Liputan6.com, Oslo - Seorang pria berusia 42 tahun telah ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan, percobaan pembunuhan dan tindakan teroris terkait penembakan di pusat ibu kota Norwegia, Oslo.
Dua orang tewas dan 21 terluka dalam serangan semalam di distrik kehidupan malam yang sibuk. Ada tembakan pada Sabtu (25/6/2022) sekitar pukul 01.00 waktu setempat (23:00 GMT), di tiga lokasi termasuk bar gay.
Tembakan dilepaskan di London Pub, tempat LGBTQ+ yang populer, dan di dekat klub jazz Herr Nilsen dan sebuah pub.
Advertisement
Pride Parade, acara tahunan di Oslo akan diadakan pada hari Sabtu, tetapi telah dibatalkan mengikuti saran polisi.
Pride Parade adalah acara yang menselebrasikan budaya dan kebanggaan lesbian, gay, biseksual, transgender dan interseks (LGBTI).
"Kami akan segera bangga dan terlihat lagi, tetapi hari ini, kami akan membagikan perayaan Pride Parade kami dari rumah," kata pernyataan di situs web Oslo Pride seperti dikutip dari BBC.
"Ada alasan untuk berpikir bahwa ini mungkin kejahatan rasial," kata polisi dalam konferensi pers, Sabtu malam.
Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Stoere menyebutnya sebagai "serangan yang mengerikan dan sangat mengejutkan terhadap orang-orang yang tidak bersalah".
"Saya melihat seorang pria datang dengan tas, dia mengambil pistol dan mulai menembak," kata jurnalis Olav Roenneberg dari penyiar publik NRK.
Seorang saksi di Pub London mengatakan kepada NRK bahwa dia telah terkena pecahan kaca.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Dua Senjata Diamankan hingga Kesaksian Pengunjung
Polisi mengamankan dua pucuk senjata di TKP, salah satunya pistol otomatis. Dalam siaran pers, polisi mengatakan untuk sementara akan mempersenjatai semua staf daruratnya setelah serangan itu.
"Saya berada di bar luar di London ketika itu terjadi. Saya baru menyadari bahwa ada tembakan, dan saya terkena pecahan kaca. Ada semakin banyak tembakan, jadi saya melarikan diri ke bar bagian dalam dan mencoba mengajak orang-orang sebanyak mungkin berlindung," katanya.
"Awalnya orang tidak mengerti apa yang terjadi, tapi kemudian terjadi kepanikan."
Dalam sebuah posting Facebook, tim di London Pub menyebut penembakan itu "benar-benar mengerikan dan murni kejahatan".
"Pikiran kami tertuju pada orang yang meninggal, terluka dan kerabat," tambahnya. "Semua karyawan... aman dan tidak terluka secara fisik. Jaga satu sama lain selama ini."
Seorang wanita mengatakan kepada surat kabar Verdens Gang bahwa pria bersenjata itu telah membidik sasarannya dengan hati-hati. "Ketika saya mengerti bahwa itu serius, saya lari. Ada seorang pria berlumuran darah tak bergerak di lantai," katanya.
Seorang pria lain mengatakan kepada surat kabar bahwa dia telah melihat banyak orang tergeletak di tanah dengan luka di kepala.
Advertisement
Insiden yang Menguncang Negara
Raja Harald, raja Norwegia, mengatakan dia dan keluarganya ketakutan. Dia mengatakan "kita harus berdiri bersama" untuk mempertahankan "kebebasan, keragaman, dan rasa hormat satu sama lain".
Menteri Kehakiman Norwegia Emilie Enger Mehl mengatakan insiden itu telah mengguncang negara itu.
"Norwegia adalah komunitas kepercayaan di mana setiap orang harus merasa aman di luar pada Sabtu malam," katanya, menurut NRK.
Sedikitnya dua orang tewas dan 10 lainnya luka-luka setelah penembakan di klub malam LGBTQ di Oslo, Norwegia pada Sabtu (25/6/2022), Reuters melaporkan, mengutip penyiar publik NRK.
Mengutip CNN, penembakan itu terjadi di London Pub, yang menggambarkan dirinya di situs webnya sebagai "tempat gay dan lesbian terbesar di Oslo."
"Saya melihat seorang pria datang dengan tas, dia mengambil pistol dan mulai menembak," kata seorang jurnalis NRK dalam laporan penyiar.
Penembakan Serupa di Orlando
Jarum jam menunjuk ke pukul 02.00, Minggu dinihari 12 Juni 2016, masih ada 320 orang di dalam klub malam Pulse, Orlando. Dua menit kemudian, seorang pria melangkah masuk. Ia membawa senapan, pistol, dan amunisi.
"Musik masih dimainkan, semua orang menari...saat itulah terdengar suara 'Bang, Bang!'," kata, Javier Antonetti, yang ada di dalam klub saat kejadian seperti dikutip dari ABC News, Senin (13/6/2016). "Pria yang berdiri di sampingku ambruk. Darah berceceran di mana-mana."
Antonetti mengaku, mendengar pelaku bicara lewat telepon dengan seseorang. "Berhenti membunuh ISIS. Aku punya banyak peluru," kata dia, menirukan suara penembak yang belakangan diidentifikasi sebagai Omar Mateen (29).
Antonetti mengaku, ia berpura-pura mati saat kejadian. Itulah mengapa ia bisa selamat, meski harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Beberapa saat kemudian, polisi yang tak sedang bertugas dan menjadi petugas keamanan di klub memutuskan untuk masuk. Ia dan dua polisi lain terlibat baku tembak dengan pelaku.
"Petugas kami terlibat baku tembak dengan tersangka," kata Kepala Kepolisian Orlando, John Mina.
Saksi mata lain, Janiel Gonzalez mengungkapkan, orang-orang berteriak dan merangkak di lantai. "Saat itu aku bertekad, 'bukan ini caraku mati, bukan hari ini'," katanya.
Pada pukul 02.09, klub malam memberikan peringatan lewat laman Facebook mereka. "Semua orang keluar dari Pulse dan terus lari menjauh."
Saat berada di luar, Gonzalez melihat orang-orang dalam kondisi luka dan berdarah-darah. Orang-orang mencoba lari, tapi mereka terjebak dan menjadi sandera, demikian menurut aparat.
Di tengah penembakan terjadi, Mateen, yang lahir di AS dari orangtua yang berasal dari Afghanistan menelepon 911 untuk menyatakan kesetiaannya pada ISIS.
Tim SWAT yang mengerahkan kendaraan lapis baja bergegas ke lokasi kejadian. Namun mereka memutuskan menunggu di luar klub hampir selama tiga jam.
"Saat itu kami membutuhkan persiapan, evaluasi, melakukan penilaian tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan memastikan semua hal berada pada tempatnya," kata supervisor Departemen Penegakan Hukum Florida, Danny Banks.
Pada pukul 05.00, SWAT memutuskan untuk membebaskan para sandera. Polisi menggunakan bahan peledak di dalam klub, untuk mengalihkan perhatian pelaku penembakan.
Sementara itu, kendaraan lapis baja ditabrakkan ke dinding klub. Petugas yang berlindung di belakangnya menyerbu masuk. Sebanyak 11 polisi terlibat baku tembak dengan pelaku.
Pada pukul 05.53, Kepolisian Orlando mengumumkan dalam Twitter, "Penembak di dalam klub sudah tewas."
Penembakan membabi buta di dalam klub Pulse pada Minggu dinihari dideskripsikan sebagai 'insiden teror domestik', sekaligus merupakan penembakan massal paling mematikan dalam sejarah AS.
Penembakan di Orlando yang dilakukan Omar Mateen sempat jadi serangan teror paling mematikan dalam sejarah Negeri Paman Sam sejak peristiwa 9/11 pada 11 September 2001.
Presiden Amerika Serikat saat itu, Barack Obama mengatakan, belum ada bukti langsung bahwa pelaku penembakan Orlando dikendalikan ISIS atau terkait langsung dengan organisasi teroris itu.
Ia kembali menyoroti kemudahan yang dirasakan orang untuk memperoleh senjata dan melakukan pembunuhan massal.
"Pelaku di Orlando diduga bersenjatakan pistol dan senapan serbu berkekuatan tinggi. Pembunuhan massal ini, menjadi pengingat tentang betapa mudah seseorang untuk mendapatkan senjata yang memungkinkan mereka menembak orang-orang di sekolah, tempat ibadah, gedung bioskop atau di klub malam."
Â
Advertisement