Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan dan NATO akan memasuki periode kerja sama baru pada tahun 2022. Rencana itu muncul setelah Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, menghadiri NATO summit.
Dilaporkan Yonhap, Selasa (5/7/2022), kerja sama dengan NATO ini akan dilakukan pada paruh akhir 2022. Kedua pihak disebut ingin membuat strategi kemitraan strategis di tengah ancaman keamanan berlapis dan persaingan keamanan ekonomi di dunia.
Advertisement
Baca Juga
Presiden Yoon juga berjanji memberikan bantuan sebesar US$ 100 juta untuk Ukraina.
Ini adalah pertama kalinya pemimpin Korea Selatan berkunjung ke NATO summit, meski Korea bukan anggota aliansi tersebut. Pihak Korsel dan Eropa juga disebut sepakat untuk melindungi nilai-nilai dan keamanan dari wilayah Indo-Pasifik dan Eropa dari pengaruh China yang berkembang dalam konteks keamanan dan ekonomi.
Sementara, Wilson Center memuji kehadiran Presiden Yoon Suk Yeol di NATO summit. Kehadiran Presiden Yoon dinilai menunjukkan bahwa Korea Selatan dan negara-negara demokrasi lain semakin dekat dengan demokrasi Eropa karena ketakutan bersama terhadap kekuatan Rusia dan China.
Presiden Yoon juga berkata bahwa negaranya akan mengirimkan misi diplomatik ke markas NATO di Brusels. Hal itu dianggap Wilson Center sebagai komitmen dari Korsel untuk adanya dialog yang lebih konsisten dengan Aliansi Atlantik.
"Meningkatnya hubungan-hubungan Korea Selatan dengan Jepang dan NATO memiliki potensi untuk memperkuat pertahanannya melawan berbagai ancaman yang muncul, termasuk serangan siber, perubahan iklim, tantangan rantai pasokan, dan bertambahnya senjata misil dan nuklir dari Korea Utara," tulis Wilson Center.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
NATO: Rusia Ancaman bagi Keamanan Eropa dan Atlantik
Para pemimpin NATO melabeli Rusia sebagai ancaman bagi keamanan mereka ketika mereka merombak pertahanan aliansi itu sebagai tanggapan atas perang terhadap Ukraina, kata Kepala NATO Jens Stoltenberg.
"Kami akan menyatakan dengan jelas bahwa Rusia menimbulkan ancaman langsung bagi keamanan kami," kata Stoltenberg, menjelang peluncuran cetak biru strategis NATO, seperti dikutip dari MSN News, Sabtu (2/7).
Perang Ukraina menjadi fokus KTT NATO di Madrid pekan ini.
Sekutu NATO akan terus memasok Ukraina dengan senjata dalam perangnya melawan Rusia selama diperlukan, kata Kanselir Jerman Olaf Scholz di Madrid pada hari Rabu.
"Adalah baik bahwa negara-negara yang berkumpul di sini tetapi banyak negara lain juga, memberikan kontribusi mereka sehingga Ukraina dapat mempertahankan diri - dengan menyediakan sarana keuangan, bantuan kemanusiaan, tetapi juga dengan menyediakan senjata yang sangat dibutuhkan Ukraina," kata Scholz kepada wartawan saat ia tiba untuk hari kedua KTT NATO.
Presiden UKraine Volodymyr Zelensky mengatakan kepada para pemimpin NATO dalam pidato khusus bahwa Ukraina membutuhkan senjata modern dan lebih banyak bantuan keuangan dalam perangnya melawan invasi Rusia.
"Kita perlu mematahkan keunggulan artileri Rusia ... Kami membutuhkan sistem yang jauh lebih modern, artileri modern," kata Zelensky kepada KTT NATO di Madrid melalui tautan video.
Dia menambahkan bahwa dukungan keuangan "tidak kalah pentingnya dengan bantuan dengan senjata"..."Rusia masih menerima miliaran setiap hari dan menghabiskannya untuk perang. Kami memiliki defisit miliaran dolar, kami tidak memiliki minyak dan gas untuk menutupinya," kata Zelensky, seraya menambahkan bahwa Ukraina membutuhkan sekitar US$ 5 miliar per bulan untuk pertahanannya.
Advertisement
NATO Peringatkan Perang Ukraina dan Rusia Bisa Berlangsung Bertahun-tahun
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengingatkan Negara Barat untuk bersiap terus mendukung Ukraina dalam perang dengan Rusia yang akan berlangsung selama bertahun-tahun. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga telah memperingatkan konflik jangka panjang.
Dilansir BBC, Senin (20/6), Stoltenberg mengatakan biaya perang tinggi, tetapi itu membiarkan Moskow mencapai tujuan militernya bahkan lebih besar. Dalam peringatan keras, Kepala Angkatan Darat Inggris yang baru diangkat, Jenderal Sir Patrick Sanders mengatakan Inggris dan sekutunya harus mampu memenangkan perang darat dengan Rusia.
Jenderal Sanders mengatakan dalam pesan internal yang dilihat oleh BBC, "Invasi Rusia ke Ukraina menggarisbawahi tujuan inti kami - untuk melindungi Inggris dan siap berperang dan memenangkan perang di darat - dan memperkuat persyaratan untuk mencegah agresi Rusia dengan ancaman kekuatan.
"Stoltenberg dan Johnson mengatakan mengirim lebih banyak senjata akan membuat kemenangan bagi Ukraina lebih mungkin."
"Kita harus bersiap menghadapi kenyataan bahwa itu bisa memakan waktu bertahun-tahun. Kita tidak boleh berhenti mendukung Ukraina," kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jerman Bild.
"Bahkan jika biayanya tinggi, tidak hanya untuk dukungan militer, juga karena kenaikan harga energi dan pangan."
Kepala aliansi militer Barat mengatakan bahwa memasok Ukraina dengan senjata yang lebih modern akan meningkatkan peluangnya untuk dapat membebaskan wilayah Donbas timur negara itu, yang sebagian besar saat ini berada di bawah kendali Rusia.
Rusia Rebut Provinsi Luhansk Milik Ukraina
Beberapa hari setelah kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Rusia menyatakan kemenangan di Provinsi Luhansk milih Ukraina. Wilayah itu kini dikuasai Rusia.
Dilaporkan VOA Indonesia, Selasa (5/7), Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan kemenangan atas Provinsi Luhansk di timur Ukraina hari Senin (4/7) ketika pasukan Ukraina mundur dari benteng terakhir mereka di kota Lysychansk.
Pasukan Moskow langsung mengalihkan perhatian mereka ke pertempuran di Provinsi Donetsk yang bersebelahan. Provinsi itu merupakan bagian dari wilayah industri Donbas yang ingin dikuasai Putin selama invasinya ke Ukraina, yang telah memasuki bulan kelima, setelah sebelumnya gagal menggulingkan pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy atau merebut ibu kota, Kyiv.
Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia kini mencoba untuk maju ke Siversk, Fedorivka dan Bakhmut di wilayah Donetsk, yang sekitar separuhnya dikuasai Rusia.
Gubernur Luhansk Serhiy Haidai mengatakan kepada Associated Press hari Senin (4/7) bahwa pasukannya, pasukan Ukraina, telah mundur dari Lysychansk untuk menghindari pengepungan.
“Terdapat risiko pengepungan di Lysychansk,” kata Haidai, yang menurutkan bahwa pasukan Ukraina bisa saja bertahan lebih lama, namun kemungkinan akan memakan lebih banyak korban.
“Kami berhasil melakukan penarikan terpusat dan mengevakuasi semua yang terluka,” tambahnya. “Kami mengambil kembali semua peralatan. Jadi dari sudut pandang ini, proses penarikan diatur dengan baik.”
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu melaporkan kepada Putin dalam pertemuan yang disiarkan televisi hari Senin (4/7) bahwa pasukan Rusia telah menguasai Luhansk. Kemudian, Putin mengatakan bahwa unit militer “yang terlibat dalam pertempuran aktif dan telah mencapai keberhasilan dan kemenangan” di Luhansk, “harus beristirahat dan meningkatkan kemampuan tempur mereka.”
Advertisement