Liputan6.com, Goheug - Korea Selatan menunda jadwal peluncuran roket Nuri akibat kendala angin kencang di lokasi peluncuran. Hal itu dianggap bisa membahayakan para pekerja di lokasi peluncuran roket.
Berdasarkan laporan Yonhap, Selasa (14/6/2022), roket tersebut dijadwalkan meluncur pada Rabu 15 Juni 2022. Lokasi peluncuran adalah desa tepi laut di kabupaten Goheung.
Advertisement
Baca Juga
"Anging kencang yang bertiup di Naro Space Center, dan ada kemungkinan bahwa angin-angin itu bisa semakin kuat," ujar pihak Kementerian Sains dan Teknologi Informasi dan Komunikasi Korea Selatan.
Peluncuran kini mundur jadi Kamis 16 Juni 2022. Transportasi roket ke lokasi lepas landas juga mundur satu hari menjadi Rabu besok.
Jadwal peluncuran ini diakukan delapan bulan setelah trial pertama di bulan Oktober 2021 sukses secara parsial.
Pada Oktober 2021, roket Nuri yang memiliki berat 200 ton dan tinggi 47,2 meter berhasil terbang ke altitude 700 kilometer. Nuri adalah roket tiga tahap (three-stage) yang dikembangkan di dalam negeri.
Namun, pada Oktober lalu roket itu gagal menerbangkan satelit percobaan (dummy) ke orbit, sebab mesin tahap ketiga dari roket itu kehabisan tenaga lebih awal dari perkiraan.
Untuk peluncuran bulan ini, Nuri akan membawa satelit-satelit sungguhan. Roket itu juga kini didukung oleh helium tank di dalam tank oxidizer tahap ketiga.
Anggaran pengembangan roket ini sudah nyari 2 miliar won, dan dikembangkan sejak 2010. Rencananya, Korea Selatan akan meluncurkan empat roket Nuri tambahan hingga 2027 untuk program luar angkasa negaranya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Starlink di Indonesia
Beralih ke dalam negeri, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memberikan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO) Starlink kepada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).
Ditekankan oleh Juru Bicara Kemkominfo, Dedy Permadi, hak labuh satelit tersebut, hanya berlaku untuk layanan backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tertutup PT Telkom Satelit Indonesia/ Telkomsat, dan bukan untuk layanan retail pelanggan akses internet secara langsung oleh Space Exploration Technologies Corp (Starlink).
Itu artinya, layanan internet dari Starlink bukan dikhususkan bagi pelanggan langsung, melainkan dipakai untuk penyelenggaraan jaringan tertutup Telkomsat.Â
Sekadar informasi, backhaul adalah teknologi yang memfasilitasi perpindahan data dari satu infrastruktur telekomunikasi ke telekomunikasi lainnya.
Teknologi backhaul bisa digunakan untuk mendukung penyediaan layanan broadband internet selular 4G, tertutama di daerah rural yang belum tersambung secara langsung dengan kabel serat optik.
Disebutkan pula, layanan satelit internet Starlink hanya bisa beroperasi jika pembangunan Gateway Station - Terestrial Component untuk menerima layanan kapasitas Satelit Starlink serta pengurusan Izin Stasiun Radio (ISR) Satelit Starlink telah rampung oleh Telkomsat.
Telkomsat, dalam hal ini adalah pemegang ekslusif atas Hak Labuh Satelit Starlink, maka Telkomsat berhak mendapatkan layanan backhaul satelit.
"Operasional pemanfaatan layanan Starlink oleh Telkomsat wajib tunduk pada regulasi yang berlaku, termasuk pemenuhan kewajiban hak labuh," kata Dedy.
Advertisement
Izin Bisa Diperpanjang
Lebih lanjut Dedy menyebutkan, izin hak labuh akan dievaluasi setiap tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi dan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya, Dedy menyebut, hubungan perdagangan bilateral di sektor telekomunikasi dan digital antara Indonesia dan Amerika Serikat berkembang pesat.
Di mana, kerja sama kedua negara juga mencakup rencana Indonesia untuk memiliki tiga satelit terbaru. Ketiga satelit yang dimaksud adalah:
1. 150 Gb Very High Throughput Satellite (VHTS) yang diberi nama Satria (Ka-Band)
2. 80 Gb Very High Throughput Satellite (VHTS) sebagai Hot Backup Satellite (Ka-band).
3. 32 Gb High Throughput Satellite (HTS) yang dimiliki Telkomsat (C & Ku-band).
Ketiga satelit ini rencananya diluncurkan dengan roket peluncur milik SpaceX, Falcon 9, dan merupakan jenis satelit yang mengorbit di Geo stationer Orbit.
Starlink Layani Group Telkom
Sebelumnya, informasi di atas diungkap oleh Menkominfo Johnny G. Plate. Di mana, perusahaan internet satelit milik Elon Musk, Starlink telah mendapatkan restu dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk beroperasi di Indonesia. Internet satelit di bawah SpaceX itu akan melayani kebutuhan Telkom Group.
Kemkominfo pun telah memberikan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO) pada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) sebagai pengguna korporat backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup satelit Starlink.
Layanan yang diberikan bukan akses internet pelanggan secara langsung oleh Starlink, melainkan layanan backhaul untuk keperluan Telkom Group, menurut Menkominfo (Menteri Komunikasi dan Informatika) Johnny G. Plate saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Jumat (10/6).
"Hak Labuh Khusus NGSO tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh UU termasuk Hak Resiprokal dan akan dievaluasi setiap tahun. Starlink baru bisa beroperasi jika gateway station telah dibangun oleh Telkomsat," Johnny menjelaskan.
Gateway station tersebut juga akan sepenuhnya merupakan investasi dan milik Telkomsat. Karenanya, Johnny menuturkan, tanpa gateway station Telkomsat, Starlink tidak bisa berfungsi untuk melayani backhaul Telkomsat.
"Hak Labuh tersebut juga bersifat ekslusif, hanya untuk Telkomsat bagi layanan kebutuhan backhaul Telkom Group," tutur Menkominfo menutup pernyataannya.Â
Advertisement