Liputan6.com, London - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dilaporkan telah menelepon Ratu Elizabeth II sebelum menyatakan mundur dari jabatannya. Baru-baru ini, Ratu Elizabeth II memang sedang tidak berada di Istana Buckingham, melainkan di Kastil Windsor yang berlokasi di luar London.
Mengutip ITV, Jumat (8/7/2022), percakapan telepon antara PM Boris Johnson dan Ratu Elizabeth II berupa ramah tamah, sekaligus menyampaikan niat Boris Johnson untuk mundur. Ia menelepon Ratu Elizabeth II sebanyak dua kali sebelum mengumumkan mundur.Â
Ratu Elizabeth IIÂ tidak mengeluarkan pernyataan terkait mundurnya PM Johnson. Penguasa monarki di Inggris memiliki prinsip netralitas terhadap politik, meski PM membentuk pemerintahan atas nama penguasa monarki.
Advertisement
PM Boris Johnson berkata akan terus memegang jabatan hingga ada Partai Konservatif memilih perdana menteri yang baru.Â
Politisi bernama lengkap Alexander Boris de Pfeffel Johnson itu merupakan perdana menteri ke-14 di rezim Ratu Elizabeth II. Ia adalah PM dari partai konservatif ketiga yang menjabat secara berturut-turut sejak 2010.
Boris Johnson menggantikan Theresa May yang mundur pada 2019. Mundurnya Boris Johnson terjadi setelah menteri di kabinet ramai-ramai mundur, termasuk Menteri Keuangan Rishi Sunak.Â
Salah satu nama yang disorot berpotensi menggantikan Boris Johnson adalah Ben Wallace yang saat ini menjabat sebagai menteri pertahanan. Ben Wallace masih setia di kabinet Johnson.Â
Sebelumnya Boris Johnson juga disukai oleh Mantan Presiden AS Donald Trump. Pada 2019, Trump berkata Johnson akan bekerja dengan hebat sebagai perdana menteri.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
PM Boris Johnson: Saya Akan Menjalani Masa Jabatan Sampai Terpilih Pemimpin Baru
PM Inggris Boris Johnson yang baru saja mundur dari masa jabatannya sebagai pemimpin Partai Konservatif menyatakan bahwa akan tetap mengisi jabatan perdana menteri sampai ada pemimpin baru yang terpilih.
"Saya akan menjalani masa jabatan sampai ada pemimpin baru," ujar PM Boris Johnson saat menyampaikan pernyataanya di Downing Street No.10, demikian dalam siaran langsung The Independent, Kamis (7/7).Â
"Saya setuju dengan Graham Brady, ketua anggota parlemen backbench kami, bahwa proses pemilihan pemimpin baru harus dimulai sekarang dan jadwal akan diumumkan minggu depan. Dan hari ini saya telah menunjuk Kabinet untuk menjabat, seperti yang saya lakukan, sampai posisi pemimpin baru diisi."
Ia juga menyebut ada kehendak partai untuk memilih pemimpin dan Perdana Menteri baru.
"Jelas sekarang keinginan Partai Konservatif parlementer bahwa harus ada pemimpin baru partai dan oleh karena itu juga harus ada perdana menteri baru," kata Boris Johnson.
"Jadwal untuk pemimpin baru akan dimulai minggu depan," - kata Boris Johnson.
Johnson mengatakan, proses pemilihan pemimpin baru harus dimulai sekarang dan jadwal akan diumumkan minggu depan.
"Kita harus terus naik level," kata Johnson
"Kita harus terus naik level, terus mengeluarkan potensi dari setiap bagian Inggris," lanjut Johnson.
Advertisement
Mundur dari Posisi Pemimpin Partai Konservatif
Boris Johnson mundur dari jabatannya sebagai pemimpin Partai Konservatif Inggris setelah kehilangan dukungan dari para menteri dan anggota parlemennya, penyataan resminya akan disampaikan segera. Kontes kepemimpinan Partai Konservatif akan berlangsung musim panas ini dan perdana menteri baru akan menggantikan posisinya pada waktunya untuk konferensi partai pada bulan Oktober.
Sementara itu, Johnson akan terus menjabat sebagai perdana menteri, seperti dikutip dari laman BBC, Kamis (7/7).
Gelombang pengunduran diri yang diajukan untuk Boris Johnson terus mengalir dari pemerintah atas kepemimpinannya. Sehingga memutuskan untuk mundur. Anggota senior kabinetnya, termasuk kanselir Nadhim Zahawi, mendesaknya untuk mengundurkan diri dan "pergi dengan bermartabat".
Johnson diperkirakan akan memberikan pernyataan pengunduran diri di luar No 10 Downing Street nanti.
Menteri Mundur
Pemerintahan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sedang dilanda badai politik. Skandal dan kontroversi membuat para menteri di kabinet Boris Johnson mundur berjamaah.Â
Yang awalnya membuat geger adalah ketika Menteri Keuangan Rishi Sunak mundur dari kabinet. Sunak turut memberikan kritik agar pemerintah lebih kompeten. Â
Salah satu kontroversi yang menerpa adalah Partygate, yakni ketika PM Johnson ketahuan pesta saat lockdown ketat di pandemi COVID-19.
Menurut laporan The Spectator, Kamis (7/7), ada enam menteri level kabinet (Secretary) yang mundur, mereka adalah:
1. Oliver Dowden (Menteri tanpa Portfolio)
2. Sajid Javid (Menteri Kesehatan dan Pelayanan Sosial)Â
3. Rishi Sunak (Menteri Keuangan)Â
4. Simon Hart (Menteri Wales)Â
5. Brandon Lewis (Menteri Irlandia Utara)Â
6. Michelle Donelan (Menteri Pendidikan)Â
Ada juga sekitar 20 menteri-menteri level junior (minister) yang mundur, seperti Stuart Andrew (perumahan), Alex Bughart (pendidikan), Mike Freer (ekspor), Lee Rowley (industri), Victoria Atkins (penjara), Julie Lopez (budaya), Mims Davies (ketenagakerjaan), Damian Hinds (keamanan), James Cartlidge (kehamikan), Chris Philp (teknologi), George Freeman (sains), Will Quince (anak-anak dan keluarga), dan sejumlah pejabat lain.Â
Solicitor General Alex Chalk juga mundur, begitu pula sejumlah perwakilan dagang Inggris.Â
PM Boris Johnson belum memutuskan turun dari kursi Perdana Menteri, meski ia sudah melepas jabatan ketua Partai Konservatif. Sebelumnya, Johnson juga selamat dari mosi tidak percaya.Â
Advertisement