Sukses

Lagi, Penembakan Massal Terjadi di Tennessee AS hingga Tewaskan 3 Orang

Penembakan massal kembali terjadi di Amerika Serikat yakni di Tennessee hingga menewaskan 3 orang.

Liputan6.com, Jakarta - Tiga orang tewas dan 14 lainnya luka-luka menyusul penembakan di luar sebuah klub malam di Chattanooga, Tennessee Minggu dini hari.

Dua orang tewas akibat luka tembak dan yang ketiga tewas setelah ditabrak kendaraan, kata Kepala Polisi Chattanooga Celeste Murphy kepada wartawan. Demikian seperti dikutip dari laman Xinhua, Senin (6/6/2022). 

Penyelidik percaya ada beberapa penembak yang terlibat. Murphy mengatakan penembakan itu adalah "insiden terisolasi" tanpa ancaman berkelanjutan terhadap keselamatan publik.

Akhir pekan lalu, enam remaja ditembak di pusat kota Chattanooga selama konfrontasi.

Penembakan terbaru di Chattanooga dilaporkan hanya beberapa jam setelah orang-orang bersenjata melepaskan tembakan ke arah kerumunan di kawasan kehidupan malam yang populer di Philadelphia, menewaskan tiga orang dan melukai 11 lainnya.

Penembakan massal - didefinisikan sebagai insiden di mana empat orang atau lebih ditembak - juga dilaporkan di Michigan, Texas, dan Arizona akhir pekan ini.

Di Phoenix, seorang gadis remaja ditembak dan tewas dan delapan lainnya terluka setelah penembakan terjadi di sebuah mal pada hari Sabtu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Marak Penembakan Massal

Serangkaian penembakan massal telah mengguncang Amerika Serikat selama beberapa minggu terakhir dan seruan baru untuk undang-undang senjata yang lebih ketat di negara itu.

Bulan lalu, seorang pria bersenjata berusia 18 tahun menembak mati 19 siswa dan dua guru di sebuah sekolah dasar di Uvalde, Texas.

Amerika Serikat telah menyaksikan setidaknya 240 penembakan massal di seluruh negeri selama lima bulan terakhir atau lebih, dengan lebih dari 18.500 nyawa hilang karena kekerasan senjata, menurut database online.

3 dari 4 halaman

Presiden Joe Biden Desak Kongres Rombak UU Senjata Api

Presiden Joe Biden mendesak Kongres Amerika Serikat untuk mengubah undang-undang senjata guna merespons serangkaian penembakan massal yang telah melanda negara itu.

Berbicara dari Gedung Putih dalam pidato yang disiarkan langsung pada Kamis malam (2/6), Biden bertanya berapa harga yang dibutuhkan untuk mengubah UU senjata di Amerika, menyusul penembakan terhadap anak-anak sekolah di Texas, di sebuah gedung medis di Oklahoma dan di pusat berbelanjaan di Buffalo, New York baru-baru ini.

"Demi Tuhan, berapa banyak lagi pembantaian yang mau kita terima?" tanya Biden sebagaimana diwartakan Reuters, dikutip dari Antara, Sabtu (4/6/2022).

Presiden yang berasal dari Partai Demokrat itu menyerukan sejumlah tindakan yang secara historis ditentang oleh Partai Republik di Kongres, termasuk melarang penjualan senjata serbu, atau, jika itu tidak memungkinkan, menaikkan usia minimum untuk membeli senjata itu menjadi 21 dari 18 tahun, serta mencabut perlindungan kewajiban yang melindungi produsen senjata dari tuntutan atas kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang yang membawa senjata mereka.

"Kita tidak bisa mengecewakan rakyat Amerika lagi," kata Biden, yang menekan Partai Republik untuk mengizinkan RUU dengan langkah-langkah pengendalian senjata diproses untuk pemungutan suara.

4 dari 4 halaman

Aturan Kepemilikan Senjata

AS, yang mencatat tingkat kematian akibat kekerasan bersenjata yang lebih tinggi daripada negara kaya lainnya, telah terguncang dalam beberapa pekan terakhir oleh penembakan massal di sebuah toko kelontong di bagian utara New York, sebuah sekolah dasar di Texas yang menewaskan 19 anak-anak, dan gedung medis di Oklahoma.

Anggota parlemen sedang mencari langkah-langkah untuk memperluas pemeriksaan latar belakang dan mengesahkan undang-undang "bendera merah" yang akan memungkinkan petugas penegak hukum untuk mengambil senjata dari orang yang menderita penyakit mental.

Namun, setiap tindakan baru menghadapi rintangan dari Partai Republik, khususnya di Senat AS, dan langkah untuk melarang senjata serbu tidak memiliki cukup dukungan untuk maju.

Terlepas dari tantangan politik, Biden mendesak Kongres untuk bertindak.

"Setelah Columbine, setelah Sandy Hook, setelah Charleston, setelah Orlando, setelah Las Vegas, setelah Parkland, tidak ada yang dilakukan," kata Biden, yang menyebutkan penembakan massal paling menonjol selama dekade terakhir. "Kali ini keadaan itu tak bisa dibenarkan."