Liputan6.com, New York - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa pada Jumat memperingatkan bahwa kasus cacar monyet monkeypox di wilayah itu telah naik tiga kali lipat dalam dua pekan ini.
Dia mendesak negara-negara untuk berbuat lebih banyak guna memastikan penyakit yang sebelumnya jarang terjadi itu membebani benua tersebut, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (3/7/2022).
Baca Juga
Otoritas kesehatan Afrika mengatakan mereka memperlakukan wabah cacar monyet yang meluas sebagai keadaan darurat, menyerukan negara-negara kaya untuk berbagi persediaan vaksin yang terbatas guna menghindari masalah kesenjangan akses ke vaksin yang tampak selama pandemi COVID-19.
Advertisement
Kepala WHO Eropa Dr. Hans Kluge mengatakan dalam pernyataan, peningkatan upaya diperlukan meskipun badan kesehatan PBB pekan lalu memutuskan bahwa wabah yang meningkat itu belum bisa dinyatakan sebagai darurat kesehatan global.
Hingga kini, lebih dari 5.000 kasus cacar monyet telah dilaporkan dari 51 negara yang biasanya tidak melaporkan penyakit tersebut, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika.
Menurut Kluge, jumlah infeksi di Eropa mewakili sekitar 90% dari total global, dengan 31 negara dalam kawasan WHO Eropa telah mengidentifikasi kasus itu.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Peneliti: Virus Cacar Monyet Bermutasi Lebih Banyak dari Dugaan
Para peneliti di Portugal mengatakan bahwa mutasi virus monkeypox atau cacar monyet lebih banyak dari yang diduga. Pasalnya, penyakit yang disebut pula cacar monyet kasusnya sudah meningkat di Inggris dan Amerika Serikat.
Para ilmuwan mengatakan, jenis terbaru cacar monyet yang sebelumnya terbatas di beberapa bagian Afrika, memiliki sekitar 50 variasi genetik dibandingkan dengan virus terkait yang beredar pada 2018-2019.
Mereka menemukan, virus terus berevolusi selama wabah saat ini. Termasuk sejumlah perubahan kecil dalam kode genetik, varian gen minor, dan gen yang hilang, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature Medicine pada Jumat.
“Sangat tidak terduga menemukan begitu banyak mutasi pada virus cacar monyet 2022,” kata Joao Paulo Gomes dari Institut Kesehatan Nasional di Lisbon dan salah satu penulis laporan tersebut mengutip Bloomberg Rabu (29/6/2022).
“Faktanya, mengingat karakteristik genom dari jenis virus ini, tidak lebih dari satu atau dua mutasi yang mungkin muncul setiap tahun.”
Virus monkeypox lebih stabil dan lebih lambat bermutasi dibandingkan virus Corona penyebab COVID-19. Di masa lalu, monkeypox tidak menyebar dengan mudah dari orang ke orang.
Masih belum jelas bagaimana mutasi yang terlihat pada virus monkeypox saat ini dapat mengubah atribut tersebut, atau tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami perubahan virus, kata para peneliti.
Advertisement
Bisa Mematikan
Cacar monyet biasanya menyebabkan gejala seperti flu, diikuti dengan ruam yang sering dimulai di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Penyakit ini bisa mematikan dalam beberapa kasus. Banyak kasus saat ini terutama di antara pria yang berhubungan seks dengan pria.
Pihak berwenang di seluruh dunia melacak evolusi wabah cacar monyet dan memperluas vaksinasi ke kelompok yang lebih berisiko untuk mencoba menahan penyebaran virus, dengan lebih dari 3.300 kasus dilaporkan secara global.
Komite darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa wabah terbaru ini bukan sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional - tingkat siaga tertinggi.
Di sisi lain, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), yang berupaya memperluas penggunaan vaksin cacar monyet untuk anak-anak, mengatakan virus itu berperilaku seperti yang diharapkan.
"Kami mengurutkan semua spesimen yang bisa kami dapatkan," kata Gregory Armstrong, direktur Kantor Deteksi Molekuler Tingkat Lanjut CDC di dalam Pusat Nasional untuk Penyakit Zoonosis.