia mengaku menginvestigasi laboratorium-laboratorium milik AS.
Basis pemberitaan media Rusia tersebut adalah laporan media nasional tentang misi kemanusiaan Pacific Partnership 2016 di kota Padang. Pada misi sosial tersebut, AS memberikan operasi ringan kepada masyarakat.
Advertisement
Baca Juga
Media pemerintah Sputnik lantas mengaitkan hal tersebut ke laboratorium biologis NAMRU-2 milik Angkatan Laut AS yang ada di Jakarta pada 1970-2009.
"US Naval Medical Research Unit (NAMRU) memiliki akarnya di Guam di bawah Rockefeller Foundation. Unit itu didirikan pada 1955, sementara detasemen NAMRU-2 di Jakarta dibuka di 1970 untuk 'mempelajari penyakit-penyakit menular yang memiliki potensi militer signifikan di Asia,'" tulis Sputnik, Kamis (2/6/2022).
Pihak Sputnik kemudian mengutip ucapan Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang berkata selama 40 tahun hasil penelitian NAMRU di Jakarta tidak signifikan.
Kedubes AS Sorot Taktik Media Rusia
Pada Mei 2022, Kementerian Luar Negeri AS baru saja merilis laporan terkait taktik disinformasi Rusia terkait laboratorium biologis. Topik ini disebut digunakan pihak Kremlin (Rusia) sebagai justifikasi untuk invasi ke Ukraina.
"Dugaan-dugaan tak berdasar dan telah disangkal yang disebar oleh Kremlin bahwa Amerika Serikat dan Ukraina menggelar aktivitas-aktivitas senjata kimia dan biologis merupakan taktik disinformasi yang rapih dari Rusia," tulis laporan berjudul The Kremlin's Chemical Weapons Disinformation Campaigns.
"Kremlin memiliki catatan panjang untuk menuduh pihak-pihak lain atas pelanggaran yang mereka lakukan. Amerika Serikat tidak memiliki atau mengoperasikan laboratorium-laboratorium di Ukraina dan mematuhi secara penuh tanggung jawab-tanggung jawab di bawah Konvensi Senjata Kimia (CWC) dan Konvensi Senjata Biologis (BWC)," tulis pihak AS.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
AS Setuju Kirim Roket Canggih Untuk Ukraina Lawan Rusia di Donbas
Amerika Serikat akan mengirim Ukraina sistem roket yang lebih canggih untuk membantu mempertahankan diri, kata Presiden Joe Biden.
Senjata, yang sudah lama diminta oleh Ukraina ini digunakan untuk membantunya menyerang pasukan musuh dengan lebih tepat dari jarak yang lebih jauh.
AS sempat menolak permintaan tersebut karena khawatir senjata itu dapat digunakan untuk menyerang sasaran di Rusia, demikian dikutip dari laman BBC, Rabu (1/6).
Tetapi pada Rabu (1/6) Biden mengatakan bantuan mematikan itu akan memperkuat posisi negosiasi Kiev melawan Rusia dan membuat solusi diplomatik lebih mungkin.
Menulis di New York Times, dia berkata: "Itulah sebabnya saya memutuskan bahwa kami akan memberi Ukraina sistem roket dan amunisi yang lebih canggih yang akan memungkinkan mereka untuk lebih tepat menyerang sasaran utama di medan perang di Ukraina."
Persenjataan baru akan mencakup Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS), kata seorang pejabat senior Gedung Putih -- meskipun dia tidak merinci berapa banyak dari mereka yang akan dipasok.
Sistem tersebut dapat meluncurkan beberapa rudal berpemandu presisi pada target sejauh 70km (45 mil) jauhnya.
Ini akan lebih jauh dari artileri yang dimiliki Ukraina saat ini. Senjata ini juga diyakini lebih akurat daripada milik Rusia.
Advertisement
Harapan AS
Sebelumnya, panglima militer Ukraina mengatakan bahwa mendapatkan unit HIMARS akan menjadi "penting" untuk melawan serangan rudal Rusia.
AS mengharapkan Ukraina menggunakan senjata ini di wilayah Donbas timur, di mana pertempuran paling intens, dan di mana mereka dapat digunakan untuk menyerang unit artileri Rusia dan pasukan yang menargetkan kota-kota Ukraina.
Pejabat Gedung Putih setuju untuk memberikan roket, kata mereka, hanya setelah mendapat jaminan dari Presiden Volodomyr Zelensky bahwa senjata itu tidak akan digunakan untuk menyerang sasaran di dalam Rusia.
"Kami tidak akan mengirim sistem roket ke Ukraina yang dapat menyerang Rusia," tulis Biden pada Rabu.
Roket terbaru akan menjadi inti dari paket dukungan US$ 700 juta untuk Ukraina, kata pejabat Gedung Putih.
Helikopter, senjata anti-tank, kendaraan taktis, dan suku cadang akan dimasukkan dalam paket bantuan militer ke-11 yang disetujui AS untuk Ukraina sejak invasi dimulai pada Februari.
Drone Bayraktar TB2 Milik Turki Laku Keras Setelah Perang Rusia-Ukraina Pecah
"Bayraktar TB2 melakukan apa yang seharusnya dilakukan – menghentikan beberapa sistem anti-pesawat paling canggih dan sistem artileri serta kendaraan lapis baja canggih,” kata Selcuk Bayraktar kepada Reuters di sela-sela pameran di Baku, Azerbaijan.
Dia menjalankan perusahaan Baykar di Istanbul, Turki dengan saudaranya Haluk. Dia mengatakan, drone mereka telah menunjukkan bagaimana teknologi merevolusi peperangan modern.
"Seluruh dunia sekarang (mau jadi) pelanggan," tambahnya, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Kamis (2/6/2022).
Drone TB2 memiliki lebar sayap 12 meter dan dapat terbang hingga 25.000 kaki sebelum menukik untuk menghancurkan tank dan artileri dengan bom penerobos lapisan baja yang dipandu laser. Dalam perang di Ukraina drone ini membantu melemahkan superioritas militer Rusia yang luar biasa.
Baykar didirikan pada 1980-an oleh ayah Selcuk dan Haluk, Ozdemir Bayraktar, dan sejak 2005 mulai fokus pada pesawat tak berawak, ketika Turki berusaha memperkuat industri pertahanan domestiknya.
Drone Bayraktar bahkan jadi perhatian dari Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Kementerian Pertahanan sejak invasi ke Ukraina dimulai pada 24 Februari. Sebelumnya, TB2 telah menjadi salah satu faktor dalam konflik di Suriah, Irak, Libya dan Nagorno-Karabakh. Perang Ukraina sekarang menjadi faktor pendorong utama untuk ekspor senjata dari Turki ke seluruh dunia
Advertisement