Liputan6.com, Kiev - Senin 4 Juli 2022 dilakukan pembukaan Konferensi Pemulihan Ukraina di Swiss.
Konferensi selama dua hari dengan pengamanan ketat di Kota Lugano, Swiss, itu telah direncanakan sejak sebelum invasi Rusia. Pada mulanya dijadwalkan untuk mendiskusikan reformasi di Ukraina sebelum kemudian dialihkan untuk fokus membahas upaya rekonstruksi.
Baca Juga
Dalam kesempatan tersebut, Perdana Menteri Ukraina Deny Shmyhal mengatakan bahwa diperlukan biaya sekitar $750 miliar (sekitar Rp 11,2 kuadriliun) untuk membangun kembali negaranya yang hancur akibat perang – sebuah tugas yang disebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai tugas bersama negara-negara demokrasi.
Advertisement
"Kami percaya, sumber utama pemulihan seharusnya berasal dari aset-aset yang disita dari Rusia dan oligarki Rusia,” ungkapnya seperti dikutip dari laporan VOA Indonesia, Kamis (6/7/2022).
"Pihak berwenang Rusia melancarkan perang berdarah ini. Mereka menyebabkan kehancuran besar-besaran ini dan mereka lah yang harus bertanggung jawab," tambahnya.
Melalui sebuah pesan video, Zelensky menekankan bahwa "rekonstruksi Ukraina bukanlah tugas lokal satu negara."
"Ini adalah tugas bersama seluruh dunia demokrasi," tegasnya, bersikeras bahwa "reskonstruksi Ukraina merupakan kontribusi terbesar untuk mendukung perdamaian dunia."
Meski demikian, aliran bantuan dana bernilai miliaran dolar bagi Ukraina menjadi tantangan baru seiring masih adanya kekhawatiran tentang korupsi yang meluas di negara itu. Sehingga reformasi besar-besaran tetap menjadi fokus penting dan menjadi prasyarat dalam rencana pemulihan Ukraina.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Presiden Rusia Vladimir Putin Klaim Deklarasi Kemenangan di Luhansk Ukraina
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim mendeklarasikan kemenangan atas Provinsi Luhansk di timur Ukraina pada Senin 4 Juli 2022. Klaim itu mengemuka ketika pasukan Ukraina mundur dari benteng terakhir mereka di Kota Lysychansk.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu melaporkan kepada Vladimir Putin dalam pertemuan yang disiarkan televisi hari Senin bahwa pasukan Rusia telah menguasai Luhansk. Kemudian, Putin mengatakan bahwa unit militer "yang terlibat dalam pertempuran aktif dan telah mencapai keberhasilan dan kemenangan" di Luhansk, "harus beristirahat dan meningkatkan kemampuan tempur mereka."
Sementara Gubernur Luhansk Serhiy Haidai mengatakan kepada Associated Press hari Senin bahwa pasukannya, pasukan Ukraina, telah mundur dari Lysychansk untuk menghindari pengepungan.
"Terdapat risiko pengepungan di Lysychansk," kata Haidai, yang menurutkan bahwa pasukan Ukraina bisa saja bertahan lebih lama, namun kemungkinan akan memakan lebih banyak korban.
"Kami berhasil melakukan penarikan terpusat dan mengevakuasi semua yang terluka," tambahnya. "Kami mengambil kembali semua peralatan. Jadi dari sudut pandang ini, proses penarikan diatur dengan baik."
Mengutip VOA Indonesia, Selasa (5/7/2022), pasukan Moskow langsung mengalihkan perhatian mereka ke pertempuran di Provinsi Donetsk yang bersebelahan. Provinsi itu merupakan bagian dari wilayah industri Donbas yang ingin dikuasai Putin selama invasinya ke Ukraina, yang telah memasuki bulan kelima, setelah sebelumnya gagal menggulingkan pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky atau merebut ibu kota, Kiev.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement
Pasukan Rusia Bergerak ke Siversk, Fedorivka dan Bakhmut
Sejauh ini pihak Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia kini mencoba untuk maju ke Siversk, Fedorivka dan Bakhmut di wilayah Donetsk, yang sekitar separuhnya dikuasai Rusia.
Kepala Staf Angkatan Darat Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia, selain mendorong ke arah Siversk, Fedorivka dan Bakhmut, juga menembaki benteng utama Ukraina di Sloviansk dan Kramatorsk, yang terletak lebih dalam di wilayah Donetsk.
Pejabat Ukraina mengatakan hari Minggu 3 Juli bahwa enam orang, termasuk anak perempuan berusia 9 tahun, tewas dalam serangan Rusia di Sloviansk, sementara 19 lainnya terluka. Kramatorsk juga ditembaki hari Minggu.
Pengarahan intelijen Kementerian Pertahanan Inggris pada hari Minggu 3 Juli menyebut konflik di Donbas “sangat keras dan amat mengikis,” dan mengatakan bahwa kemungkinan tidak akan berubah dalam beberapa minggu ke depan.
Analis militer menyebut pasukan Rusia jauh lebih unggul dalam kekuatan tembakan, namun tidak tidak terlalu unggul dalam jumlah pasukan. Ukraina berharap dapat melawan serangan gencar Rusia di Donbas dengan pasokan amunisi berkelanjutan dari negara-negara Barat, termasuk AS.
Zelensky mengakui penarikan pasukan Ukraina dari Lysychansk saat menyampaikan pesan video Minggu malam, namun berjanji bahwa pasukannya akan merebut kembali wilayah itu.
Ukraina Dibombardir 800 Serangan Siber Sejak Invasi Rusia Dimulai
Sementara itu, pemerintah dan organisasi sektor swasta di Ukraina telah menjadi target 796 serangan siber sejak invasi Rusia terjadi pada 24 Februari 2022.
Informasi ini diungkap oleh badan pertahanan dan keamanan siber Ukraina (SSSCIP, State Service of Special Communications and Information Protection).
Agensi negara itu menyebutkan, jaringan internet di Ukraina terus-menerus di bawah rentetan upaya peretasan sejak perang dimulai.
“Hacker terus menyerang Ukraina dengan tidak adanya pengurangan intensitas serangan hingga kini, meskipun kualitasnya telah menurun,” kata SSSCIP, Selasa (5/7/2022).
Disebutkan, pemerintah negara dan otoritas lokal, serta organisasi pertahanan di Ukraina adalah sektor paling sering diserang oleh hacker.
Sementara itu, sektor industri yang ikut menjadi target serangan siber mencakup sektor keuangan, telekomunikasi, infrastruktur, dan energi.
242 insiden terdeteksi fokus pada pengumpulan informasi, sementara sisanya pelaku bertujuan menembus, menjatuhkan, atau menginfeksi sistem dengan malware.
Data SSCIP ini sejalan dengan laporan yang diterbitkan oleh Microsoft pada April 2022. Kala itu, perusahaan mengungkap skala serangan siber oleh hacker yang didukung oleh Rusia.
Tom Burt, wakil presiden Microsoft untuk keamanan siber mengatakan, tim analis keamanan Redmond mendeteksi beberapa aksi peretasan oleh kelompok hakcer Rusia.
Dari laporan itu, Microsoft mengatakan sejumlah infrastruktur negara dan warga Ukraina menjadi target serangan bertujuan menyebarkan malware.
"Sebelum invasi, kami melihat setidaknya enam aktor yang didukung Rusia meluncurkan lebih dari 237 serangan siber ke Ukraina," kata Burt pada bulan April.
Advertisement