Sukses

Pakar HI UGM Sorot Langkah Strategis Jokowi di Konflik Ukraina-Rusia

Rencana kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina-Rusia dinilai sebagai suatu sikap asertif.

Liputan6.com, Jakarta - Pakar hubungan internasional menilai kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina-Rusia sebagai sikap presiden yang semakin asertif. Indonesia yang memegang presidensi G20 kini tidak lagi menjadi penonton pasif dari konflik di Eropa tersebut. 

Pakar international political economy Dr. Riza Noer Arfani dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menilai sebelumnya suara Indonesia memang kurang terdengar, sehingga ada kritikan yang menilai suara Indonesia kurang lantang. Namun, kunjungan Presiden Jokowi menandakan perubahan. 

"Kalau dibilang kurang lantang betul ya, dalam arti kurang asertif menunjukkan sikap konsistennya itu. Tapi dalam keputusan untuk mengunjungi kedua negara ini saya melihat ada assertiveness di sana, dan itu yang ditekankan Bu Menlu bahwa Pak Jokowi memilih untuk tidak diam. Pak Jokowi memilih untuk mulai berkiprah di sana," ujar Riza kepada Liputan6.com, Jumat (24/6/2022).

Lebih lanjut, Riza menilai rencana kunjungan Presiden Jokowi ke dua negara tersebut merupakan langkah yang strategis agar nantinya Indonesia bisa mencairkan suasana di G20. 

Riza berkata Presiden Jokowi tidak perlu mengharuskan Presiden Vladimir Putin maupun Volodymyr Zelensky untuk datang ke pertemuan puncak G20 di Bali. Namun, Presiden Jokowi dapat menjelaskan pada kedua belah pihak mengenai pentingnya kedatangan mereka untuk mencari solusi, sekaligus mencegah perpecahan G20.

"Iktikad baiknya ditunjukkan ini tetap forum ekonomi, dan oleh karenanya semuanya harus dihadirkan, semuanya harus punya concern yang sama. Tidak boleh nanti secara simbolik menunjukkan perpecahan, apalagi nanti kalau misalnya mengikuti kemauan pihak-pihak tertentu yang menginginkan Rusia untuk ditendang dari keanggotaan. Sama sekali tidak. Tapi bagaimana concern itu dibicarakan bersama-sama, dan itu membutuhkan kehadiran semuanya, termasuk Rusia," ucap Riza. 

"Kepada Ukraina kita tekankan bahwa kehadiran Pak Zelensky ini akan penting untuk menunjukkan bahwa kompromi itu achievable, bisa dicapai, terutama kompromi yang berkaitan dengan ekonomi global, yang tadi saya contohkan misalnya soal gangguan pada rantai pasok, gangguan pada sumber-sumber ekonomi, yang terganggu oleh perang ini," jelasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Tak Perlu Bahas NATO

Salah satu alasan Rusia menginvasi Ukraina adalah menolak jika negara itu masuk NATO. Riza berkata konflik militer yang terjadi patut menjadi pembahasan kunjungan Presiden Jokowi, namun isu NATO disebut tak perlu dibahas. 

Riza berkata usaha mendamaikan akan menjadi tugas sulit, namun dialog perlu membahas potensi perdamaian, negosiasi, serta menjaga perekonomian global dari dampak konflik.

"Memang tak ada pretensi untuk mendamaikan, tetapi yang bisa saya proyeksikan adalah mengajak mereka mulai duduk bersama lagi. Berunding. Tapi berunding dengan hal-hal yang bisa dicapai bersama, bukan sesuatu yang jauh, misalnya membicarakan keanggotaan Ukraina di NATO, bukan itu, tapi bagaimana merundingkan supaya perang ini tidak berdampak secara lebih sistematis ke ekonomi global," ucap Riza. 

Masalah sanksi Rusia juga dinilai bisa menjadi jalan masuk perbincangan antara Indonesia-Rusia. Sejak invasi Rusia dimulai, negara itu terkena gelombang sanksi dari berbagai negara dan perusahaan. Pihak Rusia mengaku kesulitan akibat sanksi tersebut, inflasi di negara mereka juga meroket. 

Riza menilai isu sanksi ekonomi ini juga bisa dibicarakan dalam konteks G20.

"Setidaknya forum G20 bisa dijadikan forum untuk sharing, terutama kalau kita bicara soal sanksi pada Rusia. Sharing yang tujuan utamanya adalah menyelamatkan proses pemulihan ekonomi global. Itu yang harus jadi fokus. Dan di pertemuan puncak nanti di KTT G20 itu yang seharusnya menjadi communiqué bersama. Jadi pembahasan mengenai sanksi bisa menjadi pintu masuk," ungkap Riza.

3 dari 4 halaman

Jokowi Dibekali Helm hingga Rompi Antipeluru

Presiden Joko Widodo atau Jokowi dijadwalkan akan bertolak ke Kiev, Ukraina dan Moskow, Rusia dalam waktu dekat ini. Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) pun menyiapkan pengamanan ekstra ketat mengingat kunjungan dilakukan di tengah situasi perang.

Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Mayjen Tri Budi Utomo memastikan keamanan Presiden Jokowi berada di tingkat tertinggi. Menurut dia, Paspampres akan dilengkapi alat pelindung diri khusus mulai dari helm hingga rompi antipeluru yang melekat.  

“Perlengkapan pun kita sudah siapkan helm, rompi yang kemungkinan kalau memang berkenan digunakan untuk kegiatan di sana, kita juga sudah siapkan semuanya,” kata Budi kepada awak media saat dikonfirmasi, Kamis (23/6/2022). 

Bahkan bila diperlukan, kata dia, nantinya peralatan pelindung diri tersebut juga akan dikenakan Presiden Jokowi saat berkegiatan.

“Semua. Semua delegasi yang akan ikut kita siapkan (helm hingga rompi antipeluru),” ucap Budi.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Jokowi dijadwalkan bertolak ke Rusia dalam agenda kepresidenan, pada akhir Juni 2022 ini. Hal itu sudah dikonfirmasi oleh Menko Polhukam Mahfud Md saat ditemui wartawan Istana Kepresidenan beberapa hari kemarin.

“Ya itu agenda presiden. Saya kira apa masalahnya? Kan cuma mau ketemu,”  kata Mahfud di Istana Negara Jakarta, Senin 20 Juni 2022.

Seperti diketahui, saat ini situasi di Ukraina dan Rusia masih berkecamuk dengan letupan perang antarkedua negara. Menurut laporan PBB, sebanyak 4.266 jiwa warga sipil melayang akibat invasi ini.

Selain itu 5.178 orang dilaporkan menjadi korban luka di Ukraina sejak serangan pertama Rusia diluncurkan pada 24 Februari 2022. 

 

4 dari 4 halaman

Kota Tujuan Jokowi Jauh dari Titik Ledakan

Sebelumnya, Komandan Paspampres Mayjen TNI Tri Budi Utomo menjamin keamanan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat berkunjung Kiev, Ukraina dan Moskow, Rusia. Menurutnya, jarak kota tujuan Jokowi jauh dari zona perang.

"Sementara aman, karena kalau kami melihat sampai di Donetsk kurang lebih dari Kiev itu kurang lebih jaraknya sekitar paling dekat yang ledakan itu adalah 380 km dari Kiev, itu yang sudah kita antisipasi," kata Budi saat dihubungi, Jakarta, Kamis (23/6/2022).  

"Sementara mereka masih melakukan serangan ya memang di seputaran Donetsk itu saja, jadi alhamdulillah masih jauh lah dari Kiev," sambungnya.

Budi percaya diri terhadap keamanan kepala negara di daerah perang itu. Dia menyatakan bahwa, Paspampres berasal dari satuan-satuan khusus yang sudah terlatih dan siap mengamankan Presiden Jokowi.

"Semuanya dari Paspampres. Paspampres kan punya ada tim penyelamatan sendiri, ada timnya sendiri. Jadi sebelum kereta api jalan 3 jam sebelumnya kita sudah punya deteksi, ada tim deteksi yang sudah kita siapkan dari awal," tutur Budi.

"Dan Paspampres ini banyak terdiri dari pasukan-pasukan khusus juga, sehingga Alhamdulillah kita juga tidak terlalu khawatir, karena Paspampres ini ada dari Kopassus, ada dari Denjaka, ada dari Paskhas. Alhamdulillah kita percaya diri," sambungnya.