Sukses

Sri Lanka Tangguhkan Penjualan BBM Untuk Sejumlah Kendaraan

Sri Lanka telah menangguhkan penjualan bahan bakar untuk kendaraan yang tidak penting karena menghadapi krisis ekonomi.

Liputan6.com, Kolombo - Sri Lanka telah menangguhkan penjualan bahan bakar untuk kendaraan yang tidak penting karena menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade.

Selama dua minggu ke depan hanya bus, kereta api, dan kendaraan yang digunakan untuk layanan medis dan transportasi, serta makanan yang diizinkan untuk diisi bahan bakar BBM.

Sekolah-sekolah di daerah perkotaan telah ditutup dan para pejabat telah mengatakan kepada 22 juta penduduk negara itu untuk bekerja dari rumah, demikian dikutip dari laman BBC, Selasa (28/6/2022).

Negara Asia Selatan itu dalam pembicaraan mengenai kesepakatan bailout karena berjuang untuk membayar impor seperti bahan bakar dan makanan.

Pada hari Senin, pemerintah mengatakan bahwa pihaknya akan melarang kendaraan pribadi membeli bensin dan solar hingga 10 Juli 2022.

Bandula Gunewardena, juru bicara kabinet Sri Lanka, mengatakan bahwa Sri Lanka "tidak pernah menghadapi krisis ekonomi yang begitu parah dalam sejarahnya".

Negara yang kekurangan uang itu juga telah mengirim pejabat ke produsen energi utama Rusia dan Qatar dalam upaya untuk mengamankan pasokan minyak murah.

Ekonomi Sri Lanka telah terpukul keras oleh pandemi, kenaikan harga energi, dan pemotongan pajak populis.

Tanpa mata uang asing yang cukup untuk membayar impor barang-barang penting, kekurangan akut makanan, bahan bakar dan obat-obatan telah membantu mendorong biaya hidup ke rekor tertinggi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Pasokan BBM di Sri Lanka

Selama akhir pekan para pejabat mengatakan, negara itu hanya memiliki 9.000 ton solar dan 6.000 ton bensin untuk bahan bakar layanan penting dalam beberapa hari mendatang.

Diperkirakan stok akan bertahan kurang dari seminggu, di bawah permintaan reguler.

"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk mendapatkan stok baru, tetapi kami tidak tahu kapan itu akan terjadi," kata menteri tenaga dan energi Kanchana Wijesekera kepada wartawan, Minggu.

Alex Holmes, seorang ekonom senior di Oxford Economics, mengatakan kepada BBC bahwa pembatasan bahan bakar adalah "tanda kecil lain dari krisis yang memburuk".

"Mobilitas tampaknya sudah sangat terbatas mengingat orang-orang menunggu dalam antrian [panjang] untuk bahan bakar. Tetapi larangan total untuk kendaraan pribadi melangkah lebih jauh, dan akan menambah penderitaan ekonomi," tambahnya.

 

3 dari 3 halaman

Gagal Bayar Utang

Pada bulan Mei, negara tersebut gagal membayar utangnya dengan pemberi pinjaman internasional untuk pertama kalinya dalam sejarahnya.

Pekan lalu, sebuah tim dari Dana Moneter Internasional tiba di Sri Lanka untuk membicarakan kesepakatan bailout $3 miliar (£2,4 miliar).

Pemerintah juga mencari bantuan dari India dan China untuk mengimpor barang-barang penting.

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan, awal bulan ini bahwa negara itu membutuhkan setidaknya $5 miliar selama enam bulan ke depan untuk membayar barang-barang penting seperti makanan, bahan bakar dan pupuk.

Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah juga telah meminta petani untuk menanam lebih banyak beras dan memberi pejabat pemerintah hari libur ekstra dalam seminggu untuk menanam pangan, di tengah kekhawatiran akan kekurangan.