Liputan6.com, Jakarta - Badak memiliki kandung kemih yang lebih besar daripada anjing, dan mengeluarkan air seni sebanyak ember.
Jadi, hewan mana yang lebih banyak buang air kecil?
Pada tahun 2014, para ilmuwan dari Georgia Tech berusaha mencari tahu dan menetapkan bahwa, secara umum, hewan yang lebih besar akan buang air kecil lebih lama, demikian dikutip dari laman Mentalfloss, Rabu (8/6/2022).
Advertisement
Baca Juga
Untuk menguji hipotesis mereka, disiapkan kamera berkecepatan tinggi untuk merekam hewan Zoo Atlanta saat mereka "melakukan urusan pribadinya", dan melengkapi rekaman itu dengan video dari YouTube.
Secara keseluruhan, mereka menganalisis buang air kecil dari 32 hewan yang berbeda, mulai dari tikus, jaguar, gorila, hingga gajah.
Anehnya, ternyata mamalia yang memiliki berat lebih dari 6 pon buang air kecil untuk waktu yang kira-kira sama, terlepas dari ukurannya.
Secara khusus, mereka buang air kecil selama rata-rata 21 detik — memberi atau mengambil 13 detik.
"Invarians ini patut diperhatikan," tulis para ilmuwan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, "mengingat bahwa kandung kemih gajah, pada 18 liter, hampir 3.600 kali lebih besar volumenya daripada kandung kemih kucing pada 5 mililiter."
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Alasannya
Alasan mengapa seekor gajah dapat mengeluarkan air seni yang setara dengan sembilan botol soda besar dalam jumlah waktu yang sama dengan yang dibutuhkan kucing untuk mengeluarkan sesendok air seni, adalah karena kecepatan alirannya.
Seekor gajah buang air kecil lebih cepat daripada kucing karena uretranya—saluran yang mengalirkan urin dari kandung kemih dan keluar dari tubuh—lebih lebar.
Uretra gajah juga lebih panjang, memungkinkan gaya gravitasi bekerja lebih kuat pada cairan yang mengalir melaluinya.
Namun, tikus dan hewan lain dengan berat di bawah 6 pon tidak sesuai dengan aturan 21 detik dari si mamalia.
Itu karena saluran kemih mereka sangat kecil sehingga mereka harus melawan aksi kapiler, yaitu kecenderungan molekul cairan untuk menempel pada diri mereka sendiri dan ke dinding wadah dan mengalir ke atas.
Â
Advertisement
Tikus Tak Seperti Itu
Kencing lebih kental, dan bergerak sangat lambat sehingga hewan yang lebih kecil tidak dapat menghasilkan semburan urin. Sebaliknya, urin jatuh dalam tetesan kecil.
Untuk mamalia lainnya, tidak jelas mengapa aturan 21 detik berlaku di seluruh hewan dengan ukuran yang sangat bervariasi.
Para peneliti menyarankan bahwa ini adalah masalah fisika daripada adaptasi evolusioner.
Para ilmuwan mengatakan, penelitian mereka dapat membantu dalam mendiagnosis masalah kemih pada hewan. Misalnya, jika penjaga kebun binatang melihat seekor gorila kencing lebih lama atau kurang dari 21 detik, itu bisa menunjukkan ada sesuatu yang salah.