Liputan6.com, Dhaka - Badai monsun di Bangladesh dan India telah menewaskan sedikitnya 59 orang dan menimbulkan banjir dahsyat yang menyebabkan jutaan lainnya terdampak, kata para pejabat pada Sabtu 18 Juni.
Banjir adalah ancaman biasa bagi jutaan orang di dataran rendah Bangladesh, tetapi para ahli mengatakan perubahan iklim meningkatkan frekuensi, keganasan, dan ketidakpastiannya, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (20/6/2022).Â
Baca Juga
Hujan deras selama seminggu terakhir telah membanjiri bentangan luas timur laut Bangladesh, dengan pasukan yang dikerahkan untuk mengevakuasi rumah tangga yang terputus dari komunitas tetangga. Sekolah telah diubah menjadi tempat penampungan bantuan untuk menampung seluruh desa yang terendam dalam hitungan jam oleh sungai yang tiba-tiba meluap.
Advertisement
"Seluruh desa tenggelam pada Jumat pagi dan kami semua terdampak," kata Lokman, yang keluarganya tinggal di desa Companiganj.
"Setelah menunggu seharian di atap rumah kami, seorang tetangga menyelamatkan kami dengan perahu darurat. Ibu saya mengatakan dia belum pernah melihat banjir seperti itu sepanjang hidupnya," tambah wanita berusia 23 tahun itu.
Asma Akter, wanita lain yang diselamatkan dari banjir, mengatakan keluarganya tidak bisa makan selama dua hari. "Air naik begitu cepat sehingga kami tidak bisa membawa barang-barang kami," katanya.
"Dan bagaimana kamu bisa memasak sesuatu ketika semuanya di bawah air?"
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Petir Sebabkan Warga Tewas
Petir yang dipicu oleh badai telah menewaskan sedikitnya 21 orang di seluruh negara Asia Selatan itu sejak Jumat sore, kata pejabat polisi kepada AFP.
Di antara mereka ada tiga anak berusia antara 12 dan 14 yang tersambar petir pada hari Jumat di kota pedesaan Nandail, kata kepala polisi setempat Mizanur Rahman.
Empat orang lainnya tewas ketika tanah longsor menghantam rumah mereka di lereng bukit di kota pelabuhan Chittagong, kata inspektur polisi Nurul Islam kepada AFP.
Sedikitnya 16 orang tewas sejak Kamis di Meghalaya yang terpencil di India, tulis kepala menteri negara bagian itu Conrad Sangma di Twitter, setelah tanah longsor dan aliran sungai yang menenggelamkan jalan.
Â
Advertisement
Terdampak Banjir
Di Assam, lebih dari 2,6 juta orang terkena dampak banjir setelah hujan deras selama lima hari, menurut badan tanggap bencana negara bagian itu.
Delapan belas orang tewas dalam banjir atau tanah longsor di sekitar negara bagian itu sejak Kamis, badan tersebut melaporkan, dengan hampir 7.500 orang diselamatkan pada Sabtu sore.
Ketua Menteri Assam Himanta Biswa Sarma mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah menginstruksikan pejabat distrik untuk memberikan "semua bantuan dan bantuan yang diperlukan" kepada mereka yang terjebak dalam banjir.
Situasi Memburuk
Banjir di Bangladesh memburuk pada Sabtu pagi setelah jeda sementara dari hujan sore sebelumnya, kepala administrator pemerintah wilayah Sylhet Mosharraf Hossain mengatakan kepada AFP.
"Situasinya buruk. Lebih dari empat juta orang terdampar oleh air banjir," kata Hossain, seraya menambahkan bahwa hampir seluruh wilayah itu tanpa listrik.
Banyak sungai di Bangladesh telah naik ke tingkat yang berbahaya, kata Arifuzzaman Bhuiyan, kepala Pusat Peramalan dan Peringatan Banjir yang dikelola negara.
"Karena banjir masih berlanjut, ini bisa lebih buruk daripada banjir tahun 2004," katanya, seraya menambahkan bahwa ini adalah banjir putaran ketiga yang melanda wilayah itu dalam dua bulan.
Banjir memaksa bandara internasional terbesar ketiga Bangladesh di Sylhet ditutup pada hari Jumat.
Di sekitar ibu kota daerah, penduduk mengarungi air setinggi pinggang di sepanjang jalan di samping kendaraan yang terjebak sebagian terendam.
Peramal cuaca mengatakan banjir akan memburuk selama dua hari ke depan dengan hujan lebat di Bangladesh dan hulu di timur laut India.
Sebelum hujan minggu ini, wilayah Sylhet masih belum pulih dari banjir terburuk dalam hampir dua dekade akhir bulan lalu, ketika setidaknya 10 orang tewas dan empat juta lainnya terkena dampak.
Advertisement