Liputan6.com, Sanaa - Seorang wartawan Yaman hari Rabu (15/6) tewas dalam ledakan mobil di Aden, insiden kekerasan terbaru di kota pelabuhan di selatan Yaman.
Menurut pernyataan polisi yang diterbitkan oleh Angkatan Bersenjata di Aden, penyelidikan awal menunjukkan bahan peledak telah ditanam di mobil yang dikendarai Saber Al Haidari.
Pernyataan itu tidak merinci media di mana Haidari, yang berusia 40 tahun, bekerja, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (18/6/2022).
Advertisement
Baca Juga
Petugas pemadam kebakaran menyiram puing-puing mobil yang hangus di jalan utama di Aden, yang telah mengalami peningkatan kekerasan dalam beberapa tahun terakhir ini.
Bulan Maret lalu sebuah bom mobil menewaskan seorang pemimpin senior militer Yaman dan tiga orang lain dalam rombongannya. Pihak berwenang menggambarkan hal ini sebagai serangan oleh “elemen teroris.”
Sementara November 2021, seorang wartawan Yaman yang hamil tewas dalam ledakan mobil. Suaminya, yang juga wartawan, luka-luka.
Selama tujuh tahun terakhir ini Yaman telah terperosok dalam konflik antara koalisi militer pimpinan Arab Saudi dan gerakan Houthi yang didukung Iran, yang sebagian besar menguasai Yaman Utara.
Di antara banyak kekuatan destabilisasi Yaman adalah kelompok militer Islam seperti Al Qaeda dan ISIS yang pada masa lalu juga telah melancarkan serangkaian serangan, termasuk di wilayah selatan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ledakan Terjadi di Bandara Yaman
Ledakan terjadi di terminal Bandara Aden di Yaman. Pemerintah menduga serangan dilakukan oleh pasukan Houthi.
Peristiwa ledakan itu terjadi saat Perdana Menteri Maeen Abdulmalik Saeed dan anggota kabinetnya baru tiba dari Arab Saudi.
Mereka semua dilaporkan selamat setelah nyaris menjadi korban.
Dilaporkan BBC, Rabu (30/12/2020), sejauh ini ada lima orang yang meninggal dunia dan lusinan orang lain luka-luka.
Menteri informasi Yaman menuduh Houthi sebagai pelakunya.
PM Abdulmalek mengecam serangan yang terjadi via Twitter.
Ia berkata pengeboman itu adalah serangan pengecut.
"Tindakan teroris pengecut yang menarget bandara adalah bagian dari perang yang digencarkan di melawan negara Yaman dan rakyat kita yang hebat," ujarnya.
Advertisement
Serangan Drone di Fasilitas Minyak Arab Saudi
Milisi Houthi Yaman pada Jumat (25/3) mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone dan rudal lintas batas baru terhadap fasilitas minyak di Arab Saudi, serangan ketiga dalam waktu kurang dari seminggu.
"Sejumlah drone bermuatan bom menargetkan kilang minyak di Ras Tanura dan Rabigh, serta fasilitas minyak Aramco di Jazan dan Najran," kata Juru Bicara Militer Houthi Yehya Sarea mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh TV al-Masirah yang dikelola Houthi.
"Rentetan rudal sayap menargetkan fasilitas minyak Aramco di Jeddah dan ibu kota Saudi, Riyadh," tambahnya, demikian dikutip dari laman Xinhua, Sabtu (26/3/2022).
"Kami juga meluncurkan beberapa rudal balistik ke target penting Saudi lainnya di Jazan, Dhahran Al-Janub, Abha, Khamis Mushait," kata juru bicara Houthi.
Ia bersumpah untuk meluncurkan lebih banyak serangan guna memecahkan blokade yang diberlakukan oleh pasukan koalisi pimpinan Saudi di Arab Saudi.
Untuk saat ini, pelabuhan Yaman di bawah kendali milisi Houthi.
16 Serangan Drone di Fasilitas Minyak Arab Saudi
Sementara itu, sebuah pernyataan dari pasukan koalisi yang dipimpin Saudi mengatakan bahwa "total 16 serangan oleh milisi Houthi yang menghantam fasilitas energi di Arab Saudi dan kami menahan diri untuk membuat konsultasi Yaman sukses," demikian laporan dari Al -Arabiya TV.
Pertemuan itu dijadwalkan akan diadakan di Riyadh minggu depan, mengumpulkan partai-partai politik Yaman untuk membahas solusi politik yang komprehensif guna mengakhiri tujuh tahun perang saudara di negara itu, yang telah ditolak oleh milisi Houthi untuk bergabung.
Awal pekan ini, milisi Houthi meluncurkan dua serangan lain terhadap fasilitas energi yang sama di Arab Saudi, menggunakan rentetan drone dan rudal.
Yaman telah terperosok dalam perang saudara sejak akhir 2014 ketika milisi Houthi yang didukung Iran menguasai beberapa provinsi utara dan memaksa pemerintah Yaman yang didukung Saudi dari Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi keluar dari ibu kota Sanaa.
Koalisi Arab yang dipimpin Saudi melakukan intervensi pada 26 Maret 2015 untuk mendukung pemerintah Yaman.
Advertisement