Sukses

Joe Biden Desak Kongres Ambil Tindakan Soal Penembakan Beruntun di AS

Joe Biden mendesak Kongres untuk melarang senjata serbu dan magasin berkapasitas tinggi, atau setidaknya menaikkan usia pembelian dari 18 menjadi 21.

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Kamis (2/6) mendesak Kongres untuk mengambil tindakan terhadap kekerasan senjata dalam pidato prime-time dari Gedung Putih.

Dia mendesak Kongres untuk melarang senjata serbu dan magasin berkapasitas tinggi, atau setidaknya menaikkan usia pembelian dari 18 menjadi 21.

Proposal lain termasuk memperluas pemeriksaan latar belakang, mengesahkan undang-undang dan mencabut kewajiban bagi produsen senjata dan dealer senjata, demikian dikutip dari laman Xinhua, Jumat (3/6/2022).

Pernyataan itu muncul setelah Amerika Serikat diguncang oleh serentetan penembakan massal selama beberapa minggu terakhir.

Joe Biden melakukan perjalanan ke Uvalde, Texas, pada Minggu untuk bertemu dengan keluarga korban dan penyintas penembakan di sekolah pada 24 Mei.

Demokrat dan Republik di Capitol Hill sedang merundingkan langkah-langkah reformasi senjata tetapi tidak jelas berapa banyak pembicaraan yang akan diubah menjadi sebuah UU.

Juga pada Kamis (2/6), sebuah komite di DPR menyetujui di sepanjang garis partai soal paket undang-undang pengendalian senjata, sebuah tanggapan terhadap penembakan massal baru-baru ini, tetapi media AS menganggapnya kemungkinan akan terhenti di Senat, seperti yang The New York Times katakan, "dengan sengit Oposisi Republik selama debat komite menggarisbawahi soal permusuhan partisan."

Jim Jordan, Republikan di Komite Kehakiman DPR, menolak paket itu sebagai upaya perlindungan, CNN melaporkan.

"Tidak ada yang menginginkan tragedi lain. Tidak ada yang ingin ini terjadi lagi. Itu sebabnya sangat disayangkan Demokrat telah terburu-buru melakukan markup hari ini dalam apa yang tampaknya lebih seperti teater politik daripada upaya nyata untuk meningkatkan keamanan publik atau menemukan solusi," katanya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Upaya Republik dan Demokrat Untuk Satu Suara

Partai Republik menganggap tindakan tersebut, termasuk membatasi usia pembeli senjata dan penjualan, sebagai tindakan yang tidak konstitusional dan merampas hak orang Amerika untuk membela diri.

Perwakilan Dan Bishop, dari Partai Republik North Carolina, mengatakan bahwa "Anda tidak akan mengganggu jalan Anda untuk melucuti hak-hak dasar orang Amerika," lapor The New York Times.

Perwakilan Jamie Raskin, Demokrat Maryland, menuduh Partai Republik "menyesatkan publik Amerika tentang Amandemen Kedua," menurut CNN.

"Rekan-rekan saya melontarkan Amandemen Kedua sebagai tabir asap untuk melindungi penentangan mereka terhadap peraturan keamanan senjata yang masuk akal," katanya.

Dalam survei baru-baru ini terhadap semua 50 Republikan di Senat oleh The New York Times, sebagian besar Republikan yang menanggapi menolak untuk mengambil posisi atau memberi isyarat bahwa mereka akan menentang tindakan tersebut, khawatir akan melanggar hak pemilik senjata.

 

3 dari 4 halaman

Kasus Penembakan di AS

Sejauh tahun ini, Amerika Serikat telah menyaksikan setidaknya 233 penembakan massal dengan lebih dari 18.000 kematian akibat kekerasan senjata, menurut organisasi nirlaba Arsip Kekerasan Senjata. Penembakan massal didefinisikan sebagai penembakan di mana empat orang atau lebih terluka atau terbunuh.

Amerika Serikat memiliki lebih banyak senjata daripada negara lain mana pun di dunia, dan jumlah itu terus bertambah setiap tahun.

Diperkirakan ada 400 juta senjata di Amerika Serikat antara polisi, militer, dan warga sipil Amerika, dan lebih dari 393 juta senjata ini ada di tangan sipil, setara dengan 120 senjata api per 100 warga, menurut laporan 2018 tentang kepemilikan senjata api global oleh Survei Senjata Kecil yang berbasis di Swiss.

4 dari 4 halaman

Penembakan Massal Terjadi Lagi di AS, 4 Orang Tewas di RS Oklahoma

Penembakan massal kembali terjadi di Amerika Serikat, kali ini lokasinya adalah area St. Francis Hospital di Tusla, negara bagian Oklahoma.

Dilaporkan CNN, Kamis (2/6/2022), insiden itu terjadi pada Rabu petang waktu setempat. Pelaku penembakan juga tewas.

Aparat dikirim ketika ada laporan penembakan di gedung para dokter sekitar jam 16:52 sore waktu setempat. Sekitar 10 menit kemudian, aparat berhasil mencapai TKP.

Ketika tiba, aparat masih mendengar suara tembakan, sehingga mereka menuju sumber penembakan itu di lantai dua gedung.

"Kejadiannya cukup terbatas di satu seksi di lantai tersebut, di lantai kedua," ujar Eric Dalgleish, Kepada Deputi Departemen Polisi Tulsa.

Pelaku memiliki satu rifle dan satu handgun. Polisi menyebut pelaku tewas karena luka terhadap diri sendiri.

Evakuasi dilakukan kepada ratusan orang. Identitas penembak masih belum diungkap ke publik.

Salah satu pengunjung rumah sakit bernama Debra Proctor mengaku shock atas kejadian ini. Proctor datang karena ada janji dengan dokter. 

"Polisi ada di mana-mana di tempat parkier, di blok-blok sekitar," ujar Proctor. "Mereka masih berdatangan ketika saya pulang."

Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mendapatkan briefing terkait kasus ini. Sebelumnya, Presiden Biden sempat mengecam pelobi senjata api setelah kejadian penembakan di sebuah SD di Texas.