Liputan6.com, Kyiv - Otoritas di Ukraina mencari para korban pembantaian invasi Rusia di hutan yang berlokasi dengan Bucha. Beberapa jenazah ditemukan dengan posisi tangan terikat di punggung.
Menurut laporan AP News, Selasa (14/6/2022), para pekerja memakai baju hazmat dan masker ketika mereka menggali jenazah-jenazah di tanah hutan, serta menandai tiap sesi dengan tanda-tanda bernomor di permukaan. Jenazah-jenazah yang ditemukan itu ditutupi kain dan tanah, serta mengundang lalat.
Advertisement
Baca Juga
Kepala polisi regional Kyiv, Andriy Nebytov, berkata para korban disiksa.
"Tangan-tangan diikat di punggung dengan lakban menunjukkan bahwa orang-orang itu ditahan untuk waktu yang lama dan (musuh) mencoba mendapatkan informasi dari mereka," ucap Andriy Nebytov.
Pada Senin (13/6), Nebytov berkata menemukan jenazah tujuh orang warga sipil. Dua jenazah dalam posisi tangan terikat dan ada luka tembakan di lutut dan kepala.
Sejak mundurnya pasukan Rusia dari wilayah tersebut di akhir Maret 2022, pihak berwajib di Ukraina berkata telah menemukan 1.316 jenazah. Banyak di antara mereka ada di kuburan massal di hutan.
12 Ribu Korban
Kepolisian Ukraina melaksanakan investigasi atas tewasnya 12 ribu orang Ukraina sejak Rusia menyerang pada 24 Februari 2022.
Kepala kepolisian nasional Ukraina, Igor Klimenko, berkata bahwa investigasi kriminal dilakukan untuk para korban, termasuk bagi para korban yang ditemukan di kuburan massal. Klimenko mengungkap pembunuhan massal juga dilakukan oleh penembak jitu yang menembak dari tank dan kendaraan lapis baja.
Korban ditemukan terbaring di jalanan, rumah, serta kuburan massal. Namun, Klimenko tidak menyebut spesifik dari 12 ribu itu ada berapa yang dari sipil dan militer.
Presiden Ukraina Volodymr Zelensky yang merupakan orang Yahudi dan kehilangan keluarga pada saat Holocaust berkata tindakan Rusia mirip dengan aksi Nazi.
"Mengapa ini terjadi di 2022? Ini bukan 1940-an. Bagaimana bisa pembunuhan massal, penyiksaan, kota-kota terbakar, dan filtration camps yang didirikan oleh militer Rusia di daerah yang dijajah mirip concentration camps milik Nazi malah jadi nyata?" ujar Presiden Zelensky.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kim Jong-un Dukung Penuh Invasi Rusia ke Ukraina
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada Minggu 13 Juni 2022 menyatakan dukungan penuh untuk Presiden Rusia Vladimir Putin, media pemerintah negara itu melaporkan, meskipun ada kecaman internasional atas invasinya ke Ukraina.
"Rakyat Rusia telah mencapai keberhasilan besar dalam mencapai tujuan yang adil untuk membela martabat dan keamanan negara mereka ... sambil menghadapi segala macam tantangan dan kesulitan," kata Kim dalam sebuah pesan kepada Putin pada momen libut Russia Day, menurut kantor berita resmi Korea Utara, Korean Central News Agency seperti dikutip dari Yonhap News, Senin (13/6).
"Rakyat Korea memberikan dukungan dan dorongan penuh kepada mereka."
Rujukan nyata Kim terhadap serangan tak beralasan terhadap Ukraina sebagai "alasan yang adil" untuk membela keamanan Rusia, adalah tanda terbaru yang menggambarkan hubungan bilateral dekat yang telah berlangsung puluhan tahun antara kedua negara.
Pyongyang baru-baru ini menekankan hubungan dekatnya dengan Moskow, meskipun ada kritik dari komunitas internasional atas invasi Rusia ke Ukraina.
Kim juga menyatakan keyakinannya bahwa hubungan persahabatan dengan Rusia akan terus menguat di semua bidang dan dalam "perjalanan untuk membela keadilan internasional dan memastikan keamanan global."
Sebelumnya diketahui pada 2019, Kim mengadakan pertemuan puncak pertamanya dengan Putin di kota Vladivostok di timur jauh Rusia.
Advertisement
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada Minggu 13 Juni 2022 menyatakan dukungan penuh untuk Presiden Rusia Vladimir Putin, media pemerintah negara itu melaporkan, meskipun ada kecaman internasional atas invasinya ke Ukraina.
Sebelumnya, Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pihaknya menghancurkan gudang yang penuh dengan sistem rudal anti-tank dan anti-pesawat yang disediakan ke Ukraina oleh AS dan UE, kantor berita negara TASS melaporkan pada Minggu 12 Juni 2022.
Angkatan udara Rusia menggunakan rudal jelajah Kalibr dalam serangan yang menghancurkan gudang senjata besar yang terletak di wilayah Ternopil, kata juru bicara kementerian pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov.
"Rudal berbasis laut jarak jauh Kalibr presisi tinggi di daerah pemukiman Chortkiv, wilayah Ternopil, menghancurkan gudang besar sistem rudal anti-tank yang dipasok ke rezim Kiev dari AS dan negara-negara Eropa, sistem rudal anti-pesawat dan peluru artileri untuk sistem senjata,” tambah Konashenkov.
Sejak awal perang ketika Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, AS dan sekutu Eropanya telah memasok Kiev dengan sistem senjata dan peralatan militer senilai ratusan juta dolar termasuk drone, artileri berat, rudal anti-pesawat dan anti-tank.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan AS bahwa Moskow akan menyerang "target baru" jika Barat memasok rudal jarak jauh ke Ukraina untuk digunakan dalam Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS).
Washington mengatakan pihaknya menerima jaminan dari Kiev bahwa rudal jarak jauh tidak akan digunakan untuk menyerang sasaran di Rusia.
Invasi Rusia ke Ukraina Menambah Ketegangan 9 Negara Bersenjata Nuklir di Dunia
Invasi Rusia di Ukraina dan dukungan Amerika Serikat beserta sekutunya kepada Kiev telah menambah ketegangan di antara sembilan negara bersenjata nuklir di dunia. Selain Rusia dan AS, negara lain yang juga memiliki senjata nuklir adalah Prancis, China, Inggris, India, Pakistan, Israel dan Korea Utara.
Sejumlah senjata nuklir secara global pun diperkirakan bertambah dalam tahun-tahun mendatang untuk pertama kalinya sejak Perang Dingin, menurut sebuah lembaga kajian Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), Senin (13/6). Risiko senjata itu digunakan juga meningkat ke level tertinggi dalam beberapa dekade, mengutip hasil kajian SIPRI.
Meski jumlah senjata nuklir berkurang sedikit antara Januari 2021 dan Januari 2022, SIPRI mengatakan, cadangannya secara global bisa meningkat lagi dalam waktu dekat jika dunia tidak mengambil tindakan segera.
"Semua negara bersenjata nuklir sedang meningkatkan atau memperbarui arsenal mereka dan sebagian besar mempertajam retorika nuklir dan peran senjata nuklir dalam strategi militer mereka," kata Wilfred Wan, Direktur SIPRI bidang Senjata Pemusnah Massal, dalam buku tahunan 2022 lembaga kajian itu.
"Ini sebuah kecenderungan yang sangat mengkhawatirkan."
Advertisement